Wednesday, February 29, 2012

KONGREGASI AJARAN IMAN

TANGGAPAN UNTUK BEBERAPA PERTANYAAN MENYOAL ASPEK-ASPEK TERTENTU DARI DOKTRIN KATOLIK

Konsili Vatikan II, melalui Konstitusi Dogmatik Lumen Gentium, dan Dekrit-dekrit tentang Ekumenisme (Unitatis redintegratio) dan Gereja-gereja Oriental (Orientalium Ecclesiarum), telah bersumbangsih dengan cara menentukan demi pembaharuan eklesiologi Katolik. Para Paus juga memberikan sumbangsih terhadap pembaharuan ini dengan menawarkan wawasan dan pandangan mereka sendiri dan arahan praktikal: Paulus VI dalam Ensiklik “Ecclesiam Suam” (1964) dan Yohanes Paulus II dalam Ensiklik “Ut unum Sint” (1995).

Konsekuensi tugas teolog untuk menjelaskan dengan lebih jelas beragam aspek dari eklesiologi telah menghasilkan tulisan yang melimpah di bidang ini. Bahkan telah menjadi nyata bahwa tema ini adalah tema yang paling bermanfaat yang, bagaimanapun juga seringkali memerlukan klarifikasi melalui definisi dan koreksi yang tepat, misalnya melalui deklarasi Mysterium Ecclesiae (1973), Surat ditujukan kepada para Uskup Gereja Katolik Communionis Notio (1992), dan deklarasi Dominus Iesus (2000), semua diterbitkan oleh Kongregasi untuk Ajaran Iman.

Luasnya materi pelajaran dan hal baru dari banyak tema yang terlibat senantiasa mendorong refleksi teologis. Di antara sumbangsih baru di bidang ini, ada juga yang tidak kebal dari penafsiran yang salah yang pada gilirannya menimbulkan kebingungan dan keraguan. Sejumlah interpretasi tersebut menggugah perhatian Kongregasi Ajaran Iman. Mengingat universalitas doktrin Katolik tentang Gereja, Kongregasi ingin merespon pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengklarifikasi arti otentik dari beberapa ekspresi eklesiologis yang digunakan oleh magisterium yang rawan disalahmengerti dalam debat teologis.

PERTANYAAN PERTAMA

Apakah Konsili Vatikan II mengubah doktrin Katolik tentang Gereja?

TANGGAPAN

Konsili Vatikan II tidak mengubah atau bermaksud untuk mengubah doktrin, melainkan mengembangkan, memperdalam dan menjelaskannya secara lebih lengkap.

Ini adalah persis apa yang Yohanes XXIII katakan pada awal Konsili. Paulus VI menegaskannya dan mengomentarinya melalui promulgasi Konstitusi Lumen Gentium:. "Tidak ada komentar lebih baik untuk diberikan selain bahwa promulgasi ini benar-benar tidak mengubah apa-apa tentang doktrin tradisional. Apa yang Kristus kehendaki, kami kehendaki juga. Apa yang sudah (dikehendaki-Nya) akan tetap demikian. Apa yang telah Gereja ajarkan selama berabad-abad, juga kami ajarkan. Dalam istilah sederhana yang digunakan, sekarang kami eksplisit-kan; yang tidak pasti, kini kami klarifikasi.Bahwa yang direnung-renungkan, dibahas dan seringkali diperdebatkan, kini disatukan dalam suatu rumusan yang jelas. Para Uskup berulang kali menyatakan dan memenuhi maksud ini.

PERTANYAAN KEDUA

Apakah arti dari penegasan bahwa Gereja Kristus berada dalam (subsits in) Gereja Katolik?

TANGGAPAN

Kristus "mendirikan di bumi ini" hanya satu Gereja dan dilembagakan sebagai "himpunan yang terlihat dan spiritual" , yang dari awalnya dan selama berabad-abad selalu ada dan akan selalu ada, dan hanya di dalamnya lah ditemukan semua unsur yang dilembagakan oleh Kristus sendiri. "Inilah satu-satunya Gereja Kristus yang dalam syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik [...]. Gereja itu, yang di dunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan Para Uskup dalam persekutuan dengannya ". (Lumen Gentium dalam buku Dokumen Konsili Vatikan II hal. 78-79)

Kata “berada dalam” dalam Konstitusi Dogmatik Lumen Gentium ini berarti kontinuitas, perduring historis dan ketetapan semua elemen yang dilembagakan oleh Kristus dalam Gereja Katolik [8], di mana Gereja Kristus secara konkret didirikan di atas bumi.

Hal ini dimungkinkan, menurut doktrin Katolik, untuk menegaskan secara tepat bahwa Gereja Kristus hadir dan bekerja dalam gereja-gereja dan Komunitas gerejawi yang belum sepenuhnya berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik, mengingat unsur-unsur pengudusan dan kebenaran yang hadir dalam mereka. Namun demikian, kata "berada dalam" hanya dapat dikaitkan dengan Gereja Katolik sendiri justru karena mengacu pada tanda persatuan yang kita anut dalam simbol iman (Aku percaya ... akan "satu" Gereja);. dan ini Gereja yang "satu" berada dalam Gereja Katolik.

PERTANYAAN KETIGA

Mengapa dipakai istilah "berada dalam" alih-alih "adalah” yang jauh lebih sederhana?

TANGGAPAN

Penggunaan ekspresi ini, yang mengindikasikan identitas penuh Gereja Kristus dengan Gereja Katolik, tidak mengubah doktrin tentang Gereja. Sebaliknya, hal ini datang dari dan menyatakan secara lebih jelas fakta bahwa ada “banyak unsur pengudusan dan kebenaran" yang ditemukan di luar struktur Gereja Katolik, namun “yang merupakan karunia-karunia khas bagi Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan Katolik” (Lumen Gentium dalam buku Dokumen Konsili Vatikan II hal.79).

"Oleh karena itu, Gereja-gereja dan jemaat-jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja Katolik “. (Unitatis Redintegratio dalam buku Dokumen Konsili Vatikan II hal.179)

PERTANYAAN KEEMPAT

Mengapa Konsili Vatikan II menggunakan istilah "Gereja" untuk menunjuk pada Gereja-gereja Timur yang terpisah dari persekutuan penuh dengan Gereja Katolik?

TANGGAPAN

Konsili ingin mengadopsi penggunaan tradisional istilah tersebut. “Sungguhpun terpisah, Gereja-gereja Timur mempunyai sakramen-sakramen yang sejati, terutama berdasarkan pergantian apostolik, Imamat, dan Ekaristi. Melalui Sakramen-sakramen itu, mereka masih berhubungan erat sekali dengan kita.” (Unitatis Redintegratio dalam buku Dokumen Konsili Vatikan II, hal 205), mereka mewarisi "Gereja-gereja partikular atau lokal" dan disebut Gereja-gereja sesaudari (Sister Churches) dari Gereja Katolik partikular.

"Melalui perayaan Ekaristi, (...) di masing-masing Gereja itu Gereja Allah dibangun dan berkembang" .Bagaimanapun, karena persekutuan dengan Gereja Katolik, kepala yang terlihat, di mana Uskup Roma dan penerus Petrus, adalah bukan pelengkap eksternal untuk sebuah Gereja partikular, melainkan salah satu prinsip konstitutif internal, maka komunitas-komunitas Kristen yang luhur ini kekurangan sesuatu dalam kondisi mereka sebagai Gereja-gereja partikular.

Di sisi lain, karena perpecahan antarumat Kristen, kepenuhan universalitas, yang layak disandang untuk Gereja yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya, tidak sepenuhnya terwujud dalam sejarah.

PERTANYAAN KELIMA

Mengapa teks Konsili dan teks-teks dari Magisterium sejak Konsili tidak menggunakan istilah "Gereja" terkait dengan komunitas Kristen yang lahir dari Reformasi abad keenam belas?

TANGGAPAN

Menurut doktrin Katolik, Komunitas ini tidak menikmati suksesi apostolik dalam sakramen Tahbisan, dan, karena itu, kehilangan unsur konstitutif Gereja. Komunitas-komunitas gerejawi ini, yang secara khusus karena tidak adanya imamat sakramental, tidak melestarikan hakikat asli dan integral dari Misteri Ekaristi, sehingga tidak bisa, menurut doktrin Katolik, disebut "Gereja" dalam maknanya yang tepat.

Sri Paus Benediktus XVI, dalam Audiensi yang diadakan untuk Kardinal dengan jabatan "Prefek Kongregasi untuk Ajaran Iman", meratifikasi dan mengkonfirmasi Tanggapan-tanggapan ini, mengadopsinya dalam Sidang Pleno Kongregasi, dan memerintahkan untuk menerbitkannya.

Roma, Kongregasi Ajaran Iman, 29 Juni 2007, Hari Raya Sto.Petrus dan Paulus

William Cardinal Levada
Prefek

Angelo Amato, SDB
Uskup Agung Tituler Sila
Sekretaris

Terjemahan di atas adalah terjemahan bebas admin IOJC kecuali untuk pernyataan-pernyataan yang dikutip langsung dari dokumen Gereja Lumen Gentium dan Unitatis Redintegratio.Catatan kaki dihilangkan.

Catatan dari admin :
Melalui dokumen ini ditegaskan bahwa :
1. Gereja Katolik hanya ada satu. Gereja Katolik ini terdiri dari ritus latin ritus timur yang berada dalam persekutuan dengan Paus.

