Friday, August 24, 2012

"BERILAH APA YANG ANDA PUNYA"

Sabtu, 25 Agustus 2012
Injil: Mat 23:1-12


Banyak orang merasa tak layak untuk berbicara atau mengucapkan kata-kata bijak yang menghibur dan menguatakan orang lain hanya karena terhalang oleh kritikan orang lain maupun kesadaran bahwa mereka kurang bahkan tidak mampu mempraktekkan apa yang mereka sendiri ucapkan dalam hidup mereka. Idealnya memang setiap orang harus mempraktekkan apa yang diucapkannya karena itulah sebuah kesaksian, tapi bila Anda punya kata-kata bijak, mengapa Anda tidak mau berbicara? Anda bisa mengubah orang lain tanpa harus menunjukkan apa yang Anda sendiri ucapkan, karena ketika Anda melakukan semuanya itu dengan jujur dan tulus, maka Tuhan sendirilah yang akan mengubah orang lain lewat kata-katamu.

Injil hari ini mengisahkan tentang kritik pedas Yesus kepada para Ahli Taurat dan Farisi bukan karena jabatan dan kedudukan mereka, melainkan karena ketidakmampuan mereka untuk mempratekkan apa yang mereka ajarkan dan ucapkan dengan indah dari mulut dan bibir mereka. Tuhan menghormati kedudukan, status dan jabatan apa pun yang Anda miliki saat ini, tapi hanya satu harapan-Nya semoga lewat itu, Anda semakin mendekatkan diri pada Tuhanmu dan menyatakan kehadiran-Nya dalam hidup orang lain.

Karena itu, kuajak para sahabat, daripada mengeritik orang lain, lebih baik bertanya diri: "Sejauh manakah aku telah melakukan kebenaran, yakni menyesuaikan apa yang kuucapkan dengan apa yang kupraktekan dalam hidupku?

Anda tidak harus sempurna dalam mempraktekkan apa yang Anda ucapkan, tapi kerelaanmu untuk mencoba menjadi teladan hidup bagi orang lain pasti menyenangkan hati Tuhanmu.

Intinya, jika Anda punya kata dan kalimat bijak...BERKATALAH! Jika Anda mampu berbuat baik...BERBUATLAH! Dan, bila Anda tidak punya keduanya...BERDOALAH!

MENCARI DAN MENGEMBALIKAN KEKATOLIKAN YANG HILANG



Dalam sebuah diskusi dengan sebagian sesama masyarakatku dari Flores setelah misa arwah di Lingkungan Thomas Gg. Salam; kami sepakat bahwa nilai-nilai kekatolikan yang sejak turun temurun d
ihidupi oleh para leluhur Flores akhirnya sekarang hilang dan bahkan ternodai oleh praktek-praktek mabuk, berkelahi, asyik rokok, makan bakso saatnya komuni baru masuk di dalam gereja sebagaimana yang dipraktekan oleh sebagian orang Flores di tanah rantau ini, karena terjebak dalam pemahaman; yang penting khan dari rahim ibuku, saya sudah Katolik yang wajib ikut Misa Mingguan, Natal atau Paskah. Yang penting khan Katolik, mau katolik Napas (Natal paskah) atau apapun labelnya yang penting saya Katolik sehingga nilai-nilai iman kekatolikan yang menunjukan diri sebagai Katolik sejati dengan sendirinya hilang.

Kekatolikan tidak sekedar Katolik. Lebih dari itu Kekatolikan adalah Nilai-nilai iman yang menuntun dan menjadikan hidup dan pribadinya sebagai jalan bagi orang lain untuk diteladani. Kekatolikan adalah hakikat hidup sebagai yang beragama Katolik yaitu nilai-nilai iman dan ajaran Moral yang menjadi sarana untuk hidup dalam rahmat dan berkat Allah yang sekaligus membawa dan membagi rahmat dan berkat Allah itu kepada sesama. Kekatolikan berarti ciri khas yang melekat, langsung dikenal oleh orang lain meski tanpa harus menggunakan simbol-simbol Katolik itu sendiri.

Namun seiring perkembangan zaman, meski tidak semua Kekatolikan ini hampir tergesur oleh kesempitan cinta diri dan keangkuhan. Di lembaga-lembaga Pelayanan Katolik, baik itu Rumah Sakit, Sekolah dan Kampus napas Kekatolikan atas dasar Hukum Cinta Kasih dengan cepat tergantikan oleh Hukum Rimba, hukum uang dan kekuasaan. Hukum kekerasan yang dipraktekan oleh beberapa rumah sakit, lembaga pendidikan dan kampus Katolik melalui para pelaksana dan pemegang regulasi lembaga tersebut yang menindasa bawahan, karyawan dan bahkan pasien. Di lingkungan pemerintahan, pemangku kepentingan lebih mudah menebar pesona dilayani daripada melayani, merancang strategi korupsi daripada strategi pembangunan kesejahteraan bersama. Di lingkungan rumah tangga, martabat sakramental perkawinan dengan cepat dilecehkan oleh perpisahan, konflik dan mengangap perselingkuhan hal biasa. Tak luput pula wajah Gereja Universal di kalangan para imam, biarawan-biarawati, tercoreng oleh karena kegagalan dan ketidakmampuan di dalam menghayati dan menghidup janji imamat ataupun kaul-kaul kebiaraan yang dengan mudah tergesur oleh keegoisan, keangkuhan pemaksaan kehendak.

Kekatolikan yang semestinya menjadikan kita sebagai Katolik Sejati yang tidak hanya kesejatiaan itu didasarkan pada tidak mau menikah atau pacaran beda agama maupun gereja, tidak hanya sampai pada kesetiaan mempertahankan perkawinan dan janji imamat atau kaul seumur hidup namun lebih dari itu terletak pada relasi pribadi kita dengan Yesus melalui sakramen, doa, janji perkawinan, janji imamat dan kaul, janji baptis yang dengan sendirinya tanpa harus memperkenalkan orang langsung mengenal inilah Katolik Sejati kini semakin hilang oleh karena Nilai-Nilai Imanen: Nilai Kasih yang memuat Nilai Pengorbanan dalam Misi Pembebasan Yesus semakin hilang, karena bagi kita cukuplah menjadi Katolik seperti tertulis di KTP, cukuplah menjadi Katolik dengan mengikuti misa setiap hari Minggu.

"Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" (Yoh 1:47), demikian sapaan Yesus pada Natanael (Bartolomeus). Yesus langsung mengenal Natanael sebelum Natanael memperkenalkan diri, karena dalam diri Natanael ada yang hakiki sebagai pengikut Kristus yaitu Relasi pribadi Natanael dengan Yesus dalam doa, dan misi. Yesus, maupun sesama akan berkat; "Lihat, inilah seorang Katolik sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!", ketika kita menghidupi yang hakiki dalam hidup kita yaitu Relasi Pribadi dengan Yesus dan sesama melalui doa, sakramen, janji perkawinan, janji imamat dan Kaul atas dasar Cinta Kasih dan Pengorbanan dalam mewartakan Misi Pembebasan Kristus dalam tindakan yang nyata. Apakah kita sungguh Katolik Sejati tanpa ada Kepalsuan...? Jujurlah pada Tuhan...!!

PS. St. Bartolomeus Rasul

Lie Jelivan msf

BOLEHKAH ORANG KATOLIK MAKAN BABI?



Pertanyaan ini lucu, dan semua orang mungkin tau jawabannya tapi banyak orang Katolik yang terjerat oleh ayat Kitab Suci Perjanjian Lama.. Dalam PL, ada beberapa ayat yang melarang makan babi..

Imamat 11:7 Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.

Ulangan 14:8 Juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya.

APAKAH DEMIKIAN? BERIKUT PENJELASANNYA!

1. Perihal larangan makanan tertentu adalah sehubungan dengan hukum yang menunjukkan hal haram atau tidak haram, dalam rangka hukum pentahiran/ pemurnian bangsa Israel. Dalam hukum ini dikatakan hal-hal yang haram dan bagaimana cara menghapuskan keharaman tersebut. Dalam hukum Imamat PL, hal “haram” menggambarkan keadaan seseorang yang karena perbuatan tertentu yang belum tentu perbuatan dosa, tidak dapat datang kepada Tuhan. Baik orangnya maupun penyebab kondisi orang itu dikatakan sebagai haram. Maka “haram”/ uncleanness, pada umumnya adalah bersifat eksternal, tidak selalu berkaitan dengan pelanggaran hukum moral, dan penghapusan keharaman tersebut juga merupakan sebuah upacara eksternal yang mengembalikan keadaan orang yang “tidak murni” tersebut ke kondisi sebelumnya.

Studi anthropologi telah menunjukkan bahwa pembedaan hal haram dan tidak haram dan pengertian-pengertian religius yang mendasari perbedaan itu telah tersebar luas dan sudah lama ada sebelum jaman bangsa Yahudi. Beberapa ide dan praktek ini diterapkan oleh bangsa Israel yang nomadis dan kemudian disyaratkan oleh Tuhan, sejauh mereka tidak bertentangan dengan kepercayaan Monotheistis dan sebagai cara untuk melatih bangsa Israel menuju standar yang lebih tinggi dalam hal kemurnian moral. Maka motif moral dan religius dari hukum kemurnian adalah seperti yang tertera dalam Im 11:44, “… haruslah kamu kudus , sebab Aku [Tuhan] ini kudus….”

2. Maka dasar untuk mengatakan suatu makanan haram atau tidak haram adalah dari segi kebersihan/ kesehatan, rasa enggan secara natural, pada tingkat tertentu pertimbangan religius, atau karena binatang-binatang tertentu mempunyai konotasi berhala ataupun tahyul. Pengertian binatang haram yang diterima pada saat itu salah satunya adalah yang berkuku belah, bersela panjang, tidak memamah biak (lih. Im 11:7, Ul 14:8), namun juga termasuk ikan yang tidak mempunyai sirip/ sisik ay.7-9, burung pemangsa ay. 13-19, serangga yang bersayap ay. 20-23, binatang reptilia ay. 29-38.

3. Maka kita melihat di sini, larangan untuk makan makanan yang haram tersebut berkaitan dengan maksud Allah untuk mengkuduskan umat-Nya. Setelah Kristus datang ke dunia, Kristuslah yang menjadi jalan yang jauh lebih mulia untuk mencapai kekudusan daripada segala hukum pemurnian tersebut. Maka hukum pengkudusan/ pemurnian ini sesungguhnya dipenuhi dengan sempurna, tidak dengan menhindari makanan yang dianggap haram namun dengan dengan kita menyambut Kristus yang adalah Putera Allah yang kudus, sang Roti Hidup (Yoh 6:25-59) yang menjadi santapan rohani, ‘jalan’ yang menghantar kita kepada Allah Bapa (lih. Yoh 14:6). Bagi umat Katolik, hal ini kita terima pada saat kita menyambut Kristus sendiri dalam yaitu dalam Sabda Allah dan terutama di dalam Ekaristi.

