Wednesday, March 7, 2012

KATEKESE EKARISTI DARI DOKUMEN GEREJA (2)

diambil dari SACRAMENTUM CARITATIS (SAKRAMEN CINTA KASIH), Anjuran Apostolik Bapa Suci Benediktus XVI
Iman Ekaristis Gereja
6. “Inilah misteri iman kita!” Dengan kata-kata ini, yang diucapkan langsung sesudah kata-kata konsekrasi, imam memaklumkan misteri yang sedang dirayakan dan mengungkapkan kekagumannya di depan perubahan substansial dari roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus, suatu realita yang melampaui pemahaman insani. Ekaristi adalah suatu “misteri iman” yang unggul : “rangkuman dan ringkasan iman kita” . Iman Gereja pada hakikatnya adaah iman ekaristis, dan secara istimewa dipupuk pada meja Ekaristi. Iman dan sakramen adalah dua segi kehidupan gerejawi yang saling melengkapi. Dibangkitkan oleh pemakluman sabda Allah, iman dipupuk dan bertumbuh dalam perjumpaan penuh rahmat dengan Tuhan yang bangkit, yang terjadi dalam Sakramen: “iman diungkapkan dalam ritus, sementara ritus menguatkan dan meneguhkan iman”. Karena alasan ini, Sakramen Altar selalu ada di jantung kehidupan Gereja : “syukur atas Ekaristi, Gereja selalu dilahirkan kembali dalam keadaan baru!” Semakin hidup iman ekaristis umat Allah, semakin besar partisipasinya dalam kehidupan gerejawi, yang diungkapkan dalam komitmen yang kuat kepada perutusan yang dipercayakan Kristus kepada murid-murid-Nya. Sejarah Gereja sendiri memberikan kesaksian tentang hal ini. Dalam batas tertentu, setiap pembaruan yang besar selalu dikaitkan dengan penemuan kembali iman akan kehadiran ekaristis Tuhan di tengah umat-Nya.
--------------------
Untuk direnungkan (tambahan oleh admin) :
• Apakah aku sungguh-sungguh percaya bahwa roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus oleh kuasa Roh Kudus?
• Sejauh ini bagaimana kerinduanku terhadap Sakramen Ekaristi? Apakah menyambut-Nya setiap hari Minggu saja sudah menjadi beban buatku atau malah dengan kerinduan yang menyala-nyala aku mengusahakan untuk menyambut-Nya setiap hari?
• Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus, namun demikian diri kita pribadi adalah juga Gereja. Apakah Ekaristi sungguh-sungguh selalu memperbarui hidup Gereja, yaitu diriku sendiri? Ataukah mulai ada kecenderungan hanya menjadi rutinitas belaka?
• Sudahkah Ekaristi, dan bukan ego diri kita sendiri, membuat kita berpartisipasi pertama- dalam kehidupan gerejawi? Sejauh mana?

No comments:

Post a Comment