2. Dari sudut pandang Katolik, tidak ada Gereja "Katolik Ortodoks" atau "Katolik Anglikan". (Walaupun demikian, adalah hak mereka apabila mereka tetap berkeras menyebut gereja mereka dengan embel-embel "Katolik"). Kata "Gereja Katolik" sebenarnya adalah nama singkat "Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik", sehingga apabila dikatakan "Gereja Katolik" maka secara bersamaan juga dimaksudkan "Gereja yang Satu, Kudus, dan Apostolik". Keempat sifat Gereja ini, Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik adalah satu "paket". Sekali lagi ditegaskan bahwa istilah : "Gereja Katolik Ortodoks" dan "Gereja Katolik Anglikan" adalah istilah yang salah kaprah dan tidak tepat.

3. Seperti yang dinyatakan melalui dokumen ini, dalam sudut pandang Katolik, "Gereja Ortodoks" disebut sebagai Gereja sesaudari (Sister Churches) karena pada hakikatnya mereka adalah "sempalan" Gereja Partikular. Gereja Partikular adalah Gereja yg dipimpin Uskup. (Contoh: Gereja Partikular Jakarta, Gereja Partikular Semarang, dll). Menyangkut hal ini, dalam dokumen Gereja lainnya, dinyatakan bahwa umat Katolik dapat meminta Sakramen dari Gereja Sesaudari HANYA dalam keadaan yang benar-benar mendesak dan perlu. (Misal: Apabila dalam negara tersebut tidak ada Gereja Katolik)

4. Gereja Katolik memandang umat Kristen hasil reformasi BUKAN sebagai Gereja melainkan sebagai Komunitas Gerejawi. Ungkapan ini kita pakai bukan untuk merendahkan, melainkan sebagai kerinduan agar suatu hari kelak benar-benar terwujud secara lebih nyata : Gereja yang SATU, Kudus, Katolik dan Apostolik.

Orang Kudus (Santo-santa) , 1 Maret; 2012

Orang Kudus (Santo-santa) hari ini, 1 Maret; Mencintai Allah mereka dengan cara melayani dan mengorbankan diri adalah ciri khas orang kudus. Mereka selalu percaya dan takan pernah mengorbankan iman mereka demi apa pun. Semoga di zaman ini, kita pun mau memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama yang kita layani dalam hidup setiap hari.


Santo Felix III (II), Paus

Felix berasal dari sebuah keluarga berdarah Romawi. Ia menjadi Paus menggantikan Paus Santo Simplisius pada tahun 483. Ia dinamakan Felix III (II) karena kira-kira pada tahun 365 ada seorang Paus tandingan yang menamakan dirinya Felix II.

Selama masa kePausannya, Felix menghadapi bidaah Monophysitisme yang menolak ajaran iman tentang kedwitunggalan kodrat Yesus Kristus: Ilahi sekaligus manusiawi. Untuk memecahkan masalah itu, Kaisar Zeno mengeluarkan suatu rumusan kesatuan yang bermakna ganda, yang disebut Henotikon. Rumusan ini tidak disetujui baik oleh Sri Paus maupun oleh pengikut aliran bidaah Monophysitisme.

Demi pemecahan selanjutnya, Sri Paus Felix memanggil Acacius, Patriakh Konstantinopel, penyusun rumusan itu. Acacius menolak datang ke Roma. Maka dia diekskomunikasikan oleh Felix III. Sejak berlakunya ekskomunikasi ini, skisma Acacian mulai tersebar dan terus berkembang hingga kematian Felix III pada tanggal 1 Maret 492.


Santo David, Pengaku Iman

David mungkin lahir di Cardigan, Wales, Inggris pada tahun 520 dari sebuah keluarga Bangsawan. Ia terkenal sebagai seorang biarawan yang aktif mendirikan biara-biara: kurang lebih 12 biara yang didirikannya. Dari antara biara-biara itu, biara Menevia dibagian baratdaya Wales adalah biara pusat sekaligus menjadi tempat tinggalnya sebagai pemimpin tertinggi.

Dalam kedudukannya itu, David memainkan peranan besar dalam perkembangan Gereja Keltik. Banyak perintis gereja Irlandia dididik di Menevia; antara lain Santo Finnianus dari Clonard, yang dijuluki sebagai bapa Monastik Irlandia. Ketenaran namanya pada zaman itu dapat dilihat dari begitu banyak gereja kuno-lebih dari 50 buah gereja-di bagian selatan Wales yang memilih dia sebagai pelindungnya. David meninggal dunia pada tahun 601 di Menevia. Ia digelari Kudus pada tahun 1120 pada masa kepemimpinan Sri Paus Kalistus II (1119-1124), dan diangkat sebagai pelindung suci Wales.


Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/

“DIA BUKAN CUMA BIASA TAPI LUAR BIASA”

Kamis, 1 Maret 2012
Peringatan St. Felix II, Paus dan St. David, Pengaku Iman
Mat.7:7-12;

Mengawali bulan baru selalu dengan beragam harapan tapi juga kecemasan ada dibaliknya. Kemanusiaan kita membuat kita cemas akan hidup, akan cinta dan cita, akan nasib anak-anak, dan beragam lainnya. Akan tetapi, iman selalu menghantar kita untuk percaya bahwa Tuhan takan pernah meninggalkan kita sendirian.

Pagi ini Ia datang lagi untuk menyapamu; “Carilah maka kamu akan mendapat, ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu, mintalah dan kamu akan diberi.” Kalau kita tahu yang terbaik untuk mereka yang meminta kepada kita, mengapa engkau ragu akan kebaikan dan kemurahan Allah terhadapmu ketika engkau berpasrah kepada-Nya?

Meskipun demikian, inilah yang selalu kita buat terhadap-Nya; Kadang kita berbuat seolah-olah kita lebih tahu dari-Nya, sehingga pemberiaan-pemberian-Nya di setiap waktu sepertinya tidak seuai dengan keinginan kita sehingga kita lalu mengeluh dan lupa bersyukur kepada-Nya karena merasa semuanya itu masih kurang.

Aku hanya mau mengatakan kepadamu di pagi ini akan dua hal ini;

Pertama, berhentilah mengeluh, dan mulailah bersyukur! Mengapa? Karena keluhan bisa saja membatasi kebaikan dan kemurahan orang lain kepadamu (Harap ini tidak terjadi pada Allah….renungkanlah!). Sebaliknya, hanya ucapan syukur dan terima kasihlah yang membuat si empunya mau dan rela untuk memberimu lagi ketika engkau meminta kepadanya. (Harap ini yang terjadi pada Allah, dan memang pasti terjadi…renungkan juga!)

Kedua, Aku percaya bahwa setiap orang yang meminta sesuatu kepada Tuhan dalam doa-doanya pasti dilakukan dengan iman, atau setidak-tidaknya hanya dia dan Tuhan sajalah yang tahu seberapa besar, seberapa yakin ia akan kebaikan dan kemurahan Allah kepadanya. Namun, apa yang kurang dalam diri dan hati banyak orang yakni “ketidasabaran kita untuk menanti pertolongan Tuhan dengan diam.” Jika engkau telah meminta sesuatu kepada orang lain, maka biarlah mereka berpikir, berilah waktu agar mereka dengan bebas memberinya kepadamu sebagai ungkapan kemurahan dan bukan karena keterpaksaan.

Allah kita melampaui kemanusiaan kita, tapi baiklah kita memberi waktu kepada-Nya untuk memenuhi permintaan hati dan jiwa kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Dalam hidup kita harus berjuang dan bersusah payah.

Jika tidak pernah ada hambatan dalam hidup, kita bisa menjadi lemah. Kita tidak akan bisa sekuat sekarang ini, selamanya kita tidak akan bisa terbang…

Kita berdoa mohon kekuatan, maka Tuhan pun memberikan cobaan untuk kita hadapi, agar kita bisa bertambah kuat…

Kita berdoa mohon kebijaksanaan, maka Tuhan pun memberikan masalah untuk kita selesaikan…

Kita berdoa mohon kesuksesan, maka Tuhan pun memberikan otak dan otot yang sehat…

Kita berdoa mohon keberanian, maka Tuhan pun memberikan hambatan untuk kita hadapi…

Kita berdoa mohon cinta, maka Tuhan menuntun kita untuk membantu orang yang butuh dicintai…

Kita berdoa mohon kejayaan, maka Tuhan memberikan kesempatan untuk menciptakan kejayaan…

BUNDA HATI KUDUS

Buku ”BUNDA HATI KUDUS” ini memperkaya dan memperdalam pemahaman kita akan makna dan arti ”Gelar Bunda Hati Kudus” sebagai temuan Pater Pendiri. Perayaan 150 tahun Devosi kepada Bunda Hati Kudus yang dirayakan tahun 2009 menjadi perayaan syukur dan kesempatan untuk memperdalam serta menyebarluaskan devosi ini ke seluruh dunia. Bersama Bunda Maria, kita menyampaikan kepada semua orang kabar gembira: Allah berbelas kasih dan menyelamatkan.

Sr. M. Madeleine Yuliwarti PBHK
Pemimpin Provinsi PBHK Indonesia

Mengejutkan sekaligus mengharukan mengetahui bahwa gelar Bunda Hati Kudus dan praktik devosinya itu begitu khas dan istimewa. Devosi ini begitu utuh berbicara mengenai Maria, dan terlebih to the point pada inti iman kekatolikan kita bahwa Allah adalah Kasih sebagaimana ditunjukkan oleh Yesus sendiri. Simbol hati kudus sungguh terasa pas dan komplit untuk mengungkapkan kasih yang hakiki dan relasional itu.