Itulah sebabnya Yesus memberikan perintah ini, “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang…… Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran yang jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang…” (Mat 15:11, 18-20)

Hal ini juga kembali ditegaskan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “…. dalam Tuhan Yesus… tidak ada sesuatu [makanan] yang najis dari dirinya sendiri….. Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rom 14:17). Juga, Rasul Petrus mengalami penglihatan bagaimana Allah tidak menyatakan makanan apapun sebagai haram, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram. (lih. Kis 10:15)

APA KESIMPULANNYA?

1. Memang bukan soal apa yang masuk yang menajiskan kita (lih. Mat 15:11), sehingga, dengan demikian makanan apapun (asalkan memang dari segi kesehatan layak dimakan) dapat kita makan, termasuk di dalamnya daging babi.

2. Namun jika dengan memakan daging babi itu seseorang menjadi batu sandungan bagi orang lain [terutama di hadapan orang-orang yang mengharamkan babi], maka sebaiknya ia tidak makan babi (lih. Rom 14:21). Hal inilah yang dianjurkan oleh Rasul Paulus (lih. 1 Kor 8:13). Dalam hal ini memang diperlukan “prudence”/ kebijaksanaan dari pihak kita untuk menyikapinya dan memutuskannya.

Dikutip dari Situs Katolisitas

Thursday, August 23, 2012

WISUDAMU ADALAH TRAGEDIMU



Menjilid KTI (Karya Tulis Ilmiah) mereka saja, mereka kesulitan untuk menjilid karena biaya penjilidan belum terima dari orang tua. Untuk makan saja, kadang sehari cuma makan satu kali. Namun mereka tidak mengeluh
, mereka terus berjuang untuk menggapai cita-cita mereka. Tapi sayang para pelaksana pendidikan dan pemegang aturang dalam satu Yayasan tidak melihat usaha dan perjuangan itu namun malah melahirkan tragedi baru di tengah duka lama yang sedang mereka alami.

Saya kaget ketika mendengar dalam waktu lima (5) bulan satu orang Mahasiswa dari 94 Mahasiswa harus membayar Rp. 9.300.000,-. Mulai dari biaya studi tour dan BTCLS pada bulan Maret 2012 dengan bayaran Rp. 5. 400. 000, per orang maka dikali 94 mahasiswa= Rp. 507. 600. 000,-. Dari sekian banyak biaya yang dikeluarkan ini, para mahasiswapun tidak menerima rincian biaya secara jelas. Padahal kalau dihitung, untuk biaya studi tour dan BTCLS bayar Rp. 2.000.000,- per mahasiswa pun masih cukup dan lebih untuk biaya tiket studi tour (pesawat, bis, hotel termasuk makan) dan BTCLS bagi para mahasiswa dan sebagian dosen yang ikut. Yang menjadi persoalan kenapa para mahasiswa tidak diberi rincian biaya tiket pesawat Balikpapan-Surabaya (PP), Biaya bis Surabaya-Denpasar (PP) juga tidak diberitahu, termasuk penginapan dan makan dan juga masalah BTCLS. Para mahasiswapun diam, tak mengambil sikap dan tindakan meski tidak menerima transparansi dari sebuah kampus hanya karena takut dipersulit pada saat ujian.

Baru selang empat bulan, 23-27 Juli 2012, para mahasiswa kembali membayar Rp. 1. 900. 000,- untuk UAP (Ujian Akhir Program) dengan melakukan praktek di rumah sakit yang adalah satu Yayasan dengan tiga dosen penguji. Hal yang aneh, perlengkapan ujian digunakan dari Laboratorium Kampus, tapi masih harus bayar. Lalu kemana uang Lab yang dibayar setiap smester? Di mana Dana Sukarela yang minimal Rp. 3. 000. 000/mahasiswa itu yang katanya untuk pengadaan alat-alat Lab? Jika dikatakan untuk honor dosen penguji, maka saya rasa masing-masing mahasiswa cukup membayar Rp. 100.000 X 94= Rp. 9. 400. 000,- ITU SUDAH CUKUP BAHKAN LEBIH. Lagi-lagi inipun tidak ada perincian. Ketika mahasiswa meminta rincian biaya, alasannya karena sudah masuk rekening maka tidak bisa. Ketika mahasiswa meminta kembali kelebihan pembayaran, lagi-lagi alasan sudah masuk rekening jadi tidak bisa dikembalikan. Ah...memangnya ATM hanya bisa masuk, tapi tidak bisa ditarik kembali?

Dan kini berselang dua bulan, tepatnya tanggal 10 September 2012; mereka akan menikmati usaha dan perjuangan mereka lewat wisuda. Tapi beban biaya kembali terjadi: Rp. 2. 000. 000/mahasiswa. Rp. 2. 000. 000,- X 94= Rp. 188. 000. 000,-. Biaya yang sangat besar. Sayangnya banyak biaya ini mahasiswa yang merayakan sukacita wisuda mereka bersama orang tua, atau wali, atau om dan tante hanya disuguhi sekotak snack. Sedangkan pengangkat sumpah, anggota koor, dan tamu penting misalnya pengurus Yayasan, para dosen, dinas kesehatan menikmati uang para wisudawan di restaurant mewah. Jika alasan bayar hotel, palingan biaya hotel sekitar Rp. 30. 000. 000,- Biaya hotel Rp. 30. 000. 000,- jika masing-masing membayar Rp. 1.000.000,- bukankah masih ada sisa Rp. 64. 000. 000,- dan tentu masih cukup untuk prasmanan di mana para wisudawan, orang tua, tamu, para dosen dan koor bisa berbagi sukacita bersama di hotel tempat diadakan wisuda. Jika alasan sewa toga, kursi dan honor untuk pengangkat sumpah, maksimal berkisar Rp. 5. 000. 000,- Maka cukup bahkan lebih jika Rp. 1. 000. 000/ mahasiwa. Tapi mengapa harus Rp. 2. 000. 000? Lagi-lagi tidak ada perincian yang jelas...he diminta malah memarahi mahasiswa. Parahnya lagi, anggota koor yang merupakan anggota unit kegiatan kemahasiswaan di kampus masih dibayar Rp. 100.000,- dari uang para wisudawan. Katanya uang lelahlah, uang bensinlah. Bukankah itu tugas bidang kemahasiswan dan menjadi tanggung jawab kampus dan bukan dibebankan pada para wisudawan. Ah...kok ada pungli kampus kalau kaya gini. Membaca situasi ini saya hanya mengatakan; para Mahasiswa; WISUDAMU ADALAH TRAGEDIMU dan bukanya sukacita dan syukurmu.

Gugatan Nurani Terhadap Lembaga Pendidikan “K”

Lie Jelivan MSF

UNDANGAN TUHAN, UNDANGAN PERTOBATAN



Saya pernah ditanya; pastor kalau para pastor, suster, bruder dan frater, sudah jelas masuk surga yah. Saya menjawab; eits, belum tentu karena bukan soal kesalehan, bukan pula soal kesucian dan bukan sekedar mengimani tetapi lebih pada bagaimana hidup sebagai orang benar di balik kesalehan, kesucian dan iman. Singkatnya kesalehan, kesucian dan iman sejatinya membuat seseorang menjadi orang benar dalam bertindak. Bisa saja para pastor, suster, bruder dan frater malah menjadi penghuni yang layak di neraka hehehehe, jawabku bercanda.

Sebagian dari kita, baik penguasa dan umat beragama, merasa cukup dengan agamanya, dengan ibadahnya, dengan ajaran-ajarannya namun menolak untuk menjadi orang benar. Dan itu terlihat misalnya ketika kita menghadiri undangan Tuhan dalam Perayaan Ekaristi misalnya, sebagian dari kita yang suka memakai busana entah baju atau rok seperti orang yang kekurangan kain selalu mengatakan, yang penting khan hati..kok soal pakaian misa diurus. Kita menghadiri undangan Tuhan dalam ibadah, namun kita menolak menjadi orang benar melalui berkat perutusan; setelah menerima berkat pulang dan gosip, jadilah marilah pergi kita diutus untuk gosip, setelah menerima berkat perutusan yang sejatinya pulang dan membawa berkat bagi orang lain, eh malah korupsi, jadilah marilah pergi kita diutus untuk korupsi. Banyak dari kita kaum berjubah tidak kalah hebohnya, yang penting khan misa soal aturan liturginya dijalankan dengan benar atau tidak, itu bukan masalah, akhirnya kita memberi berkat perutusan agar umat bisa menjadi berkat bagi sesama, tetapi kita sendiri justru tidak mau diutus untuk mewartakan kebenaran.

Kita baik penguasa maupun umat bergama; sebagian besar melihat undangan Tuhan hanya sebatas hari: hari Minggu Misa untuk umat Katolik atau ibadah bagi protestan, Jumad ibadah bagi umat Islam, namun tidak sampai pada kedalaman bathin, tidak masu dalam beningnya nurani bahwa itu adalah undangan Pertobatan untuk menjadi orang yang benar dalam hal penampilan fisik, dalam hal beribadah termasuk liturgi ibadah atau Perayaan Ekaristi untuk umat Katolik dalam hal perilaku manusia bukan men-tuhan-kan agama; yang penting khan soal hati, yang penting khan sudah menjalani ibadah dan membunuh nurani kemanusiaan, tapi menjadi orang benar yang mengantar manusia dan sesamanya untuk menjadi orang benar menjawab undangan Tuhan dalam Pertobatan.

Gus Dur mengatakan; Tuhan tidak perlu dibela. Karena Tuhan itu kuat dan kuasa. Dia tidak perlu dibela karena kalau dibela, itu artinya Tuhan itu lemah, tidak kuat dan tidak Maha Kuasa. Yang dibela adalah manusia, agar Allah dimuliakan. Pernyataan yang bagus yang mau mengungkapkan bahwa melalui agama kita diundang untuk pertobatan, mengantar sesama pada kebenaran dan hidup menjadi orang benar. Agama adalah Undangan Tuhan, Undangan Pertobatan agar dapat merayakan secara bersama pertobatan sebagai orang benar dan tidak semata-mata saleh dan suci, namun hidup bukan sebagai orang benar melainkan hidup sebagai pelaku kekerasan dan fanatisme sempit.

Undangan Tuhan dalam agama masing-masing menjadi Undangan Pertobatan, ketika kita mampu menyadari bahwa melalui ibadah yang adalah undangan Tuhan yang paling konkret bukan sebagai kewajiban melainkan semata-mata, pertama dan utama untuk membangun pertobatan termasuk soal penampilan fisik saat beribadah, memaknai ibadah sebagai jalan yang mengundang sesama untuk bertobat menjadi insan manusia yang benar yang dengan itu memancarkan hati nurani yang bening dan baru. Semoga kita sadar undangan Tuhan dalam misa atau shalat pertama-tama adalah undangan untuk bertobat hidup menjadi manusia yang benar dengan memiliki hati nurani yang benar dan baru pula.