A. Lily Widjaja
Bendahara I DPP St. Kristoforus Jakarta
Presiden Direktur Merrill Lynch Indonesia


Dengan buku ini Penulis merenungkan peristiwa-peristiwa kehidupan Maria, sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Suci, sedemikian rupa sehingga apa yang kiranya dialami oleh Bunda Maria dalam hatinya, dapat menggugah juga hati kita yang hidup dalam abad ke-21 ini.

Hans Kwakman MSC
Misionaris di Issoudun, Prancis

Bagi Pater Chevalier gelar dan devosi kepada Bunda Hati Kudus merupakan suatu cara untuk mempresentasikan dan mengerti Maria, suatu cara untuk mengkontemplasikannya dan berdoa melalui dan bersama dia.

J. Mangkey MSC
Pemimpin Provinsi MSC Indonesia

"TUHAN, MENGAPA AKU BEGINI?"

Selingan Malam:

Dan, Tuhan pun menjawabmu; ENGKAU BEGITU KARENA ENGKAU SEPERTI AKU."

Percakapan dengan seorang gadis kecil lewat inbox sore ini menjadi alasan bagiku untuk menuliskan ini untukmu.

Si sahabat cilik: Romo, aku ini selalu dihindari oleh teman-teman sebaya, karena pendengaranku kurang baik, apalagi aku tidak dapat melihat dengan jelas sehingga harus memakai kaca mata.

Aku; Sahabat kecilku, cobalah hitung berapa orang buta yang kamu jumpai? Berapa orang tuli yang ada di sekitarmu? Mereka buta tapi bisa bermain gitar dan piano; mereka tuli tapi bisa mengerjakan banyak hal dengan mata dan tangan mereka.


Setiap pulang kuliah selalu saja bertemu dengan orang-orang buta baik di mall sebagai tukang pijit, pun yang duduk menyanyi dengan gitar dan piano mereka di tengah jalan sambil mengais rezeki. Perna kusharingkan tentang lagu indah seorang buta; "There goes my only possession...there goes my everything."

Ya..........
Mereka tidak punya mata tapi mereka bisa melihat...
Mereka tidak punya telinga tapi bisa mendengar....
Mereka tidak punya tangan tapi bisa berbuat....
Mereka tidak punya kaki tapi bisa berjalan....
Semuanya bisa mereka lakukan karena mereka punya pikiran, hati dan jiwa yang selalu menjadi tempat bersemayam Sang Ilahi.

Hari ini, aku hanya mengatakan kepadamu sebagai sahabatku bahwa;
Yang buta membutuhkan matamu, bahkan mengajarimu untuk melihat;
Yang tuli membutuhkan telingamu, bahkan dengan diam mereka, mereka mengajarkan kita tentang bagaimana harus menjadi seorang pendengar yang baik dan setia;
Yang lumpuh kaki dan tangan membutuhkan kaki dan tanganmu untuk bekerja dan berbuat baik bagi orang lain...

Di atas semuanya,
Yesuslah si tuli itu,
Yesuslah si buta itu,
Yesuslah si lumpuh itu,
Ia hanya bertanya padamu malam ini;
Maukah engkau menjadi tangan-Nya yang bekerja memberi kasih?
Maukah engkau menjadi mata-Nya yang mampu melihat kebaikan orang lain daripada keburukannya?
Maukah engkau menjadi telinga-Nya yang suka mendengar daripada banyak berbicara?
Akhirnya, maukah engkau mau menjadi hati-Nya yang lembut dan menjadi tempat berlindung bagi setiap orang yang mendambakan cinta?

Sahabatku,
Yesus ingin mendengarkan jawabanmu saat ini, dan wujud nyata perbuatanmu mulai esok kalau hari ini engkau tidak sempat lagi untuk membuktikan jawabanmu kepada-Nya dalam perbuatan baik. Bersyukurlah bahwa engkau tidak buta, tuli dan lumpuh, tapi kehadiran mereka selau menjadi undangan bagimu untuk berbuat baik.

“Hukum telah diberikan melalui Musa.”

Kitab Keluaran (20:1-3.7-8.12-17)

Pada suatu ketika Tuhan bersabda, “Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.

Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan.

Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.

Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.

Jangan membunuh.

Jangan berzinah.

Jangan mencuri.

Jangan bersaksi dusta terhadap sesama-mu.

Jangan mengingini rumah sesamamu.

Jangan mengingini isterinya, atau hamba sahayanya, lembu atau keledainya, atau apa pun yang dimiliki sesamamu.”

Tuesday, February 28, 2012

Yesus punya sesuatu untukmu di hari Paskah!!

Seminggu berlalu sejak Rabu Abu...
Masih ingatkah kita akan niat-niat kita...
Masih ingatkah kita akan segala semangat kita yang menggebu-gebu..
Jatuh-bangun dalam mewujudkan niat adalah hal biasa...
Yang penting ayo terus bersemangat!!
Yakinlah, Yesus punya sesuatu untukmu di hari Paskah!!

Semoga lagu ini menyemangati Anda semua...Ayo berjuang!!KITA BELUM SAMPAI DI RUMAH!!

NOT HOME YET
BELUM SAMPAI DI RUMAH

To all the travelers
Bagi semua pengembara
Pilgrims longing for a home
Peziarah yang merindukan rumah
From one who walks with you
Dari seorang yang berjalan denganmu
On this journey called life's road
Dalam perjalanan yang dinamakan jalan kehidupan ini
It is a long and winding road
Jalan yang panjang dan berangin

From one who's seen the view
Dari seorang yang telah melihat gambaran
And dreamth of staying on the mountain high
Dan bermimpi tinggal di gunung yang tinggi
And one who's cried like you
Dan seorang yang menangis sama sepertimu
Wanting so much just to lay down and die
Sungguh-sungguh ingin berbaring dan mati
I offer this, we must remember this
Kupersembahkan ini, kita harus mengingat ini

We are not Home yet
Kita belum sampai di rumah
We are not Home yet
Kita belum sampai di rumah
Keep on looking ahead
Tetap lihat ke depan
Let your heart not forget
Jangan sampai hatimu lupa
We are not home yet
Kita belum sampai di rumah
Not home yet
Belum di rumah

So close your eyes with me
Jadi mari tutup matamu bersamaku
And hear the Father saying, "welcome home"
Dan dengarlah Bapa berkata, “selamat datang kembali di rumah”
Let us find the strength
Mari kita temukan kekuatan
In all His promises to carry on
Dalam segala janji-Nya agar kita bisa berjalan terus
He said, "I go prepare a place for you"
Dia berkata, “Aku pergi mempersiapkan tempat bagimu.”
So Let us not forget
Jadi, jangan sampai kita lupa
We are not Home yet
Kita belum sampai di rumah
We are not Home yet
Kita belum sampai di rumah
Keep on looking ahead
Tetap lihat ke depan
Let your heart not forget
Jangan sampai hatimu lupa
We are not home yet
Kita belum sampai di rumah
We are not home yet
Kita belum sampai di rumah
Keep on looking ahead
Tetap lihat ke depan
Let your heart not forget
Jangan sampai hatimu lupa
We are not home yet
Kita belum sampai di rumah

I know there'll be a moment
Aku tahu akan ada saatnya
I know there'll be a place
Aku tahu akan ada tempatnya
Where we will see our Saviour
Di mana kita akan melihat Juruselamat kita
And fall in His embrace
Dan jatuh dalam pelukan-Nya
So let us not grow weary
Maka marilah jangan kita cemas
Or too content to stay
Atau terlalu puas diri sehingga memilih untuk tinggal
'Cause we are not home yet
Karena kita belum sampai di rumah
Not home yet
Belum di rumah

So let us journey on
Maka mari lanjutkan perjalanan
We are not Home yet
Kita belum sampai di rumah
We are not Home yet
Kita belum sampai di rumah
Keep on looking ahead
Tetap lihat ke depan
Let your heart not forget
Jangan hatimu lupa
We are not home yet
Kita belum sampai di rumah
Not home yet
Belum di rumah

-------------------
Jadi ke mana aku harus pergi dari sini Tuhan?
"Ikutlah Aku saja!"
Aku akan pergi Tuhan, ke manapun Kau menuntunku...

Santo Romanus, Rahib

Orang Kudus (Santo-Santa) hari ini, 29 Februari;
Romanus adalah seorang rahib di sebuah biara pertapaan dekat Subiaco, Italia. Ia mendampingi Santo Benediktus (pendiri biara Benediktin) hingga menjadi seorang rahib yang terkenal dalam sejarah Gereja.

Pertemuannya dengan Benediktus terjadi di daerah pegunungan Subiaco. Kepadanya Benediktus mengetengahkan keinginannya untuk menjadi Rahib. Memenuhi keinginan Benediktus, Romanus menunjukkan kepadanya sebuah gua terpencil yang sangat cocok untuk berdoa dan bermeditasi. Romanus membantu Benediktus dengan menghantarkan kepadanya makanan sehari-hari selama 3 tahun. Menurut cerita, Romanus kemudian pergi ke Auxerre, Perancis agar bisa terhindar dari para pengacau yang telah menyebar di seluruh Italia. Di Auxerre ia mendirikan biara Fontrouge dan disana pula ia menghembuskan napas terakhirnya pada tahun 550.


Beata Anna Line, Janda dan Martir

Masa muda Anna berlangsung pada masa penganiayaan dan pembunuhan terhadap umat Katolik di Inggris. Meskipun keadaan sangat berbahaya, namun Anna serta adiknya mengambil keputusan berani untuk memeluk agama Katolik. Akibat keputusan ini, mereka diusir oleh ayah mereka dari rumah mereka dan dicabut hak warisannya. Kelak Anna menikah dengan Roger Line, seorang pemuda Katolik yang saleh. Roger kemudian meninggal dunia pada tahun 1594 di tempat pembuangan di luar negeri.

Sejak saat itu, Anna memusatkan perhatian pada hal menolong imam imam yang dikejar kejar oleh agen rahasia Inggris. Rumahnya yang berada di London selalu terbuka bagi imam imam. Ia menolong mereka sedapat dapatnya dengan makanan dan bantuan lain seperlunya. Ia ramah dan sopan serta berjiwa tenang. Keinginannya adalah mati bagi Kristus. Sekali peristiwa ia menolong meloloskan seorang imam Yesuit dari penjara-Tower yang mengerikan itu. Karena hal itu diketahui penguasa, maka Anna di tangkap dan ditahan, didakwa menyembunyikan imam-imam dan dijatuhi hukuman mati. Dengan gagah berani ia berkata kapada hakim hakim yang mengadilinya:

-Saya hanya menyesal bahwa saya tidak dapat menolong imam-imam sebanyak seribu orang lagi. Pada tanggal 27 Februari 1601, Anna di bawa ke Tyburn, tempat penyiksaan yang sampai saat ini terkenal sebagai tempat pembunuhan yang mengerikan. Anna tetap sabar dan tenang sampai saat terakhir hidupnya. Ia mengucupi tiang gantungan yang disediakan baginya dan membuat tanda salib pada tiang itu lalu berdoa. Di atas tiang gantungan itulah ia menghembuskan napas terakhir dan menyerahkan rohnya kepada Tuhan.


Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/

“EKARISTI ADALAH MUJIZAT BAGI JIWAMU”

Rabu, 29 Februari 2012
Peringatan St. Romanus dan Beata Anna Line
Luk.11:29-32;

Tak mengherankan bahwa mujizat (tanda-tanda heran) dari Tuhan selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dan, dewasa ini para pewarta Sabda Tuhan entahkah benar atau tidak selalu menjadikan tanda-tanda heran sebagai daya tarik untuk merekrut umat dari gereja dan agama lain menjadi anggota kelompoknya, bahkan lebih parah lagi motivasinya jika ini menjadi lahan menggapai kepopuleran dan sarana untuk mengumpulkan uang.

Beberapa orang Katolik pun menjadi korban dari cara beriman yang terfokus pada mujizat (tanda heran). Mereka berpindah ke gereja atau agama lain hanya karena di sana ada mujizat (kata mereka), sedangkan di gereja katolik para pastor (romo) tidak bisa melakukan mujizat lagi. Dan, para pencari mujizat (beriman hanya karena adanya mujizat) tidak akan berhenti berkelana dari gereja yang satu ke gereja yang lain, dari agama yang satu ke agama yang lain, dan bahkan pekerjaan iblis pun dianggapnya sebagai mujizat dari Tuhan, yang akhirnya menyengsarakan jiwa. Padahal, mereka lupa bahwa Ekaristi adalah mujizat terbesar yang dilakukan oleh Yesus setiap hari di dalam Gereja-Nya.

Karena itu, mengimani Yesus karena percaya dan mencintai-Nya, serta melakukan perintah-perintah-Nya, adalah sudah cukup bagi jiwamu. Yesuslah Sakramen Cinta dari Allah untuk engkau dan aku. Kematian-Nya di salib adalah tanda yang cukup bagimu bahwa Ia datang dari Allah dan betapa rindu hati-Nya agar engkau pun kembali kepada Allah bukan karena mujizat semata tapi karena imanmu. Imanmu telah menyelamatkan engkau, demikianlah Ia selalu mengingatkan engkau dan aku.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabatnya,

Monday, February 27, 2012

Hal Berdoa

Belajar berdoa itu sebetulnya sederhana, tapi kenape ye koq sulit banget dilaksanakan. Seringkali kita malu, karena tidak bisa merangkai kata-kata yang indah dalam doa. Padahal sebenernya ni ya, mutu doa itu tidak tergantung indahnya rangkain kata, tetapi tetapi bagaimana keterbukaan hati kita untuk dengerin Sabda Tuhan. Dan juga jangan muluk-muluk kalau doa, tu belajar dari doa Yesus. Doa Yesus ingatin kita bahwa ada tiga hal yang kita perlukan dalam hidup: pertama: makanan hari ini secukupnya ( bukan mobil bagus, rumah mewah dll ); Nah yang kedua, keteguhan hati untuk bisa mengahadapi cobaan-cobaan hidup, dan mohon ampun atas dosa-dosa kita. Mudah kan......... ( Bdk. Mt. 6:7-15 ).

Orang Kudus 28 februari

Orang Kudus hari ini, 28 Februari; Kerasnya hidup, berat tantangan terhadap iman takan pernah mengendurkan semangan dan keyakinan mereka akan perlindungan Tuhan. Atas berbagai cara mereka mencari dan selalu mencari, dan justru Tuhanlah yang menemukan mereka, atau Dialah yang membiarkan Diri-Nya ditemukan. Semoga kita pun takan pernah berhenti mencari dan melakukan kehendak-Nya.


Santa Antonia, Abbas

Antonia adalah seorang ibu Rumah tangga yang saleh. Sepeninggal suaminya, ia memutuskan untuk mengabdikan sisa hidupnya kepada Tuhan dengan menjalani kehidupan sebagai seorang biarawati.

Kemudian dengan bantuan Santo Yohanes Kapistrano, ia mendirikan sebuah biara Claris yang lebih tegas aturannya di Firenze, Italia. Ia sendiri menjadi pemimpin biara itu, hingga kematiannya pada tahun 1472.


Santo Hilarius, Paus

Hilarius berasal dari Sardinia. Ia terpilih menjadi Paus menggantikan Paus Leo I (440 461) pada tanggal 19 November 461. Sebelum menjadi Paus, Hilarius melayani umat sebagai diakon selama masa kepemimpinan Paus Leo I. Ketika diadakan Konsili di Efesus pada tahun 449 untuk membicarakan tindakan ekskomunikasi atas diri Eutyches, seorang penyebar ajaran sesat, Hilarius di utus sebagai wakil Paus Leo I

Selama kepemimpinannya sebagai Paus, Hilarius mengawasi pembangunan beberapa gedung Gereja di Roma. Salah satunya adalah Oratorium yang dipersembahkan kepada santo Yohanes Penginjil. Selain itu, ia juga berusaha menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam tubuh gereja sendiri. Dalam kerangka itu, ia memimpin sebuah sinode di Roma pada tanggal 19 November 462 untuk membicarakan berbagai masalah yang ada di dalam gereja di Gaul, Prancis. Selanjutnya pada tanggal 19 November 465, ia mengadakan lagi sebuah sinode untuk membicarakan hal pengangkatan dan kuasa yuridiksi para uskup Spanyol.

Hilarius meninggal dunia pada tanggal 29 Februari 468 dan dimakamkan di Gereja Santo Laurentius di Roma.


Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/


S. Romanus dan S. Lupicinus

Kedua santo Perancis ini adalah kakak-beradik yang hidup pada abad kelima. Sebagai seorang pemuda, Romanus dikagumi semua orang oleh karena kebaikan hatinya. Ia memiliki hasrat yang kuat untuk menjadi seorang kudus. Karena ia melihat bahwa di dunia amatlah mudah orang melupakan Tuhan, maka Romanus memutuskan untuk hidup sebagai seorang pertapa.

Terlebih dahulu, ia meminta nasehat dari seorang rahib yang kudus dan kemudian berangkat. Ia membawa sebuah buku bersamanya, yaitu Hidup Para Bapa dari Padang Gurun tulisan Cassian. Ia juga membawa serta benih-benih tanaman dan beberapa peralatan. Dengan perlengkapan tersebut, Romanus masuk ke dalam hutan di pegunungan Jura antara Swiss dan Perancis. Ia menemukan sebuah pohon yang amat besar dan tinggal di bawahnya. Romanus melewatkan waktunya dengan berdoa dan membaca bukunya. Ia juga menanami serta merawat kebunnya, dengan tenang menikmati alam sekitarnya.

Tak lama kemudian, adiknya - Lupicinus - bergabung dengannya. Romanus dan Lupicinus amat berbeda kepribadiannya. Romanus keras terhadap dirinya sendiri. Tetapi, ia lemah lembut dan penuh pengertian terhadap orang lain. Lupicinus keras serta kasar terhadap dirinya sendiri dan biasanya demikian juga ia menghadapi orang lain. Namun demikian, maksudnya baik. Kedua bersaudara itu saling mengerti satu sama lain dan hidup rukun bersama.

Banyak orang kemudian datang untuk bergabung dengan mereka. Orang-orang itu pun juga ingin menjadi rahib, maka mereka mendirikan dua buah biara. Romanus menjadi pemimpin di biara yang satu dan Lupicinus menjadi pemimpin di biara yang lainnya. Para rahib itu hidup sederhana dan keras. Mereka banyak berdoa dan mempersembahkan kurban-kurban mereka dengan sukacita. Mereka melakukan silih untuk mempererat panggilan hidup mereka. Mereka bekerja keras menanami serta memelihara kebun mereka dan senantiasa hening sepanjang waktu. Mereka memilih untuk hidup demikian oleh sebab perhatian utama mereka adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Cara hidup mereka membantu mereka untuk mencapai tujuan rohani mereka.