Agama sejatinya adalah undangan Pertobatan
Kamis; 23 Agustus 2012
Lie Jelivan msf

Wednesday, August 22, 2012

"ENGKAULAH YANG MENENTUKAN"

Kamis, 23 Agustus 2012
Injil: Mat 22:1-14


"BANYAK YANG TERPANGGIL, TAPI SEDIKIT YANG TERPILIH"

Seperti fajar pagi, panas dan hujan tercurah dari langit untuk semua makluk, demikian pun keselamatan ditawarkan oleh Allah kepada setiap orang. Setiap orang mendapatkan undangan istimewa untuk masuk ke Kerajaan Allah. Meskipun demikian, kebebasan setiap orang sangat dihargai oleh Allah.

Dapat dikatakan bahwa "undangan telah terberi kepadamu, tapi di pintu masuk ruang pesta selalu diperiksa kembali undanganmu, yang harus engkau sendiri menandainya dengan perbuatan baikmu selama engkau diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini.

Karena itu, Aku selalu mengingatkanmu; "Ketika Allah menciptakanmu Ia tak pernah bertanya kepadamu, seperti apakah engkau atau dimanakah engkau lahir....Akan tetapi, sesaat ketika Allah ingin menyelamatkan engkau, maka Ia akan bertanya padamu; "Maukah engkau Kuselamatkan?" Allah memanggilmu, tapi menjadi sesuatu yang membanggakan dari pihak Allah bahwa engkaulah yang menentukan apakah jiwamu layak terpilih untuk berada bersama Allahmu atau tidak di dalam Kerajaan-Nya.

"ALLAH MENGUNDANGMU KE PESTA PERJAMUANNYA, TAPI KEBAIKANMU SELAMA HIDUP DI DUNIA ADALAH PAKAIAN KELAYAKAN UNTUK MASUK DAN MENIKMATI MENU PESTA ALLAH."

MENGAPA GEREJA KATOLIK TIDAK MENERAPKAN PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN? APA DASARNYA?


Orang Katolik dalam beberapa kesempatan sering dikatakan sebagai orang pelit, susah untuk berbagi, karena memang "dari sononya" katanya ga ada tuh persepuluhan.. Apakah benar demikian? Apa ajaran Gereja Katolik tentang persepuluhan? Bagaimana orang Katolik seharusnya memberikan persembahan?

Dalam kitab suci PL, kita temukan beberapa ayat yang menerapkan persembahan persepuluhan sebagai sebuah KEHARUSAN.. Contohnya di bawah ini:

Abraham memberikan persembahan persepuluhan kepada imam agung Melkizedek (Kej 14:20). Juga dikatakan bahwa persembahan tersebut adalah sebanyak sepersepuluh (1 Sam 8:15; 1 Sam 8:17), yang menjadi suatu ekpresi akan pengakuan bahwa semua berkat berasal dari Tuhan (Kej 28:22). Dan peraturan ini juga ditegaskan di dalam kitab Imamat 27:30.
Sepersepuluh juga dapat berupa hasil bumi (Im 27:30), hasil ternak (Im 27:32); persembahan kepada Tuhan (2 Taw 31:6).
Dan akhirnya dipertegas di kitab Maleakhi 3:6-12, dimana di ayat 10 dikatakan “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”

Bagaimana Gereja Katolik mengartikan PL dalam terang PB tentang Persembahan Persepuluhan? Ini jawabannya!

1. Dalam Perjanjian Baru:
Rasul Paulus mengatakan “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor 9:7) Rasul Paulus tidak mengatakan sepuluh persen, namun menekankan kerelaan hati dan sukacita.

Yesus mengatakan “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (Mat 23:23)

Yesus menekankan akan hakekat dari pemberian, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Yesus tidak menekankan akan persepuluhan, namun apa yang menjadi dasar perpuluhan.

2. Kitab Hukum Gereja:
Kan. 222 – § 1. Kaum beriman kristiani terikat kewajiban untuk membantu memenuhi kebutuhan Gereja, agar tersedia baginya yang perlu untuk ibadat ilahi, karya kerasulan dan amal-kasih serta sustentasi yang wajar para pelayan.

§ 2. Mereka juga terikat kewajiban untuk memajukan keadilan sosial dan juga, mengingat perintah Tuhan, membantu orang-orang miskin dengan penghasilannya sendiri.

Kan. 1262 – Umat beriman hendaknya mendukung Gereja dengan bantuan-bantuan yang diminta dan menurut norma-norma yang dikeluarkan oleh Konferensi para Uskup.

Kan. 1263 – Adalah hak Uskup diosesan, sesudah mendengarkan dewan keuangan dan dewan imam, mewajibkan untuk membayar pajak yang tak berlebihan bagi kepentingan-kepentingan keuskupan, badan-badan hukum publik yang dibawahkan olehnya, sepadan dengan penghasilan mereka; bagi orang-perorangan dan badan-badan hukum lain ia dapat mewajibkan pungutan luar biasa dan tak berlebihan hanya dalam kebutuhan

Jadi, TIDAK ADA yang mengatakan spesifik sepersepuluh bagian.

APA KESIMPULANNYA?

Dari dua dasar di atas, maka Gereja TIDAK PERLU mendefinisikan seberapa besar sumbangan yang harus diberikan, namun lebih kepada pemberian sesuai dengan kemampuan dan juga dengan kerelaan hati dan sukacita. Namun itu tidak berarti bahwa bagi yang mampu untuk memberikan lebih dari sepuluh persen kemudian hanya memberikan bagian yang sedikit. Bagi yang mampu, seharusnya bukan hanya sepuluh persen, namun malah lebih pada itu, jika diperlukan. Bagi kaum miskin yang memang tidak mampu untuk memberikan sepuluh persen, mereka dapat memberikan sesuai dengan kemampuan mereka. Persembahan juga tidak hanya berupa uang, namun juga bakat dan waktu. Yang terpenting, semua persembahan harus dilakukan berdasarkan kasih kita kepada Tuhan sehingga kita dapat mengasihi sesama dengan lebih baik.

Dikutip dari Situs Katolisitas

Tuesday, August 21, 2012

TIDAK SEKEDAR PEMIMPIN, TAPI KUALITAS PEMIMPIN


Pengalaman ditunda Kaul Kekal pada tahun 2005, awalnya menyakitkan, namun justru menjadi sukacita karena, aku sadar menjadi imam bukan sekedar memimpin misa artinya bukan sekedar menjadi imam yang tugasnya melayani sakramen, tetapi lebih dari itu pengalaman penundaan adalah pengalaman mengolah hidupku menuju kualitas sebagai pemimpin. Pengalaman penundaan adalah lahan kebun anggur yang harus diolah agar menghasilkan panenan hidup dan diri yang bermutu tanpa pernah berpikir kapan saya harus memanen hasil olahan itu, kapan saya harus memulai dan berhenti mengolah lahan itu.

Pada hari Minggu Panggilan 2011, seorang temanku dari Medan, anggota tarekat para suster FSE yang waktu itu teman seangkatan kuliah di Fakultas Teologi WedaBahkti Kentungan-Jogja menelphonku. Sambil bercanda dia bertanya; teman kapan kamu keluar? Saya bertanya balik; kenapa teman? Tidak, soalnya banyak teman angkatan kita yang kelihatan bain dan “suci” waktu kuliah kok cepat keluar dari imam, tapi kamu yang ambur adul waktu kuliah kok masih bertahan hingga saat ini, jelasnya. Mendengar itu saya hanya menjawab; teman menjadi Imam bukan sekedar menjadi pemimpin. Tuhan memilih saya bukan karena saya mau menjadi Imam atau gembala para dombaNya, melainkan karena Tuhan mau menjadikan saya sebagai sosok pemimpin yang berkualitas. Maka bukan terletak pada soal waktu, tapi pada bagaimana saya mengolah hidup dan diri saya untuk melahirkan kualitas kepemimpinan itu sendiri.

Sebagian pemimpin kita baik itu penguasa, imam, suster, bruder, DPP seringkali hanya sampai pada titik yang penting saya bisa menjadi pemimpin sebagaimana yang dicita-citakan. Artinya waktunya saya mau jadi penguasa maka cukuplah saya menjadi penguasa. Waktunya saya menjadi imam, maka baiklah saya berusaha agar kuliah selesai tepat waktu, cukuplah saya menghayati kaul kekal dan janji imamat, cukuplah saya berusaha agar sebisa mungkin bisa kaul kekal. Soal urusan menjadi pemimpin: penguasa, imam, suster dan bruder yang diharapkan itu urusan belakangan, yang penting apa yang saya cita-citakan bisa terwujud. Kita lebih mengedepankan apa yang menjadi harapan dan keinginan kita dari pada apa yang dibutuhkan dan diharapkan oleh situasi dan kebutuhan umat, para domba yang kita layani. Dan itu terjadi dalam kehidupan nyata hari ini bahwa di mana-mana masyarakat mengeluh, protes pada pemimpinnya dan juga mengeluh serta protes pada imamnya, susternya maupun brudernya dan juga DPPnya. Keluhan dan protes ini terjadi karena dalam perjalanan waktu kepemimpinan kita terlihat aslinya: berlaku tidak adil, menjadi pemimpin “murahan” asal babe senang, takut dijauhi maka lebih baik tidak usah melakukan konfrontasi, mudah disetir oleh DPP atau umat yang dekat karena kedekatan relasi dan sumbangan.

Kalau kita mau jujur, zaman sekarang banyak masyarakat dan umat kita menjadi Yehezkiel-Yehezkiel baru yang meratapi pemimpinnya: penguasa, imam, suster dan bruder serta DPPnya lantaran para pemimpin kita hanya menggembalakan diri sendiri atau kroninya atau yang selalu memberi sumbangan, para pemimpin kita hanya menikmati “susu” dari kempimpinannya dan membiarkan domba gembalaannya menikmati tuba, yang lemah, miskin disingkirkan, ditindas, dilayani paling terakhir dan bukannya diterima, dirangkul dan diberi pelayanan pertama, mereka yang lemah, terlantar bukannya dikunjungi tapi malah dijauhi yang pada gilirannya merek-mereka ini menjadi lawan terhadap pemimpinnya sendiri: penguasa, imam, suster, bruder dan DPP (Yeh 34:1-11).