St. Romanus wafat pada tahun 460. Adiknya, St. Lupicinus, wafat pada tahun 480. St. Romanus dan St. Lupicinus keduanya adalah kudus, meskipun mereka memiliki kepribadian yang berbeda.

Sunday, February 26, 2012

Dilahirkan Kembali

Roma 10:9-10 mengatakan bahwa kita dilahirkan kembali ketika kita mengatakan "ya" kepada Yesus.

Mengatakan "ya" kepada Yesus berarti percaya dalam hati kita, bahwa Yesus dibangkitkan dari kematian dan mengakui bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Ketika kita mengatakan "ya" kepada Yesus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya, kita segera menjadi hidup dalam roh kita. Bila kita menerima pengampunan-Nya, kita dibersihkan dari semua dosa dan segala kejahatan. Roh Kudus Allah akan berdiam dalam hati kita, dan kita dibuat baru!

Yohanes 3:3
"...Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah"

Kewajiban orang kristiani untuk memberi tanpa didasari Pamrih

Elo di sebelah kanan dan elo sebelah kiri sini ya........ Emang kenapa koq gua di sini? Nih Gua bilangin ya: "ketika Gua lapar, haus, jadi orang asing, telanjang, sakit, dan di penjara, elo cuek aja ama Gua. Yaaaa emang kapan gua liat Elo seperti itu, kagak pernah deh..... Nah...segala sesuatu yang tidak elo lakukan untuk salah seorang dari saudara Gua yang paling hina ini, sama aja elo kagak lakuin untuk Gua tauuuuu. Ya apunnnnnn gitu ya...... Makanya kalau elo lakuin sesuatu itu jangan karena punya pamrih. tapi lakuin yang baik karena itu selaras dengan semangat kasih dan kemurahan hati. Itu baru bener-bener murid Gua. ( Bdk. Mat. 25: 31-46 ).

Main Catur

Tuhan sebenarnya tengah bermain catur dengan kehidupan kita.
Dia menggerakkan bidak-bidaknya bernama tantangan,
cobaan, dan godaan, kemudian duduk kembali melihat reaksi kita.
Jadi buatlah langkah terbaik sebelum Tuhan memberi kita Skak Mat.

Orang Kudus

Orang Kudus (Santo-Santa) hari ini, 27 Februari; "Melayani Tuhan dengan karya rasanya belum lengkap bila tidak disertai dengan pengorbanan diri bila itu diperlukan. Santo-santa memberikan yang terbaik dari diri mereka karena percaya bahwa Yesus tidak akan meninggalkan mereka dalam Kerajaan-Nya. Semoga kita pun terpacu untuk selalu memberikan yang terbaik bagi Tuhan dalam hidup kita."


Santo Gabriel Possenti, Pengaku Iman

Semasa kecilnya Gabriel dipanggil dengan nama Fransiskus, mengikuti nama dari Fransiskus dari Asisi, pelindung kotanya. Ia adalah anak bungsu seorang Gubernur. Ibunya meninggal dunia ketika ia masih berumur 4 tahun. Teladan hidup ibunya sangat berpengaruh terutama dalam hal devosi kepada Bunda Maria. Sepeninggal ibunya yang terkasih itu, Bunda Maria menjadi tokoh pengganti yang sungguh dikasihinya.

Pada umur 7 tahun, Fransiskus kecil telah diperkenankan menerima Komuni Suci. Di sekolahnya ia dikenal sebagai seorang anak yang pintar, lucu dan suka berpakaian rapi. Ia juga menjadi seorang teman yang baik dan setia bagi kawan kawannya. Ia selalu siap menolong kawan kawannya, murah hati dan tidak biasa mengeluh apabila dihukum karena kesalahan teman temannya. Sebagai siswa di Kolose Serikat Yesus, ia tetap unggul dan terus menerus memegang sebutan Sang Juara dalam kelasnya. Karena pergaulannya yang ramah dan kelincahannya dalam olah raga, ia sangat disukai banyak orang.

Dalam mata pelajaran kesustraan, ia sangat pandai, terutama dalam sastra Latin. Ia sangat mahir bersyair dalam bahasa Latin. Sebagai seorang penggemar Sastra, ia terkenal sebagai seorang pemain drama yang berbakat. Ketika duduk di kelas terakhir, ia diangkat sebagai Ketua Akademis para Siswa dan menjadi Prefek Kongregasi Maria. Sifatnya yang mengingini kesenangan kesenagan duniawi masih tetap menonjol dalam praktek hidupnya. Ia suka membaca buku-buku roman, menonton sandiwara, berburu dan berdansa. Kehidupan rohani kurang diindahkannya. Namun rencana Tuhan atas dirinya tampak jelas. Tuhan tetap membimbingnya. Pada hari Raya Maria Diangkat Ke Surga, tanggal 15 Agustus 1855, diadakan perarakan Patung Bunda Maria mengelilingi kota Spoleta. Uskup Agung kota Spoleta sendiri membawa patung itu. Ketika itu Fransiskus mendengar suara panggilan bunda Maria: Fransiskus, engkau tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk menjalani kehidupan bakti kepada Allah di dalam Biara. Fransiskus mendengar suara itu dengan takut. Semenjak saat itu tumbuhlah keinginan untuk masuk biara. Dia tidak melamar masuk Serikat Yesus, tempat ia bersekolah, tetapi melamar masuk Kongregasi Imam Imam Passionis.

Di dalam Kongregasi Passionis inilah ia mengganti namanya dengan Gabriel. Pada tahun 1856 ia menerima jubah Kongregasi Passionis. Namun kehidupan biaranya di biara ini tidak lama. Ia meninggal dunia pada tahun 1862 setelah berhasil menempa dirinya menjadi seorang biarawan Passionis sejati. Selama berada di dalam biara, Gabriel sungguh menunjukkan kesungguhan dalam menata hidup rohaninya. Ia benar benar mencintai Yesus tersalib dan Bunda Maria yang berduka. Devosi kepada Bunda Maria yang telah dilakukannnya sejak kecil terus dilakukannya hingga menjadikan hidupnya suci. Kesuciannya ternyata dari banyak mukjizat yang terjadi pada setiap orang yang berdoa dengan perantaraanya. Gabriel menjadi seorang tokoh panutan para kaum muda.


Santo Leander, Uskup

Leander yang menjabat sebagai Uskup Sevilla, Spanyol ini adalah kakak Santo Isodorus. Adik adiknya Santa Florentina dan Fulgentius dinyatakan sebagai kudus juga oleh Gereja. Dengan kesalehan hidupnya dan pengaruhnya yang besar, uskup Leander berhasil menghantar kembali Raja Harmenegild dan Rekkared berserta seluruh bangsawan Wisigoth ke dalam pangkuan Gereja Katolik.

Leander yang lahir pada tahun 540 ini menghembuskan nafas penghabisan pada tahun 600 di Sevilla, Spanyol. Jabatannya sebagai Uskup diambil alih oleh adiknya Santo Isodorus.


Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/

Saturday, February 25, 2012

40 HARI DIPADANG GURUN

Tumpukan karton berderet-deret dan kantong plastik hitam berisi beras membuat wajah layu orang-orang itu bersinar lagi.
Mereka adalah korban banjir dan tanah longsor yang harta bendanya ludes dalam sekejap saat air memasuki rumah mereka.
Akibatnya orang-orang malang itu terpaksa harus mengungsi, pindah rumah, ketenda-tenda pengungsian, yang tentu saja tidak senyaman ditempatnya sendiri karena semua serba terbatas. datangnya bantuan sungguh menggembirakan dan meringankan beban mereka. Apalagi para penyumbang kecuali membawa makanan instan juga membawa nasi bungkus dan berkarung-karung pakaian masih layak pakai. Siapa gerangan penyumbang baik hati itu?
Begitu tahu penyumbang itu dari sebuah gereja, deg....,deg...., jantung mereka seakan-akan berhenti berdenyut.
Para Korban bencana alam ini sebenarnya tak mau tahu dari mana datangnya macam-macam bantuan dan sumbangan yang diterima. ditengah suasana bencana, bantuan dan uluran tangan dari sesama yang peduli patut disyukuri. Tapi, mengingat hubungan antara agama dinegeri ini masih diwarnai dengan kecurigaan dan konflik, apalagi radikalime agama akhir-akhir ini semakin meningkat, tidaklah heran bantuan yang dengan hati tulus kadang-kadang dilirik dengan penuh ciriga": siapa tahu kristenisasi atau gerakan pemurtadan. jangan-jangan nasi bungkus dan mie instan ini sebagai usaha untuk menarik simpati agar mereka pindah agama. Bagi umat Kristiani bantuan bantuan yang tulus hati pun ternyata bukan sesuatu yang mudah.
Padahal, malang benar jika ada orang yang menjadi kristen hanya sekedar sebungkus nasi atau satu dus mie instan. selain mereka akan menyandang " Kristen Mie Instan", babtisan yang mereka terima sama sekali tidak menjanjikan kemudahan hidup. Dengan menjadi Kristen hidupnya justru penuh dengan tantangan.

Friday, February 24, 2012

Ajaran Gereja Katolik tentang Perayaan Ekaristi...