Jika kita sadar, kita tidak sekedar Pemimpin: penguasa, imam, suster, bruder dan DPP yang hanya mengamini sumpah jabatan, janji imamat dan kaul kekal, tetapi lebih dari itu sejatinya yang paling penting adalah KUALITAS PEMIMPIN yang melayani dan bertindak adil bagi semua, yang murah hati namun bukan murahan, yang menguatkan yang lemah, merangkul dan mengunjungi yang tersingkirkan dan menyatukan semua kalangan karena bukan soal waktu kapan kita menjadi pemimpin tetapi lebih pada kita terbukan pada RAHMAT ALLAH dan menjadi BERKAT BAGI SEMUA ORANG YANG KITA LAYANI, SEPERTI YANG DITELADANKAN SANTA PERAWAN MARIA RATU DAN IBU KITA (Mat 20:1-14)

Menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan yang berkualitas
PW. SP. Maria Ratu: 22 Agustus 2012
Lie Jelivan msf

Hari ini Gereja memperingati Peringatan Santa Maria, Ratu


Kita dapat belajar mengenai sikap pasrah dan syukur kepada Bunda Maria. Pasrah dan syukur atas kehendak dan rencana kasih Allah, yang terkadang di luar nalar pikiran manusia. Bunda Maria yang perawan mengandung Putera; tentunya tidak masuk dalam nalar pikiran manusia. Namun itulah kehendak dan rencana kasih Allah terhadap manusia melalui perantaraan Sang Bunda Maria, yang hari kita peringati sebagai Ratu. Sang Ratu yang pantas kita teladani dalam kepasrahannya kepada rencana dan kehendak Tuhan. Dan yang selalu mensyukuri setiap anugerah Tuhan.

Kiranya kehendak Tuhan yang kita renungkan hari ini dalam Injil Matius 20:1-16a, juga di luar nalar rasa keadilan secara manusia. Mosok pekerja yang bekerja seharian dan yang bekerja seperempat atau setengah hari mendapat upah yang sama, satu dinar. Tentunya rasa keadilan kita akan terusik. Namun kiranya yang mau disampaikan kepada kita adalah tent
ang kemurahan hati. Tuhan sungguh bermurah hati kepada setiap orang, tentunya sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan. Kita saja yang terkadang terjerumus dalam logika manusiawi kita dan akhirnya kita iri dengan rahmat anugerah yang diterima sesama. Mengapa sesamaku menerima anugerah rahmat yang melimpah, sementara aku tidak.

Ada baiknya terkadang kita menanggalkan logika kita dan mengenakkan “logika” rencana dan kehendak Tuhan, yang tentunya baik dan benar serta indah pada waktunya. Rencana dan kehendak Tuhan yang sungguh istimewa bagi kita. Dan cukupkanlah bahwa kita selalu pasrah dan mensyukuri rencana dan kehendak Tuhan, bagi keselamatan dan kebahagiaan kita.

Berkah Dalem Gusti.

Kiriman Br Agustinus Samsari

FITRI...SIMBOL PERLAWANAN DAN PERJUANGAN




Fitri atau Fitrah demikian kita, terkhusus saudara-saudari kita umat Islam menyapanya. Dia sosok yang kuat, tangguh melawan segala hawa nafsu kedagingan, memerangi segala kemungkaran dan kelaliman m
anusia yang mencintai kekerasan namun membenci kedamaian dan perbedaan. Selama 30 hari Fitri berziarah menahan lapar dan haus, menjual kedagingannya demi berbagi bagi sesama yang miskin dan berkekurangan. Di malam Laitul Qadar, Fitri tidak sekedar merayakan kemenangannya melawan nafsu manusiawi, tidak sekedar berpesta atas kemenangan menahan lapar dan haus, tapi lebih dari itu Fitri menegaskan sebuah komitmen perdamaian, komitmen persaudaraan, komitmen solidaritas untuk menjual segala yang selama ini dianggap baik demi kebahagiaan, kedamaian dan persaudaraan umat manusia.

Kemarin dan hari ini aku bertemu dengannya Sang Fitri yang kembali kepada Fitrahnya sebagai Citra Allah. Jabat tangan erat tidak sekedar mengucapkan selamat hari raya, Mohon Maaf Lahir Bathin, tapi jabatan erat tangan kami itu adalah sebuah rajutan komitmen bersama untuk berani menjula segala keegoisan kami, berani menjual segala hawa nafsu keinginan daging kami, berani untuk tidak bersedih melepaskan kekuasaan yang selama ini menjadi penjara jiwa. Kemarin dan hari ini Fitri hadir mendatangi jiwa penguasa yang selama ini sangat takut kekuasaannya diambil alih oleh masyarakat yang terus merongrong dan menggoyang kursi empuk kekuasaannya, Fitri datang membongkar kebusukan kaum pengusaha pertambangan dan kelapa sawit yang selama ini telah memporakporandakan lingkungan ciptaan Allahnya, yang mencabik, memperkosa dan menjual harga diri masyarakat adat atas nama uang, kekayaan dan kekuasaan.

Tangan Fitri begitu lembut namun mengalirkan darah perjuangan dan perlawanan, membuat malu oknum kaum beragama yang melantik diri mereka sendiri sebagai pembela Tuhan namun mengorbankan nyawa, kerukunan dan kedamaian insan manusia lain. Tak ada otot kekuasaan, tak ada tulang kerakusan dibalik halus kulitnya, namun jabatan Fitri menggetarkan nadi perjuangan, suaranya yang lembut halus menggema membangkitkan sukma perlawanan untuk memanusiakan manusia dalam satu nada kemanusiaan Rahmatan Lil’alamin tak peduli seberapa banyak yang ia berikan, selaksa ribu yang ia korbankan; semuanya demi satu nama; MEMANUSIAKAN MANUSIA, MEMFITRAHKAN ALAM SEMESTA.

Hari ini Fitri tidak mengucapkan kata pamit, tapi kembali ke peraduan jiwanya; sambil membasahi jiwa insan yang keluh, memerangi jiwa angkuh, hati yang egosi, sukma dan pikiran yang diliputi nafsu dan dengki dengan satu kata; JANGAN PERNAH ENGKAU MENGANGIS KARENA HARUS MENINGGALKAN DAN MENJUAL SEGALA KESENANGAN MANUSIAWIMU. TETAPI BERSYUKURLAH BAHWA ENGKAU SUNGGUH-SUNGGUH KEMBALI KE FITRHMU SEBAGAI CITRA ALLAH YANG MENJADI PELAYAN BAGI WARGAMU SEBAGAI SOSOK NEGARAWAN, YANG MENGEMBALIKAN APA YANG MENJADI HAK WARGAMU, YANG TIDAK MENJUAL HARGA DIRI MASYARAKAT ADAT ATAS NAMA UANG DAN KEKUASAAN MELALUI INVESTASI PERTAMBANGAN DAN KELAPA SAWIT. BERSUKACITALAH KARENA ENGKAU MENJADI KAUM BERAGAMA DAN BERIMAN BUKAN UNTUK MEMBELA ALLAH, TAPI UNTUK MEMANUSIAKAN MANUSIA DEMI KEMULIAAN ALLAH.

Setelah mengucapkan sabda pertobatan bagi insan dunia; Fitripun kembali ke bilik hati insan manusia sambil tersenyum lantaran mampu menjual segala keangkuhan hidupnya demi memerangi kesombongan, kerakusan dan kekuasaan penguasa, kapitalis dan oknum beragama yang selama ini hobinya menindas insan manusia. Fitri tak bersedih hati, karena tujuan peziarahannya selama 30 hari adalah kembali ke Fitrah sebagai Citra Allah, mengikuti jalan dan cara hidup Allah yang menyangkal keinginan dan kehendak manusiawi dan bukan seperti pemuda yang yang bersedih karena harus menjual seluruh harta miliknya untuk orang-orang miskin, kecil dan terlantar (bdk. Mat 19:16-22).
Fitri menjadi simbol perjuangan dan perlawanan pada para penguasa yang menindas, kapitalis pertambangan dan kelapa sawit yang rakus dan serakah, oknum beragama yang dengan sombong melantik dirinya sendiri sebagai pembela Tuhan.

Jadikan Idul Fitri melawan kekuasaan yang menindas, kapitalis yang rakus

Lie Jelivan msf

Monday, August 20, 2012

CERITA TENTANG SEBUAH KESABARAN



Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu,ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk.

Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka berdua. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya.

Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: ("Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!"). Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki jugamengambil satu.

Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir ("Ya ampun orang ini berani sekali"), dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih!".

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya. Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih.

Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu. Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.

Orang lainlah yang selalu salah, orang lainlah yang patut disingkirkan, orang lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang selalu bikin masalah, orang lainlah yang pantas diberi pelajaran.

Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.Kita sering mempengaruhi, mengomentari,mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya

Saya tidak tahu siapa yang menulis kisah ini, Namun karena bermanfaat bagi saya, maka saya salin ulang di group ini, moga bermanfaat juga bagi anda.

GERAKAN DOA SOLIDARITAS 40 HARI BAGI GEREJA-GEREJA YANG TERANIAYA OLEH IMANNYA..



Mari berdoa selama 40 hari penuh mulai hari ini, 20 Agustus s/d 28 September sebelum Pesta Malaikat Agung dengan cara yang sederhana.. 1x Bapa Kami, 3x Salam Maria, 1x Kemuliaan + St. Mikael tentara surgawi doakanlah kami..

Page Gereja Katolik akan memulai gerakan doa ini setiap hari Pk. 21.00..

Intensi: Mohon rahmat pertolongan Allah dan bantuan St. Mikael, Malaikat Agung untuk semua gereja yang teraniaya karena imannya, secara khusus untuk:

1. Gereja St. Johannes Baptista, Parung, Keuskupan Bogor (Tenda untuk misa disegel sehingga umat merayakan misa di halaman dengan panas terik matahari)

2. Gereja St. Leo Agung, Jatiwaringin, Keuskupan Agung Jakarta (Gereja dibakar dan kini di bedeng)

3. Gereja Kalvari, Lubang Buaya, Keuskupan Agung Jakarta (IMB tidak keluar belasan tahun, merayakan misa di bedeng)

4. Gereja St. Yohanes Maria Vianney, Cilangkap, Keuskupan Agung Jakarta (IMB tidak keluar)

5. Gereja Ibu Theresa, Cikarang, Keuskupan Agung Jakarta (Berkali-kali didemo dan IMB tidak keluar)

6. Gereja St. Klara, Bekasi, Keuskupan Agung Jakarta (IMB tidak keluar, beribadah di kapel oikumene dan RUKO)

7. Gereja St. Agustinus, Karawaci, Keuskupan Agung Jakarta (IMB tidak keluar puluhan tahun, beribadah di aula sekolah)

8. 3 Stasi kita di Aceh Singkil, Paroki St. Mikael, Tumbajae, Keuskupan Sibolga (Disegel dan tidak dapat digunakan)

9. Semua Gereja Katolik di tanah air yang teraniaya karena imannya..

Salam dan doa, Deo Gratias

"SERAHKANLAH PADA TUHANMU"

Selasa, 21 Agustus 2012
Injil: Mat 19:23-30



Bacaan hari ini pun masih berbicara tentang hubungan antara keterikatan hati dan jiwa pada kekayaan dan kelayakan jiwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, dan itu kiranya sudah jelas dalam renungan pagi di hari kemarin. Pagi ini, izinkalah aku untuk menghantarmu merenungkan tentang yang satu ini; "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."

Kesulitan banyak orang adalah keinginan mereka untuk mengubah apa yang mereka sendiri tidak mampu untuk lakukan. Lalu, manakah yang harus Anda perbuat? Ubahlah apa yang bisa Anda lakukan, dan yang sisanya serahkan kepada Dia yang dapat membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bukankah air tidak akan berubah menjadi anggur bila itu tetap berada dalam tempayan manusia? Bukankah roti dan ikan akan tetap menjadi 5 dan 2 jika tetap berada di tangan manusia? Dalam segalanya, marilah kita mohon; "Tuhan, berilah aku kekuatan dan keberanian untuk mengubah apa yang mampu kuubah, dan, untuk menerima apa yang tak mampu kuubah. Berilah aku rahmat untuk dapat membedakannya."

Karena itu, kuyakinkan engkau di pagi ini bahwa Yesus selalu membutuhkan imanmu untuk mengubah apa yang tidak mungkin dalam pikiranmu menjadi mungkin dan nyata dalam kehidupanmu. Dengan kata lain, imanmu tidak membuat segalanya menjadi mudah untuk dijalani tapi menjadi mungkin untuk dikerjakan.

Sunday, August 19, 2012

6 TRIK MELEPAS MASA LAJANG

6 Trik agar segera melepas masa lajang (paling utama berdoa dan berserah pada Tuhan tentunya) khusus untuk temans cewek yaa, semoga berguna :)


1. Nikmati Waktu Bersantai Anda

Bukan malah terus mencari sosok the one dari segala penjuru. Karena peraturan pertama untuk mencuri atensi pria adalah: Jangan pernah mencarinya! Selama ini, Anda terlalu fokus “berburu” Mr.Right saat Anda menikmati secangkir kopi atau sebuah momen bersantai dengan sahabat. Tanpa disadari, rasa “haus” Anda akan kehadiran prince charming ini sangat mudah diketahui oleh para pria di luar sana lho! Mau tahu hal yang lebih buruk? Tentu, para pria ini tidak ada yang bersedia berada pada posisi kritis Anda. Apa pasal? Karena mereka lebih tertarik dengan wanita yang bisa menikmati setiap momen yang Anda lewati, like you’re really having a good time. True! So ladies, kali ini pesan segelas cocktail, dan nikmati waktu Anda dengan maksimal. Just THAT!

2. Jangan Membandingkan Diri Anda

Hal kedua yang dinilai pria dari Anda adalah rasa percaya diri. Coba pikirkan hal ini: Saat Anda berkencan dengan seorang pria, ia memiliki seorang ibu, saudara wanita, dan beberapa sahabat wanita yang akan sering Anda temui selama menjalin hubungan dengannya. Kalau selama ini Anda amat vokal dan sibuk membandingkan kehadiran wanita lain dengan diri sendiri, dan melontarkan beberapa kalimat seperti, “Aku dan sahabat kamu, siapa yang lebih cantik?”, atau “Adikmu kurus sekali ya, tidak seperti aku!”, lebih baik lupakan semua kebiasaan ini. Ingat, apa yang jadi kelebihan orang lain tak akan buat Anda terlihat buruk, melainkan perasaan cemburu dan iri yang akan menggerogoti rasa percaya diri Anda. Kali ini, jadilah wanita yang buat pria merasa nyaman untuk membawa Anda ke dalam kehidupannya, ya!

3. Anda dan Segudang Kesibukan

Karier, keluarga, sahabat. Ya, waktu Anda serasa dipenuhi oleh segudang kegiatan yang selalu datang silih berganti. Kalau sudah begini, tak heran Anda bahkan tak lagi memiliki waktu untuk merasa kesepian, melainkan selalu percaya diri dan pastinya happy! Poin plusnya, banyak pria di luar sana ternyata sudah berlomba untuk menjadi bagian dari rutinitas Anda, lho. Eits, tapi ingat! Tak selamanya pria memiliki waktu selama 24/7, hanya untuk memerhatikan Anda. Apalagi kalau Anda kerap bergantung padanya, dan terus menghubunginya, Cosmo yakin, tentu si dia akan merasa tertekan dengan segudang tuntutan akan nilai absensinya di kehidupan Anda. It’s a big no no, honey!

4. Berhenti Menjadi Drama Queen

Anda baru saja terkena omelan dari si bos, ditambah dress yang baru saja dibeli untuk dikenakan saat ulang tahun sahabat Anda pun rusak akibat kelalaian sang adik. Jelas ini bukan hari Anda! Oh well, Cosmo mengerti kok, kalau setiap orang tentu pernah mengalami hari yang buruk. Wajar jika akhirnya Anda kerap mengumpat, berkeluh kesah, sampai... ingin berteriak, “Life sucks!”. Tapi jangan sampai kekesalan Anda ini dilampiaskan ke orang lain . Dijamin, pria manapun tak ada yang mampu bertahan lama. Tak mau kan, Anda malah dijuluki seorang drama queenoleh si dia?

5. Berhenti Memberikan Tampilan Berlebih

Anda boleh saja saling beradu memiliki dress keluaran terbaru, atau kerap mengganti sepatu sesuai dengan tren terkini dengan sahabat. Tapi kenyataannya, ini justru buat para pria jengah. Lupakan kebiasaan ini untuk menarik perhatiannya! Wanita seksi di mata pria itu...hanya mengenakan kemeja atau t-shirt putih, plus skinny jeans, dan heels, THAT’S IT!

6. Jadilah Orang Yang Ingin Anda Kencani

Ini mungkin terkesan sederhana, tapi kenyataannya Anda sulit untuk bertemu pria yang memiliki emosional yang baik, penyayang, dan sabar jika salah satu dari kriteria tersebut tak ada dalam diri Anda. Penjelasannya, jika Anda sendiri tak ingin berkencan dengan Anda, bagaimana bisa mengharapkan seorang pria mengencani Anda? Kalau Anda saja belum mengetahui apa yang diinginkan, tentunya sulit mencari tipe pria idaman, kan?

Source: Cosmopolitan Edisi Februari 2012, Halaman 178

Mengimani Yesus Sampai Maut Menjemput

ADE LENA ENGKAU UKIR HIDUPKU DENGAN IMANMU


Baru dua Minggu yang lalu, aku menelphonmu. Engkau tetap tertawa di seberang pulau menyapaku, gimana chabarnya kak pastor. Akupun bahagia mendengarkan suaramu dan membalas tanyamu; kabar kak pasto
r baik dek. Gimana dek, apakah ada perkembangan? Dan sekali lagi dengan sapa kekuatan, iman dan keyakinanmu, meyakinkanku, tinggal menunggu pecahnya aja kak pastor, yang penting harus semangat. Harus gitu dong kak pastor, demikian sabda kekuatan yang engkau berikan kepadaku. Tuhan begitu dekat denganmu dek, gumamku dalam hatiku.

Dua Minggu berlalu, dan kemarin tepat jam 20.00 wita, senyum dan tawa kekuatan darimu berubah seketika jadi linangan air mata membasahi pipi ini. Aku belum percaya ade pergi meninggalkan bapak yang menemanimu di Flores-Larantuka, serta mama dan kakakmu di Samarinda dan saya yang sedang di Banjarbaru. Aku belum percaya, dan untuk membangun kepercayaanku aku mencoba untuk menelphonmu sebanyak tiga kali semalam. Semua telphonku masuk, namun tak ada suara jawab darimu. Dari situlah aku mengerti, bahwa Allah lebih dahulu telah memanggil ade, dan adepun dengan cepat telah memberikan sebuah jawaban pasti dalam iman atas panggilan abadi Allah Sang Empunya kehidupan insan manusia.

Kesedihan manusiawiku atas kepergianmu dek Lena, tak bisa kupungkiri di saat aku harus merenung masa-masa indah di mana engkau hadirkan pengalaman iman meneguhkan imanku di saat sakitmu. Butiran air mata ini bagai mutiara kesegaran yang mengingatkanku bahwa kepergianmu adalah demi dan karena Allah lebih mencintai ade, demikian pula lantaran ade lebih mencintai Dia menerobos penghalang kehendakku, kehendak keluarga untuk melihatmu lebih lama hidup berbagi suka bersama kami. Kepergianmu meyakinkan aku kembali akan kata-kata imanmu di ruangan Yakobus nomor 4c Rumah Sakit Dirgahayu saat itu; sakitku dan sumbangan para sahabat semuanya demi CINTA AKAN TUHAN.

Dek Mari Lena, dari namamu engkau hadirkan pengalaman iman kepasrahan akan kehendak Allah, keterbukaan untuk dijiwai dan disegarkan oleh kasih Allah. Meski hati ini tak merelakan kepergianmu di saat usiamu masih belia, namun engkau telah menunjukan betapa mulia Kasih Allah dan Kasihmu pada kehendak Allah. Engkau pergi tanpa pamit, engkau selalu mengukir sakitmu dengan senyum dan tawamu, merenda canda dan kisahmu, menyemangatiku bahwa engkau tetap sehat. Engkau jadikan sepotong es kesukaanmu sebagai tanda pamitan terakhir darimu untuk bapak, mama, kakak dan seluruh keluarga ade, termasuk untukku. Engkau tahu, bagaimana usaha dan perjuangan kami bersama bapak, mama dan keluarga semuanya, dan sepertinya engkau tidak menginginkan lebih yang bisa kami berikan kepadamu, tapi hanya es dan itu permintaanmu selama sehari, yang engkau tahu es adalah pantanganmu. Namun sepertinya melalui es engkau hanya mengharapkan seberkas cinta kami untukmu dek dan setelah engkau menikmati permintaanmu, engkau pamit selamanya dalam Iman dan senyum seperti kisah bapak tadi siang di saat aku menelphon bapak; Tuhan ada bersamamu dek, demikian cerita bapak.

Dek Maria Lena...maafkan aku yang tak mampu memberimu banyak. Tak kuasa berjuang demi harapan dan masa depanmu. Engkau telah memberikan yang terindah buatku; yaitu ukiran Imanmu menggetarkan jiwaku untuk melayani dengan tulus meski harus menderita dan sakit. Jujur dek...aku sebagai manusia belum menerima kepergianmu, bahkan berontak dan merasa bersalah karena tak mampu berbuat lebih baik dan banyak untuk ade, sedih dan maunya menangis terus namun aku tahu, ade pasti kecewa dan memarahiku lantaran aku harus sedih dan menangisimu, karena ade sendiri telah mengajarkan kepadaku; HARUS SEMANGAT meski melewati sakit dan derita, dan seperti pesan ade padaku; JANGAN TAKUT DENGAN SAKIT DAN KEMATIAN. Dan kini telah ade tunjukan dengan senyuman tulus penuh iman, ade menerima panggilan ilahi abadi Allah untuk masuk tanah terjanji Yerusalem Surgawi. Kepergianmu Ade Lena MENGUKIR HIDUP DAN PELAYANANKU DENGAN IMANMU. DOA KAK PASTOR UNTUKMU DEK...DOAKAN KAK PASTOR YAH DEK...AKU MENGIMANI...