Gereja Katolik yang kudus mengajarkan bahwa pada saat Konsekrasi dalam Misa, roti dan anggur di altar sungguh-sungguh menjadi Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an Yesus Kristus. Roti dan anggur sudah tidak ada lagi, meskipun wujudnya dan sifatnya tetap roti dan anggur. Perubahan yang amat penting ini oleh Gereja Katolik dinamakan perubahan hakiki atau transsubstansiasi - perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi Tubuh Kristus, dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi Darah-Nya.


ADORASI SAKRAMEN MAHA KUDUS

Kepada Hosti yang telah dikonsekrir dan Darah Kristus dalam rupa anggur, kita bersembah sujud seperti kepada Tuhan sendiri, karena Roti dan Anggur yang telah dikonsekrir tersebut sungguh-sungguh adalah Tuhan Yang Mahakuasa sendiri. Bentuk penyembahan tertinggi ini disebut latria. Pendapat yang menyatakan bahwa Kristus hanyalah unsur Ekaristi, sama seperti lambang, atau bahwa Kristus hanya diterima secara rohani, sungguh bertentangan dengan Konsili Trente.


KEHADIRAN-NYA NYATA

Baik roti maupun anggur yang telah dikonsekrir, keduanya mencakup seluruh Yesus Kristus - Tubuh-Nya, Darah-Nya, Jiwa-Nya dan Ke-Allah-an-Nya. Jadi, mereka yang menyambut komuni, baik dalam rupa roti maupun dalam rupa anggur, menyambut seluruh Kristus. Lagipula, serpihan terkecil dari sebuah Hosti yang telah dikonsekrir ataupun tetesan terkecil dari anggur yang telah dikonsekrir adalah seluruh Kristus. Jadi, Kristus tidak terbagi, Ia tetap satu.

Kristus hadir selama wujud roti dan anggur masih ada. Jika sebuah Hosti yang telah dikonsekrir dilarutkan dalam air, sehingga tidak berupa roti lagi, ia bukan lagi Yesus. Dengan demikian, Kristus hadir dalam diri orang yang menyambut komuni selama kurang lebih 15 menit, dan ia selayaknya menyembah Dia yang ada dalam dirinya selama Ia hadir secara sakramental.

Memang benar bahwa Tuhan ada di mana-mana, sebagai Pencipta serta Penyelenggara segala sesuatu, dan bahwa Ia hadir melalui rahmat pengudusan dalam semua jiwa yang berada dalam keadaan rahmat, namun kehadiran-Nya tersebut adalah kehadiran rohani. Kehadiran Kristus dalam Ekaristi - Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an-Nya - adalah sepenuhnya unik, dan kehadiran-Nya dalam Ekaristi itu saja yang merupakan Kehadiran Allah.


PEDOMAN UNTUK MENYAMBUT KOMUNI

Agar dapat menyambut Komuni Kudus secara layak, seseorang haruslah berada dalam keadaan rahmat, yaitu bebas dari perbuatan dosa berat yang belum diakukan serta diampuni melalui Sakramen Tobat. Menerima Komuni Kudus dalam keadaan belum bersih dari dosa berat itu sendiri adalah suatu dosa berat yaitu dosa sakrilegi (dosa melanggar hal-hal suci). Seseorang yang telah melakukan dosa berat haruslah terlebih dahulu membersihkan jiwanya dalam Sakramen Tobat sebelum menerima Komuni Kudus. St. Paulus mengatakan bahwa barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan (1Kor 11:27). (Dosa sakrilegi karena menerima Komuni secara tidak pantas, tentu saja dapat diampuni dalam Sakramen Tobat).

Orang yang menyambut komuni juga, selain dalam keadaan rahmat, haruslah memiliki kehendak baik dan melakukan puasa yang diwajibkan. Wajib puasa yang berlaku sekarang ialah berpuasa dari segala makanan dan minuman (kecuali air putih dan obat) satu jam sebelum saat menyambut komuni. Berpuasa lebih lama - misalnya, tiga jam atau sejak tengah malam - adalah persiapan yang sangat baik.

Seorang Katolik yang taat juga akan berjuang untuk memurnikan jiwanya dari dosa-dosa ringan agar dapat menyediakan tempat tinggal yang layak bagi Kristus di hatinya. Persiapan serta-merta yang terbaik untuk menyambut Komuni Kudus adalah dengan ikut ambil bagian dalam Misa dengan khusuk serta sepenuh hati.

KEWAJIBAN PASKAH

Semua orang Katolik wajib menyambut Komuni Kudus sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun, sedapat mungkin dalam Masa Paskah.


MENGAPA KITA DIANJURKAN UNTUK MENYAMBUT KOMUNI SESERING MUNGKIN?

Pengaruh sakramental yang istimewa dari Ekaristi adalah: persatuan yang erat antara orang yang menyambut Komuni Kudus dengan Yesus Kristus (dan juga dengan anggota-anggota Tubuh Mistik-Nya yang lain); sebagai makanan rohani bagi kehidupan rahmat (pengaruh yang dapat diperbandingkan dengan makanan jasmani yang memberi makan tubuh jasmani kita); dan sebagai jaminan kemuliaan surgawi serta kebangkitan badan.

Dengan menyambut Komuni Kudus, seorang Katolik mentaati perintah Kristus untuk menyantap Tubuh-Nya dan meminum Darah-Nya. Ia melaksanakan tindakan yang paling menyenangkan bagi Tuhan yang amat rindu untuk tinggal dalam hatinya. Dan sebaliknya, kerinduannya untuk menyambut Dia akan bertambah. Setiap penerimaan Komuni Kudus mengakibatkan bertambahnya rahmat pengudusan dalam jiwa; hal tersebut terjadi sejauh orang yang menyambut komuni tersebut membuka dirinya kepada Kristus dengan mengosongkan jiwanya yang berdosa serta meninggalkan keinginan-keinginan duniawinya, sesuai dengan sikap persiapan serta-mertanya, penerimaan Komuni dan ucapan syukurnya.

Rahmat pengudusan adalah kehidupan Kristus dalam jiwa, suatu kenyataan rohani yang sulit dijelaskan. Rahmat pengudusan membuat jiwa menjadi kudus serta menyenangkan bagi Tuhan. Rahmat pengudusan memberi jiwa kecantikan adikodrati yang jauh melampaui kecantikan jasmani yang luar biasa sekalipun. Seseorang haruslah berada dalam keadaan rahmat pada saat ajalnya agar dapat diselamatkan. Setiap kunjungan Yesus Kristus dalam Ekaristi merupakan janji kehidupan kekal bagi mereka yang tinggal dalam rahmat-Nya dengan mentaati perintah-perintah-Nya.

Melalui Komuni Kudus, Kristus melimpahi kita dengan rahmat agar kita dapat mentaati perintah-perintah-Nya. Menyambut Komuni sesering mungkin telah lama dianjurkan oleh Gereja sebagai sarana untuk mengatasi dosa, termasuk dosa-dosa yang biasa kita lakukan dan teristimewa dosa-dosa karena melanggar kesucian. Persatuan yang erat dengan Yesus Kristus yang timbul karena sering menerima Komuni Kudus dengan penuh cinta merupakan buah komuni yang utama, buah-buah komuni yang lain ialah: memperlemah hawa nafsu dan godaan-godaan duniawi dalam jiwa, serta membangkitkan penghargaan akan hal-hal yang dari Tuhan, dengan demikian menata jiwa agar memperoleh banyak keuntungan rohani dari Komuni Kudus. St. Yohanes Bosco, “Sahabat Kaum Muda” yang membawa kembali anak-anak berandal ke jalan yang benar, seringkali berbicara tentang tiga “musim semi” dalam kehidupan rohani: Pengakuan Dosa, Komuni Kudus, dan devosi kepada Santa Perawan Maria.

EKARISTI DALAM KITAB SUCI

Sejak awal mula Gereja telah memuliakan “roti” dan “anggur” Ekaristi sebagai benar-benar Tubuh dan Darah Yesus Kristus, karena demikianlah yang diajarkan oleh Kristus Sendiri. Tuhan Yesus tahu betapa iman yang mendalam diperlukan untuk menerima ajaran ini, jadi pertama-tama Ia mempersiapkan para murid-Nya dengan mukjizat penggandaan roti dan ikan (Mat 14:15-21). Kemudian Ia menubuatkan bahwa Ia akan memberikan daging-Nya sendiri serta darah-Nya “sebagai makanan dan minuman”. Itulah saat yang menentukan bagi banyak pengikut-Nya: “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: `Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?' … Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia” (Yoh 6:60,66). Mereka bukannya salah paham dengan-Nya; melainkan mereka benar-benar tidak mau menerima apa yang dikatakan Yesus. Meskipun begitu, Kristus tidak menawarkan penjelasan untuk memperlunak perkataan-Nya atau pun memberikan arti simbolik kepada mereka. Malahan, “Kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (Yoh 6:67).

Penetapan Ekaristi Kudus terjadi pada saat Perjamuan Malam Terakhir yang digambarkan oleh St. Matius sebagai berikut: “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: `Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.' Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: `Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.'” (Mat 26:26-28). Peristiwa penting ini juga dicatat oleh St. Markus (Mrk 14:22-24), St. Lukas (Luk 22:17-20) dan St. Paulus (1Kor 11:23-26). Kata-kata Kristus ini sejak dahulu hingga sekarang senantiasa diterima dalam arti yang sebenarnya dan sesungguhnya oleh segenap umat Katolik.