Untukmu adikku Maria Lena Yang Sedang menikmati Perjamuan Abadi bersama Yesus
Lie Jelivan msf

"KEKAYAAN MEMBERIMU DUA PILIHAN"

Senin, 20 Agustus 2012
Injil: Mat 19:16-22



Menjadi sesuatu yang membanggakan jika apa yang kamu miliki, didapatkan melalui usaha dan kerja kerasmu, karena dengan itu Anda akan bangga pada dirimu sendiri dan selalu bersyukur kepada Sang Pemberi segala sesuatu. Meskipun demikian, kadang terjadi bahwa ada juga sebagian yang berpikir, semua yang kudapatkan adalah hasil dari usaha dan kerja kerasku sehingga tidak ada yang bisa mengaturku, bahkan Tuhan pun terlupakan. Sedangkan yang lain lagi menikmati kekayaan (harta benda mereka) tanpa usaha dan kerja keras, tapi mereka berpikir bahwa itulah keberuntungan atau nasib baik mereka.

Percakapan Yesus dan pemuda kaya dalam Injil hari ini memberikan pencerahan tentang bagaimana kita memanfaatkan harta kekayaan kita. Dengan hartamu Anda diperhadapkan dengan dua pilihan; Menikmati sendiri apa yang Anda miliki sampai waktunya Anda terpisah dengannya tanpa membawa bersamamu, ataukah, di lain pihak, Anda menjadikan dirimu saluran perpanjangan tangan kasih Tuhan untuk menyapa sesama yang membutuhkan dalam penderitaan mereka. Ingatlah akan sabda-Nya; "Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."

Karena itu, kudatangi jiwamu di pagi ini dan membisikkan yang satu ini: "Sesaat ketika hartamu bertambah, maka pada saat yang sama sesamamu membutuhkan sedikit dari apa yang Anda telah peroleh." Lagi, "Anda hanya bisa mengerti mengapa Anda memiliki sesuatu ketika Anda rela membagikannya kepada sesama yang membutuhkannya.

Saturday, August 18, 2012

Yohanes 15:4

19 Agustus 2012

Bacaan Hari Ini:
Yohanes 15:4 "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku."
____________________________________

Bayangkan jika saya menanam pohon di halaman depan rumah, lalu beberapa saat kemudian saya memutuskan akan terlihat lebih baik jika pohon itu ditanam di halaman belakang rumah.
Kemudian setelah beberapa bulan, saya menyadari akan lebih baik lagi jika pohon itu ditanam di halaman depan.
Maka saya menggali dan menanamnya kembali di halaman depan.
Pohon itu tidak hanya akan gagal bertumbuh subur, tetapi juga akan berjuang hanya untuk bertahan hidup.

Namun beberapa orang bersikap seperti itu dengan Allah.
Mereka memutuskan untuk pergi ke gereja, membaca Alkitab, dan berdoa secara teratur.
Mereka melakukan ini selama sebulan, dan kemudian mereka mencabut diri mereka dan menghilang selama beberapa bulan.
Lalu mereka kembali lagi.
Kemudian mencabut diri dan kembali ke kehidupan lama lagi.
Akhirnya mereka kembali lagi ke gereja dan berada di jalan Tuhan lagi.
Namun sesungguhnya, mereka tidak akan bertumbuh secara rohani dengan cara seperti itu.

Yesus berkata, "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4)
Itulah rahasia dari pertumbuhan iman: untuk taat.
Ketaatan berarti tinggal diam di satu tempat.
Bagi orang percaya, taat berarti menjaga persekutuan yang tak terputus dengan Allah.
Ketaatan adalah suatu keteraturan dan konsistensi.
Dan ketaatan menghasilkan buah yang abadi.

Cara lain untuk menjadi taat adalah dengan berjalan bersama Tuhan.
Dalam 1 Yohanes 2:6 dikatakan, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."
Berjalan adalah bergerak secara konsisten.
Berjalan bersama Tuhan berarti memberikan waktu untuk Firman Tuhan, dan berdoa setiap hari.
Jika Anda terlalu sibuk, maka bangunlah lebih pagi.
Tidurlah lebih awal.
Maka Anda akan mempunyai waktu untuk melakukan hal-hal yang penting.
____________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
Mazmur 102-103; 1 Korintus 2

YESUS MEMBERIMU TUBUH DAN DARAHNYA

Minggu Biasa XX, 19 Agustus 2012
Injil: Yoh.6:51-58


Tubuh memerlukan makanan untuk kenyang dan hidup di dunia, tapi jiwa selalu merindukan makanan surgawi untuk menghantarmu ke tempat di mana Sang Pemberi hidup berada.

Yesus selalu menjaga dan mengenyangkan jiwamu dengan Tubuh dan Dara-Nya agar engkau ada di dalam Dia dan Dia di dalam Engkau. Bagaimana caranya? Itulah Ekaristi yang kita rayakan dengan bangga setiap saat. Oleh karena itu, kudatangi jiwamu dan kuingatkan; Jika Anda hanya tinggal di rumahmu hari ini maka Anda hanya mengenyangkan perutmu. Akan tetapi,
jika Anda ke gereja maka jiwamu akan mendapatkan santapan hidup yang kekal, yakni Tubuh dan Darah Kristus sendiri yang akan menjadi bekal bagimu ke surga karena sesungguhnya Ia berkata: "Barangsiapa makan Tubuh-Ku dan Minum Darah-Ku...
akan memperoleh hidup yang kekal."

Intinya, Yesus telah menerima hidup dari Bapa, dan hidup itu diberikan kepadamu lewat sengsara, kematian dan kebangkitan-Nya, agar engkau hidup di dunia ini untuk menjadi terang dan sumber inspirasi hidup bagi yang lain." Ekaristi menjadi perjamuan surgawi yang dilaksanakan di atas bumi (Scott Hahn) maka terimalah Ekaristi selalu dengan hati surgawi.

Friday, August 17, 2012

SULITNYA MELAHIRKAN SEORANG IMAM



Tiga tahun atau bahkan empat tahun baru bisa mendapatkan dua atau malah satu orang Imam baru. Bangunan megah dengan sekitar 60an kamar itu sekarang hanya dihuni sekitar 15 orang frater atau calon imam. Dari
15 frater itu belum tentu juga akhirnya menjadi imam semua; yah demikianlah sabda Yesus; Banyak yang dipanggil namun satu atau dua yang dipilih atau Tuaian memang banyak tapi pekerja sedikit. Di tengah keterbatasan imam, yah kita tahu ada frater yang akhirnya memilih jalan untuk menempuh jalan kehidupan yang baru. Bahkan ada imam juga yang demikian. Kita tidak bisa mempersalahkan. Bahkan ada sudah pensiun bahkan ada yang meninggal dunia. Jumlah daerah misi dan pelayanan masih banyak yang membutuhkan tenaga-tenaga Imam untuk melayani dan mengembangkan Gereja. Artinya jumlah imam tidak sebanding dengan jumlah daerah misi dan pelayanan. Jumlah daerah misi lebih banyak dari pada jumlah tenaga imam.

Di tengah keterbatasan demikian dengan tuntutan umat yang begitu tinggi, seorang imam harus siap melayani, seorang imam harus sempurna yang diperparah dengan gosip-gosip atau surat-surat kaleng, kadang terpikir dalam benakku; apakah minimnya tenaga imam saat ini hanya dipikirkan oleh pihak tarekat dan atau pihak keuskupan? Umat yang penting tahu jadi, ada imam dan siap melayani. Memperihatinkan memang. Banyak tarekat imam, paling tidak kami MSF Provinsi Kalimantan berpikir dan merencanakan berbagai macam cara dan usaha untuk melahirkan para imam dengan menggalakan dan promosi panggilan bahkan sampai pada penggalangan dana dengan berbagai cara. Uang sakupun menjadi patungan bulanan untuk biaya pendidikan para calon imam kami sebagai salah satu bentuk dukungan dan usaha penggalian dana. Kadang kita merasa mendoakan para imam, calon imam dan panggilan itu sudah cukup sebagai tanggung jawab umat, dan soal ada imam atau tidak itu tanggung jawab Keuskupan atau Tarekat.

Di tengah situasi yang demikian, secara sadar ada ketegangan antara mempertahankan karya misi atau melepaskannya demi formatio (pendidikan dan pembinaan) para calon imam dan sebaliknya. Paling tidak seperti kami MSF sebagai tarekat misioner, di satu sisi ada tuntutan untuk menanggapi panggilan karya misi di daerah misi namun ada kemendesakan di dalam tarekat sendiri untuk menyediakan tenaga formatio bagi para calon imam. Kebingungan terjadi karena kembali pada masalah pokok kekurangan tenaga. Akhirnya kadang terjadi, satu tenga imam terpaksa dilepaskan dari tugas parokial dan dipersiapkan menjadi tenaga formatio. Atau yang sering terjadi, tenaga formatio terpaksa dikorbankan demi memenuhi tuntutan pelayanan karya misi. Harus menunggu 10an tahun baru bisa menghasilkan satu tenaga formatio di bidang pendidikan dan pendampingan para calon imam. Di tengah segala keprihatinan ini, kadang kita seakan cuek itu bukan tanggung jawab saya dan terus menuntut agar kebutuhan kita sebagai umat harus terpenuhi. Bahkan kadang bukannya kita ikut memikirkan bagaimana melahirkan imam-imam baru bersama Keuskupan atau Tarekat, namun malah menuntut imam harus sempurna: penampilan, kotbah harus menarik dan bagus yang kemudian diperparah dengan gosip, isu dan surat kaleng yang justru mematikan semangat panggilan Imam atau mereka yang ingin menjadi Imam. Kita semua prihatin tentunya, tapi mengapa keprihatinan itu harus dibalas dengan gosip, isu dan surat kaleng dan bukannya menasehati atau berkomunikasi secara langsung. Seandainya kita sadar, untuk melahirkan seorang Imam sangat-sangat sulit maka bukan lagi gosip, isu dan surat kaleng yang kita buat, melainkan bekerja sama dengan Keuskupan atau Tarekat untuk ikut memikirkan dan merencanakan cara-cara yang strategis dan efektif untuk melakukan penggalakan dan promosi panggilan dan kalau perlu mengulurkan tangan untuk ikut membantu biaya pendidikan satu orang calon imam saja melalui sumbangan pribadi walau tidak banyak.