GEREJA PERDANA DAN EKARISTI

St. Ignatius dari Antiokia (wafat th 170) mencatat mengenai mereka yang menentang ajaran Ekaristi pada masa itu sebagai berikut: “Mereka menjauhkan diri dari Ekaristi dan doa, karena mereka tidak mengakui bahwa Ekaristi adalah tubuh Juruselamat kita, Yesus Kristus.” St. Efrem (wafat th 373) mengatakan: “Tetapi jika seseorang menghinanya atau menolaknya atau melecehkannya, dapat dipastikan bahwa ia menghina Sang Putera, yang menyebutnya dan sesungguhnya menjadikannya Tubuh-Nya.” Dan St. Yustinus (wafat th 165) menegaskan: “Kita menyebut roti ini `Ekaristi' di mana tidak akan ambil bagian di dalamnya seorang pun yang tidak mengimani kebenaran ajaran kita, yang belum dibersihkan dari dosa dengan dilahirkan kembali dan diampuni dosa-dosanya, serta yang hidupnya tidak sesuai dengan ajaran Yesus Kristus, karena kita tidak menyantapnya sebagai makanan dan minuman biasa, melainkan karena Sabda Allah: Yesus Kristus mengambil rupa tubuh dan darah demi keselamatan kita. Kita tahu juga bahwa makanan ini yang secara alami akan menjadi tubuh dan darah kita, dengan dikonsekrasikan oleh doa yang menggunakan kata-kata Ilahi-Nya Sendiri, menjadi tubuh dan darah yang sama yang menjadikan Yesus manusia.”


PARA KUDUS DAN AJARAN-AJARAN MEREKA TENTANG EKARISTI

Para kudus dari abad-abad sesudahnya, juga secara terus-menerus dan tegas mengungkapkan iman mereka tentang kehadiran Yesus secara nyata dalam rupa Hosti sederhana yang telah dikonsekrir. St. Fransiskus dari Asisi (1181-1226), dalam salah satu dari sedikit suratnya yang masih tersimpan, menulis bahwa “segenap keberadaan manusia hendaklah sujud menyembah. Biarlah seluruh dunia berguncang dan biarlah Surga bersukacita ketika Kristus, Putera Allah Yang Hidup hadir di sana, di atas altar, dalam tangan imam.” St. Fransiskus percaya bahwa tidak ada martabat yang lebih tinggi dari martabat seorang imam “oleh karena hak istimewanya yang agung dan luhur untuk mengkonsekrasikan Tubuh dan Darah Kristus.” St. Antonius dari Padua (1195-1231) menegaskan: “Kita harus teguh mengimani dan dengan terus terang menyatakan bahwa tubuh yang sama yang dilahirkan oleh Sang Perawan; yang digantung di kayu salib; yang dibaringkan dalam makam; yang bangkit pada hari ketiga dan naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa; diberikan sebagai santapan kepada para Rasul, dan sekarang Gereja sungguh mengkonsekrasikannya serta membagikannya kepada umat beriman.”

St. Thomas Aquinas (1225-1274) adalah seorang filsuf dan teolog besar dari abad ke-13 yang digelari “Doktor Ekaristi”, bukan saja karena tulisan-tulisan teologinya yang penuh semangat tentang Ekaristi dalam Summa Theologica, tetapi juga karena madah pujian Ekaristinya, dan tata Perayaan Misanya untuk Pesta Tubuh dan Darah Kristus. St. Thomas dianggap oleh banyak orang sejajar dengan Plato dan Aristoteles, yaitu salah seorang dari filsuf terbesar sepanjang masa. Di pembaringannya, saat menjelang ajal, St. Thomas mengatakan: “Andai saja di dunia ini ada pengetahuan tentang Misteri ini yang lebih hebat daripada iman, sekarang ini aku hendak menegaskan bahwa aku mengimani Kehadiran Nyata Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi, sungguh Allah dan sungguh manusia, Putera Allah, Putera Perawan Maria. Inilah yang aku imani dan aku pegang teguh sebagai kebenaran sejati.”

Warga Amerika pertama yang dinyatakan kudus, St. Elizabeth Ann Seton (1774-1821), ketika masih menjadi jemaat gereja Episcopal, menghadiri Misa saat kunjungannya ke Italia. Ketika pada saat konsekrasi teman Katoliknya berbisik, “Inilah Tubuh Kristus,” Elizabeth sangat tersentuh hatinya. Kemudian, ia menulis kepada saudari iparnya: “Alangkah bahagianya kita, jika saja kita mengimani apa yang diimani jiwa-jiwa terkasih ini, yaitu bahwa mereka mempunyai Tuhan yang hadir dalam Sakramen dan bahwa Ia senantiasa tinggal dalam gereja-gereja mereka dan dihantarkan kepada mereka ketika mereka sakit! Oh, sungguh luar biasa! Ketika mereka membawa Sakramen Mahakudus melewati jendela rumahku, saat aku merasa sedih dan ditinggalkan karena masalahku, aku tidak dapat berhenti meneteskan air mata sementara aku berpikir “Ya Allahku, alangkah bahagianya aku, bahkan ketika aku jauh dari mereka semua yang aku kasihi, jika saja aku dapat menemui-Mu di gereja seperti mereka….. Di lain hari, saat kesedihan yang luar biasa sedang mencekam, tanpa kusadari aku jatuh berlutut ketika Sakramen Mahakudus lewat, dan aku berseru dalam kesesakanku kepada Tuhan untuk memberkati aku jika Ia hadir di sana, hingga seluruh jiwaku hanya mendambakan Dia saja.” Setelah mengalami perkembangan iman dan pada akhirnya menjadi Katolik, tampaknya St. Elizabeth hampir-hampir tidak dapat menahan dirinya ketika ia berseru, “Tuhan ada di mana-mana, di udara yang aku hirup -- ya, di mana saja, tetapi dalam Sakramen-Nya di altar, Ia sungguh hadir secara nyata seperti jiwa dalam tubuhku, yaitu dalam Kurban-Nya yang dipersembahkan setiap hari, kurban yang sungguh sama seperti yang dikurbankan di kayu salib.”


EKARISTI DALAM KEHIDUPAN KITA SEKARANG

Sakramen Mahakudus ini diberikan kepada kita oleh Tuhan kita yang penuh belas kasih sebagai tanda kehadiran-Nya yang terus-menerus di antara anak-anak-Nya. Sakramen Mahakudus disembah sepenuh hati oleh para kudus dan para anggota Gereja yang saleh selama berabad-abad, namun demikian Sakramen yang sama diragukan oleh banyak orang, disepelekan serta diabaikan oleh yang lainnya, diterima secara tidak layak oleh sebagian, dan bahkan dilecehkan oleh yang lain. Oleh karena alasan-alasan tersebut, dan alasan-alasan lainnya yang hanya diketahui oleh Allah saja, Tuhan merasa perlu untuk kadang kala menegaskan kehadiran-Nya dengan mukjizat-mukjizat Ekaristi yang luar biasa. Mukjizat-mukjizat tersebut meneguhkan iman kita serta mengingatkan kita betapa kita mendapat hak istimewa untuk mewartakan salah satu dari kebenaran-kebenaran utama dan misteri teragung dalam agama Katolik: “Dan Sabda telah menjadi daging dan tinggal di antara kita” - tidak hanya di Betlehem, melainkan di setiap tabernakel Katolik dan di setiap hati umat Katolik yang taat.

APAKAH TUHAN MENGAMPUNIKU?

Menyadari akan dosa dan kesalahan diri sendiri memang sangat penting agar menghantarmu pada kesadaran bahwa baik sesama maupun terlebih Tuhan telah kamu sakiti. Tindak lanjut dari penyesalan adalah pengakuan dosa agar Anda pun terbebas dari belenggu dosamu.

Saudaraku, hanya iblislah yang membuatmu selalu mengingat dan terikat dengan dosa-dosa masa lampaumu. Tujuannya hanya satu agar engkau meragukan pengampunan dari Allahmu.

Dengarkalah apa yang Tuhan katakan kepadamu; "sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka (juga kesalahanmu), dan tidak lagi mengingat dosa mereka (pun dosamu) ."

Kalau Tuhan saja tidak mengingat dosa-dosamu, mengapa engkau terus mengingatnya? Mengapa engkau tetap mengikat diri, pikiran, hati dan jiwamu dengan ingatan akan dosa-dosamu yang Tuhan sendiri telah ampuni?

Saudaraku, bebaskanlah dirimu dari penjara itu, karena sesungguhnya Tuhan ingin agar engkau berbahagia bukan hanya di akhirat tapi juga di dunia saat ini.

Datangilah para imam-Nya di kamar pengakuan, karena itulah tempat pelepasan dosa-dosamu, tempat pembebasan engkau dari kuasa setan, tempat dimana Engkau akan merasakan Pengampunan tanpa batas dari Allahmu.

Thursday, February 23, 2012

Doa Angelus

Angelus time.

Maria diberi kabar oleh malaikat Tuhan, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan pada waktu kami mati. Amin.

Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.

Salam Maria ....

Sabda sudah menjadi daging, dan tinggal di antara kita.

Salam Maria ....

Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji Kristus.

Ya Allah, karena kabar malaikat kami mengetahui bahwa Yesus Kristus Putra-Mu menjadi manusia; curahkanlah rahmat-Mu ke dalam hati kami, supaya karena sengsara dan salib-Nya, kami dibawa kepada kebangkitan yang mulia. Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami. Amin.

Didoakan pada jam 6 pagi, jam 12 siang & jam 6 sore.

Sejarahnya : http://yesaya.indocell.net/id251.htm

VERSI LATIN
V. Angelus Domini nuntiavit Mariæ.
R. Et concepit de Spiritu Sancto.
Ave Maria, gratia plena, Dominus tecum. Benedicta tu in mulieribus, et benedictus fructus ventris tui, Iesus.
Sancta Maria, Mater Dei, ora pro nobis peccatoribus, nunc et in hora mortis nostræ. Amen.
V. Ecce Ancilla Domini.
R. Fiat mihi secundum Verbum tuum.
Ave Maria...
V. Et Verbum caro factum est.
R. Et habitavit in nobis.
Ave Maria...
V. Ora pro nobis, Sancta Dei Genetrix.
R. Ut digni efficiamur promissionibus Christi.
Oremus: Gratiam tuam quæsumus, Domine,
mentibus nostris infunde;
ut qui, angelo nuntiante,
Christi Filii tui Incarnationem cognovimus,
per passionem eius et crucem,
ad resurrectionis gloriam perducamur.
Per eumdem Christum Dominum nostrum. Amen.

Puasa dan Patang Gak Sih?

Hehh bro, ngomong-ngomong elo puasa n pantang enggak sih....., oooo jelas puasa dongggg, gua gitu lhooooo. Oooooooo gitu ya, tapi kalau puasa koq sombong gitu ya, masih menang sendiri, bertindak semena-mena terhadap sesama, tu gimana dong!. Nih gua bilangin ya, puasa itu tidak sekedar mengurangi makan dan minum bro, tetapi bagaimana kita meretaskan diri dari kesombongan, kelaliman, sifat semena-mena n sikap-sikap yang buruk deh. Itu baru puasa sesungguhnya bro. "Puasa yang Kukehendaki ialah engkau harus membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk; membagi-bagi rotimu bagi orang yang lapar; membawa ke rumahmu orang yang tidak punya rumah, memberi pakaian yang telanjang, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri". ( Bdk. Yes. 58: 1-9a ).

S. Montanus, St Lucius, dkk

Orang kudus hari ini, 24 Februari; Mengandalkan Tuhan dalam setiap tugas, pekerjaan bahkan pun dalam cobaan hidup adalah ciri khas iman santo-santa. Mereka percaya bahwa pengorbanan mereka takan sia-sia karena Tuhan sendiri yang akan memberikan balasan yang setimpal. Semoga kita pun selalu terdorong untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya di zaman ini.

Kaisar Valerianus menganiaya umat Kristiani dengan bengis sepanjang masa Gereja awali. Ia meluluskan eksekusi St Siprianus pada bulan September 258. Pejabat Romawi yang menjatuhkan hukuman mati kepada St Siprianus tewas tak lama sesudahnya. Pejabat yang baru, Solon, nyaris menjadi kurban dari suatu pemberontakan yang menyangkut suatu persekongkolan untuk menghabisi nyawanya. Tampaknya Solon mencurigai persekongkolan ini sebagai bentuk balas dendam atas kematian St Siprianus. Ia menangkap delapan orang tak bersalah. Semuanya adalah orang-orang Kristen, sebagian besar adalah kaum klerikus, dan semuanya adalah pengikut setia St Siprianus.

Tahanan Kristen itu dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah yang gelap. Mereka mendapati orang-orang lain yang mereka kenal ada dalam penjara. Kotor dan pengap melingkupi kelompok tahanan ini. Mereka sadar bahwa mereka akan segera menghadapi kematian dan kebakaan. Orang-orang Kristen itu ditahan berbulan-bulan lamanya dalam penjara. Mereka dipaksa bekerja di siang hari, dan tanpa sebab seringkali tak diberi makan dan minum. Dalam situasi yang tak berperikemanusiaan macam itu, komunitas kecil umat Kristen ini bersatu padu dan saling tolong-menolong satu sama lain. Yang awam melindungi para uskup, imam dan diakon yang secara istimewa merupakan sasaran kekejian kaisar.

Ketika tahanan Kristiani pada akhirnya dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman mati, masing-masing diijinkan untuk berbicara. Montanus, yang tinggi kekar, berbicara dengan gagah berani kepada segenap umat Kristiani yang ada di antara khalayak ramai. Ia menasehati mereka untuk setia kepada Yesus dan untuk lebih memilih mati daripada mengingkari iman. Lucius, yang kecil dan rapuh, berjalan tertatih-tatih ke tempat eksekusi. Ia lemah akibat masa-masa berat dan sulit di penjara. Sesungguhnya, ia harus bertopang pada dua teman yang membantunya tiba di tempat di mana para algojo telah menanti. Mereka yang menyaksikan berseru-seru memintanya untuk mengingat mereka di surga.

Sementara tahanan Kristen ini seorang demi seorang dipenggal kepalanya, khalayak ramai semakin berani. Mereka menangisi para martir yang menderita ketidakadilan. Tetapi mereka bersukacita juga. Mereka sadar bahwa para martir ini akan memberkati mereka dari surga. Montanus, Lucius dan kawan-kawan wafat sebagai martir pada tahun 259.

Kebaikan dan kasih satu sama lain menandai hidup para kudus ini. Pada hari ini, kita dapat memikirkan untuk melakukan suatu yang baik bagi seseorang dengan siapa kita merasa sulit untuk bergaul.

YESUSLAH ALASAN SUKA CITA JIWAMU

Jumat, 24 Februari 2012
Peringatan St. Lucius dan Montanus, dkk.
Mat.9:14-15;

Tak dapat disangkal bahwa problem dan penderitaan hidup selalu menjadi alasan bagi kita untuk bersedih. Menangislah bila kesedihan itu melandamu. Akan tetapi, pagi ini, ada berita gembira bagimu bahwa Yesus menawarkan Diri-Nya sebagai alasan suka cita jiwamu. Dialah alasan mengapa kita harus berbalik dari duka kepada suka, dari derita kepada kebahagiaan, dari kegelapan menuju terang. Mengapa? Karena Ia datang dari Allah agar menerangi dunia dan hati kita yang gelap karena dosa. Ia datang untuk menawarkan suka cita jiwa. Ia datang agar kita mempunyai alasan dan dasar untuk berbahagia baik di dunia ini maupun akhirat nanti.

Inilah alasan mengapa ketika ada yang bertanya, mengapa murid-murid-Mu tidak berpuasa dan berpantang, Ia pun menjawab mereka; Masakan Aku di sini, bersama dengan mereka, dan mereka harus bermuram muka seperti mereka yang tidak berpengharapan? Tidak! Mereka tidak harus bersedih. Sebaliknya, mereka harus bersuka cita karena dan bersama-Ku.

Oleh karena itu, ketika kita memiliki Yesus di dalam hati kita, maka hendaknya kehadiran-Nya memaknai tindakan puasa dan pantang kita di masa ini. Puasa dan pantang bukan sekedar karena ingin memenuhi aturan hukum, melainkan lebih dari itu, Yesus yang ada di dalam hati dan jiwamu menjadi alasan untuk membuatmu lebih baik, membuatmu lebih bermurah hati, dan akhirnya membuatmu lebih mencintai di masa yang penuh rahmat ini. Memiliki Yesus di dalam hatimu, hendaknya membuat puasa dan pantangmu di masa ini menjadi kesempatan untuk berbagi dengan yang miskin dan papa, berbelas kasih kepada yang menderita, dan akhirnya membuat jiwamu tetap bercahaya di zaman yang semakin menantang imanmu kepada-Nya.

Semoga saja di masa puasa dan pantang ini, yang lain kita kurangi bahkan lepaskan dari pikiran, hati dan jiwa kita, agar Yesus mempunyai tempat di sana. Biarlah yang lain keluar dari dalam jiwa agar Ia sendiri datang, tinggal dan merajainya.

"CINTA YANG BESAR DIBALIK SETIAP ATURAN GEREJA"

Aturan lain boleh dibuat untuk dilanggar, tapi aturan Gereja Katolik selalu berhubungan erat dengan imannya yang harus dijaga dan dilestarikan dengan cinta dan kebijaksanaan.

Merelativir aturan adalah jalan yang terbuka kepada penyalagunaan bahkan penghancuran hukum itu sendiri, bahkan dalam konteks iman, umat semakin dijauhkan umat dari Yesus.

Yesus tidak membenci aturan, tapi Ia mencela mereka yang menerapkan aturan dengan cara yang tidak bijaksana. Apakah engkau tidak berpikir bahwa Yesus pun mencela mereka yang melanggar aturan?

Kalau engkau berpikir bahwa demi alasan apapun aturan gereja dilonggarkan sehingga membuat aturan sendiri, apakah engkau tidak berpikir bahwa ada iman Bunda Gereja yang besar dibalik setiap perumusan aturan yang ada di dalam tubuhnya?

Taatilah aturan agar imanmu tetap terpelihara.

Berkat atau kutuk?

Hehhh, elo mau berkat atau kutuk? Ya jelas berkat dong, emangnya gua bego apa milih kutuk. Nah kalau elo mau berkat, tentu saja elo harus mengasihi Tuhan Allah, yakni dengan cara hidup menurut jalan yang Dia tunjukkan, n selalu berpegang pada perintah, ketetapan n peraturan-Nya. Mau kagak lo, bilang mau berkat tapi elo sendiri bertindak yang tidak mendatangkan berkat. Capek deh!!!! Nah kalau mau berkat konsekuen dong. Nah, konsekuensi pilihan itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pilihan itu sendiri tauuuu. Gimana sih elo ini. ( Bdk. Ul. 30:15-20 ).