Mari kita semua sadar bahwa BETAPA SULITNYA MELAHIRKAN SEORANG IMAM. Berhentilah sejenak untuk berharap banyak tetapi marilah kita bekerja sama sebagai satu Gereja dengan Keuskupan dan Tarekat sebagai bentuk tanggung jawab kita untuk pertumbuhan dan perkembangan Gereja. Tulisan ini bukan untuk mengemis, tapi mencoba untuk membuka dan membangun kesadaran kita bersama bahwa ditengah tuntutan kita sebagai umat yang tinggi dan berlebihan tanpa melihat situasi Keuskupan atau Tarekat saat ini ternyata; BETAPA SULITNYA MELAHIRKAN SEORANG IMAM!!. Selamat Merenung.

Aku mendamba Umat yang mau bekerjasama untuk melahirkan seorang Imam
Di pinggiran jalan A. Yani Banjarbaru:
Lie Jelivan msf

DIMANAKAH HATI NURANI..??

RENUNGAN KITA SEMUA..

Ayah Menggendong Mayat Anaknya Dari RSCM Ke Bogor Karena Tak Mampu Bayar Ambulan... !! Terjadi Di Jakarta !!!, Ayah Menggendong Mayat Anaknya Dari RSCM Ke Bogor Karena Tak Mampu Bayar Ambulan
!! Penumpang kereta rel listrik (krl) jurusan Jakarta – Bogor pun geger minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah... menggendong mayat anak, khaerunisa (3 thn). Supriono akan memakamkan si kecil di kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa krl. Tapi di stasiun tebet, supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber.

Polisi belum langsung percaya dan memaksa supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi. Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa khaerunisa untuk berobat ke puskesmas kecamatan setiabudi. Saya hanya sekali bawa khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya rp 10.000,- per hari. Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel ka di cikini itu. Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, muriski saleh (6 thn), untuk memulung kardus di manggarai hingga salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya. Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada minggu (5/6) pukul 07.00. Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau.

Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan muriski termangu. Uang di saku tinggal rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari manggarai hingga ke stasiun tebet, supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di kramat, bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung. Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di stasiun tebet. Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau khaerunisa sudah menghadap sang khalik.

Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika krl jurusan bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang krl yang mendengar penjelasan supriono langsung berkerumun dan supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet. Polisi menyuruh agar supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam. Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan. Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski.

Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan. Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah khaerunisa. Jangan bilang keluarga supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia. Sebarkan agar Pemerintah tahu nasib rakyat yg tidak mampu..!!!

"JADILAH JALAN KECIL BAGI ANAK-ANAKMU"

Sabtu, 18 Agustus 2012
Injil: Mat 19:13-15


Anak adalah anugrah terindah dari Tuhan yang dirindukan oleh setiap pasangan suami-istri (walaupun ada juga pasangan yang tidak menginginkannya, atau kalau ada maka dibiarkan terlantar, dan bahkan lebih sadis jika menghilangkan nyawa anak-anak mereka). Begitu pentingnya anak sehingga kadang pasangan suami-istri merasa tidak lengkap hidup mereka atau bahkan menjadi alasan pertengkaran dan salah paham hanya karena ketiadaan anak yang melengkapi cinta mereka sebagai suami-istri.

Tanpa mengurangi pelajaran utama dari Injil pagi ini ketika Yesus berkata; "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan menghalang-halangi mereka; Sebab merekalah yang empunya Kerajaan Allah," yang mau menegaskan bahwa sama seperti seorang anak terhadap orang tuanya, maka bergantunglah selalu pada Tuhanmu; Terimalah kekurangan dan keterbatasan manusiawimu dan berserahlah kepada Tuhanmu, pada kuat kuasa-Nya serta penyelenggaraan-Nya, maka saya mau menegaskan lanjut tentang apa yang disinggung dalam alena pertama bahwa "jika anak adalah anugrah Tuhan; Jika pemilik anak adalah Sang Pencipta mereka sendiri, maka para orang tua dipercayakan tugas mulia untuk menuntun dan mendampingi anak untuk mengenal, mencintai dan mengimani Tuhan, Sang Pencipta dan Penyelamat mereka.

Kiranya di akhir pekan ini, ambillah waktu sejenak dan renungkanlah tentang apa yang telah dan sedang Anda berikan kepada anak-anak Tuhan yang dipercayakan kepadamu dengan bertanya; "Apakah aku (kami) telah menjadi jalan kecil bagi anak-anak kami untuk datang kepada Tuhan mereka?"

Thursday, August 16, 2012

BEKERJA ADALAH SEBUAH KEHORMATAN



Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue om, masih hangat dan enak rasanya", "Nggak dik, saya lapar mau makan nasi saja." kata si pemuda menolak. Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "tidak dik, saya sudah kenyang." Sambil berkukuh mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa buat oleh-oleh pulang om." Dompet yang belum sempat dimasukan ke kantong pun dibukanya kembali, dikeluarkan 2 lembar ribuan dan mengangsurkan ke anak penjual kue "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati diterimanya uang itu dan bergegas dia ke luar restoran memberikannya kepada pengemis di depan restoran. Merasa heran dan sedikit tersinggung si pemuda menegurnya, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang, kenapa setelah uang ada di tanganmu malah kamu berikan ke orang lain?"

"Om jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh Ibu saya sendiri dan Ibu pasti akan sedih dan marah, jika saya menerima uang dari om bukan hasil menjual kue. Tadi om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu." Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih dik atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu." Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih om. Ibu pasti akan senang sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

Saudara terkasih dalam Kristus,

Dari hasil didikan seorang ibu yang luar biasa, lahirlah anak yang hebat! Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain tetapi dengan bekerja keras, membanting tulang. Karena sesungguhnya, KERJA ADALAH KEHORMATAN bagi setiap manusia!

"MERDEKAKANLAH JIWA DAN PIKIRANMU"

Jumat, 17 Agustus 2012
PERINGATAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Injil: Mat 22:15-20

Kiranya setiap orang bisa mengikuti misa atau ibadat syukur kemerdekaan di tempatnya masing-masing, atau setidak-tidak merenungkan sejauh manakah dia telah mengisi kemerdekaan dengan hidup sebagai warga negara yang baik berdasarkan iman kekatoliknya sampai saat ini.

Tentunya di hari kemerdekaan ini hati kita terusik oleh kenyataan ketidakadilan, korupsi dan kejahatan lainnya di tanah air tercinta. Daripada mempersalahkan orang lain tapi kita tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah mereka maka lebih baik kita menata kembali hidup sambil melakukan kewajiban kita sebagai warga negara berdasarkan sabda Tuhan;"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."(Mat 22:15-20) Sambil memohon Tuhan menggerakkan hati setiap warga untuk memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara tercinta.

Bagaimana hidup itu harus dijalani? Inilah jawabannya: "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (1Ptr 2:16-17)

Ingatlah: PARA PEJUANG MENEBUS KEMERDEKAAN DENGAN NYAWA MEREKA, lalu APA YANG BISA ANDA LAKUKAN DI ZAMAN INI UNTUK BANGSA DAN TANAH AIRMU?

“TERBUNUH” KARENA GOSIP"



Sudah sekian lama ia melayani sekolah Minggu di parokinya. Setelah mengajar sekolah Minggu, ia selalu pulang kecuali ada hal penting yang dibicarakan dengan pastornya, ia meminta waktu untuk bicara sejenak dengan pastor parokinya berkaitan dengan sekolah Minggu paroki. Tidak lebih dan tidak kurang. Pembicaraanpun selalu dilakukan di ruang tamu. Kalau pastornya turne ke sta
si, ia selalu diajak bersama yang lain untuk mengajar sekolah minggu juga di stasi.

Seiring perjalanan waktu dan seiring perkembangan mental manusia, situasi kedekatan pelayanan sang ibu muda dengan pastor inipun mulai terdengar kasak kusuk dari satu bibir ke mulut yang lain. Awalnya sang ibu mencoba untuk bertahan demi satu tujuan pelayanan pada anak-anak sekolah Minggu. Sang ibu sudah berusaha menjelaskan melalui DPP, namun namanya juga umat yang lebih senang menebar kabar gosip dari pada mau bertanya dan menegur langsung, beberapa umat itu langsung mengatakan; ah...alasan saja...pelayanan biar lebih dekat dan tambah lengket dengan pastornya lah...gak ada api kalau gak ada asap. Sang ibu awalnya tetap kuat, setia melayani anak-anak sekolah Minggu. Namun kuatnya angin gosip, hingga masuk ke rumah tangganya membuat sang ibu ini dilarang oleh sang suami untuk tidak lagi melayani sekolah Minggu dan sang pastorpun ditarik ke provinsialat. Tidak hanya sang ibu, sang pastorpun mulai jenuh dengan segala pelayanannya. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya.

Sang ibupun tertekan, karena kasak kusuk yang tak beralasan ini membuat kehidupan rumah tangganya melahirkan konflik dan kecurigaan setia ibu ini ke luar rumah atau ke gereja, karena selalu dicurigai sang suami pasti mau ketemu sang pastor. Padahal sang ibu hanya ke gereja bersama anak-anaknya yang juga misdinar di paroki itu. Demi keutuhan keluarga, sang ibu pun memutuskan untuk meninggalkan segala kegiatan paroki dan lingkungan. Sang ibu memilih lebih baik memenjarakan diri di dalam rumah demi keutuhan keluarga dari pada melayani namun menghancurkan keutuhan rumah tangga hanya karena gosip yang tak beralasan.

KITA SERING BERALASAN, TAKUT KALAU DITEGUR DIA MALAH MARAH DAN MEMUSUHI KITA. KITA SEAKAN-ANAK SUDAH TAHU APA YANG ADA DALAM PIKIRAN ORANG LAIN. PADAHAL ITU HANYA PENDAPAT KITA SEBELUM KITA MENASEHATI DAN BERTANYA PADA ORANG LAIN. ATAS ALASAN ITU MEMBUAT KITA LEBIH BERANI UNTUK MENEBAR GOSIP YANG “MEMBUNUH” ORANG LAIN DAN TAKUT UNTUK MENEGUR, BERTANYA DAN MENASEHATI ATAS APA YANG KITA LIHAT. YESUS MENGAJAK DAN MENUNTUT KITA UNTUK MENEGUR DENGAN BIJAKSANA YAITU BERTANYA TENTANG APA YANG KITA LIHAT DAN DENGAR DAN MENASEHATI SEBAGAI SAUDARA DALAM IMAN. ARTINYA BUKAN MENEBAR GOSIP SANG “PEMBUNUH” KARAKTER DAN MENTAL SESAMA, MELAINKAN SALING BERKOMUNIKASI: MENYAMPAIKAN APA YANG KITA LIHAT DAN DENGAR SERTA MENDENGARKAN PENJELASAN ORANG LAIN ATAS APA YANG KITA LIHAT DAN DENGAR TENTANGNYA. ATAS ALASAN TAKUT DIMARAHI DAN DIMUSUHI, KITA KADANG MEMILIH UNTUK DIAM. DAN SETELAH TERJADI PERISTIWA YANG MENYAKITKAN, KITA BARU MENYESAL. BUKANKAH DENGAN DIAM, KITA SEDANG BEKERJA SAMA DALAM “DOSA” DENGAN MEMBIARKAN SESAMA KITA HIDUP DALAM DOSA.

JADIKANLAH TEGURAN, NASEHATI SEBAGAI BENTUK PEWARTAAN YANG MENGUBAH MENUJU PERTOBATAN DAN BUKAN MENYEBAR KABAR GOSIP YANG “MEMBUNUH” HIDUP SESAMA. (bdk. Mat 18:21-19:1).

Jika engkau saudaraku dalam Iman, tentu tak akan “membunuhku” dengan gosipmu
Kamis: 16 Agustus 2012
Lie Jelivan msf

Wednesday, August 15, 2012

BUKAN SALAHMU, TAPI DOSA KAMI

Sekian lama hidup sebagai seorang Katolik, bertumbuh dan berkembang hingga menjadi seorang mahasiswa, bahkan aktif dalam Kegiatan Mahasiswa Katolik, tidak membuatnya serta merta tangguh dan mampu di dalam memp
ertanggungjawabkan imannya. Berhadapan dengan sesama rekan mahasiswa yang majemuk dan plural, dia sepertinya terbuai dengan indentitasnya sebagai seorang Katolik dan tidak menyadari bahwa suatu saat dia harus mempertanggungjawabkan imannya. Hingga akhirnya suatu waktu dia ditanya tentang Roh Kudus menurut ajaran Gereja Katolik. Spontan ia kaget dan tidak bisa menjawab namun hanya mengatakan itu misteri. Mendengar jawabannya, teman-temannya langsung mengatakan berarti Gerejamu salah dalam mengajarkan kamu, Gerejamu membohongi kamu, Gerejamu misteri juga kali. Agama kami yang paling benar. Mendingan ikut agama kami saja. Beberapa hari kemudian, diapun akhirnya berlabuh di pelabuhan agama lain.

Mendengar berita kepindahannya sebagai seorang mualaf, aku tidak mempersalahkan dia. Aku tidak menyalahkannya. Kepindahannya membuatku sadar dan malu; bukan salahmu, tapi DOSA KAMI: DOSA ORANG TUA, DOSA GEREJAMU yang sepertinya terlena dengan upacara baptisan, krisma dan perayaan Ekaristi yang engkau terima dan ikuti. Saat engaku dibaptis, menerima skaramen Krisma dan Komuni Pertama kami bahagia, namun setelah semuanya itu, kami membiarkanmu berjalan, karena merasa dengan baptisan, dengan Ekaristi imanmu sudah kuat, engkau menjadi seorang Katolik yang terlantar di tengah keluarga dan Gerejamu sendiri. Kami tidak membekalimu terus menerus dengan ajaran-ajaran Iman yang telah diterima dan diimani oleh kami orang tuamu, Gerejamu karena terlalu percaya diri bahwa engkau tidak akan berpindah ke lain hati.

Kepergianmu menyadarkan kami orang tuamu, Gerejamu bahwa peziarahan imanmu sejatinya adalah tanggung jawab kami untuk memupuk dan menumbuhkembangkan imanmu dengan ajaran-ajaran Iman Gereja kita, namun semua itu tidak kami sadari, kami malah melempar tanggung jawab kami dan menggantungkan tanggung jawab imanmu pada guru agamamu di sekolah demi sebuah nilai ujian atau ulangan, kami menggantungkan tanggung jawab kami pada para katekis, para imam, suster ataupun bruder dan pengurus lingkungan tanpa pernah menyadari bahwa TANGGUNG JAWAB PALING PERTAM DAN UTAMA adalah kami orang tuamu, Gerejamu. Setelah engkau dibaptis, kami malah mengajarimu bermain hp, bermain game, rajin memperkenalkan kepadamu makanan-makanan seperti sebuah wisata culliener bersama kami, kami lebih setia menemanimu di kolam-kolam renang atau di mal-mal dari pada setia menemanimu paling tidak 30 menit untuk bersama belajar Kitab Suci, Ajaran Sosial Gereja, Dokumen Konsili Vatikan II dan ajaran-ajaran lainnya berupa Devosi, Sakramen, Liturgi, Keselamatan dan Roh Kudus dan lainnya.

Kepergianmu bukan salahmu, tapi Dosa Kami: orang tua dan Gerejamu yang tidak pernah memikirkan bahwa teguhnya imanmu adalah kemampuanmu mempertanggung jawabkan imanmu pada orang lain. Yang selalu kami pikirkan dalam satu alasan usang: SIBUK, yang penting menjadi Katolik, mengimani Yesus itu sudah cukup. Namun kepergianmu menyadarkan kami: orang tua dan Gerejamu itu belum dan bahkan tidak cukup. Kami lebih mudah menghadirkan dunia Khorazima, Betsaida, Tirus dan Sidon serta Sodom yang menolak hadirnya Kerajaan Allah lewat mujikzat Yesus dari pada menghadirkan mujikzat Kasih Allah dengan mengajarimu aneka ragam ajaran iman dalam Gereja Katolik. Kepergianmu menyadarkan kami: orang tua dan Gerejamu bahwa kami adalah orang-orang Khorazima, Betsaida, Tirus dan Sidon serta Sodom yang menolak mujikzat kasih Allah dalam keluarga dan Gerejamu dengan tidak membekalimu dan memperkenalkan ajaran-ajaran Yesus secara lebih tekun dan setia padamu namun lebih tekun dan setia membuat diri kami senang dan nyaman. Kepergianmu menyadarkan kami orang tua dan Gerejamu untuk segera BERTOBAT dengan lebih tekun dan setia menghadirkan mujikzat kasih Allah dengan membekalimu ajaran-ajaran iman Gereja Katolik. Kepergianmu BUKAN SALAHMU, TAPI DOSA KAMI...semoga kami bertobat !!!

Tak Usah membela diri, karena kita memang berdosa(Yes 7:1-9; Mat 11:20-24)
Lie Jelivan MSF

KEMERDEKAAN EKONOMI ADONARA DALAM RANGKA MENYONGSONG HUT RI KE-67

Merdeka!

Tugu Waiwerang didirikan sebagai land mark kota yang dibangun pada tahun 1960-1961, sekaligus menandai perahlian kekuasan dari kolonialisme Belanda ke kekuasaan NKRI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Ya...walaupun 67 tahun kita telah merdeka, tetapi struktur ekonomi kita masih bercorak kolonialis. Kemerdekaan ki
ta tidak serta merta merubah struktur ekonomi lama secara fundamental. Kenapa?

Tanah kita masih ditanami tanaman eksport dan sebagian kecil ditanami tanaman konsumsi u/ mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari.

Persoalan ini kemudian tidak serta merta ada pada ketergantungan pangan. Atau, dalam hal ini, diskursus ketahanan pangan. Tidak juga soal dominasi segelintir orang yang menguasai tanah, yang lalu kemudian membentuk hubungan sosial (produksi) tuan-hamba (kebelen-riburatu). Tetapi, persoalannya tepat ada pada siapa yang memonopoli pasar tanaman eksport, yang lalu kemudian membentuk hubungan sosial tengkulak-petani (koloni).

Ya...ada tengkulak yang memiliki modal dan alat transportasi yang memadai disatu sisi, dan petani pribumi yang hidup tergantung dari kemurahan hati para tengkulak pada sisi yang lain. Struktur hubungan produksi seperti ini pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat. Bagaimana tidak?

Tingkat konsumsi masyarakat kita sangat rendah. Ikan di pasar diproduksi secara terbatas karena pasar yang terbatas. Pedagang-pedagang mengeluh karena dagangannya tidak laku dijual. pun tingkat pendapatan buruh bongkar muat di pelabuah stagnan dan cendrung menurun sebagai konsekuensi logis dari lambatnya perputaran barang eksport. Hal ini berdampak pada tingkat kesehatan yg memprihatinkan dan juga tingkat pendidikan yg rendah. Berpikir invest adalah kemustahilan.

Ada dua penyebab yang menjadi akar peroalan yaitu

1/. Struktur pasar yang timpan sebagai akibat dari monopoli pasar oleh para tengkulak dan
2/. Lemahnya daya kreatifitas u/ memberdayakan potensi yang dimiliki. Sebab, persoalan ekonomi terlanjur dianggap takdir karena sekian lama kita terjajah.

Ya..kita harus MERDEKA sebagai basis tumbuh suburnya ruang-ruang kreatifitas dan tradisi inovasi.

Kedua persoalan diatas terjadi karena selang waktu monopoli pasar komoditi yang begitu lama, hingga pada akhirnya daya kreatifitas tidak menemukan tempatnya.

Maka dari itu, kita butuh perubahan yang revolusioner (fundamental) yaitu membongkar struktur ekonomi lama dan menggantikannya dengan yang baru agar disatu sisi, petani tidak lagi tercekik watak tengkulak yang menghisap, dan daya kreatifitas menemukan tempat yang semestinya.

Caranya?
Mari kita diskusikan yaitu cara membongkar struktur ekonomi lama yang timpang.

KAUM BURUH-TANI BERSATULAH

Riwayat Bunda Maria semenjak kenaikan Putranya ke surga


Bunda Maria dijaga oleh Rasul Yohanes, dibawa ke kota Efesus, pada waktu tuanya, Bunda Maria minta kembali ke kota Yerusalem, kota dimana Puteranya telah wafat dan bangkit.

Ditengah
perjalanan ke kota Yerusalem, mereka terdampar di daerah gunung Athos, disini mereka tinggal dalam rumah kecil putih dengan halaman yang luas dengan latar belakang gunung batu.

Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan sampai ke kota Yerusalem. Menjelang wafatnya Bunda Maria, para rasul berkumpul untuk menjenguknya kecuali Rasul Thomas yang berada di India yang secara geografis lebih jauh sehingga terlambat datang.

Saat prosesi tertidurnya Bunda Maria, ada seorang Yahudi yang mengulingkan keranda Bunda Maria karena merasa tidak senang, namun Allah menghukumnya sehingga terputuslah tangannya dengan tiba-tiba. Kemudian tangan itu disambungkan lagi oleh Rasul Petrus.

Setelah tiga hari sejak wafatnya, Rasul Thomas baru tiba dan sangat menyesal atas keterlambatannya, kemudian ia hendak menengok tubuh Bunda Maria di kuburnya. Sesampainya dikuburan, ternyata kubur tersebut telah kosong dan nampaklah sebuah penglihatan kepada mereka, berupa Yesus Kristus sedang mengendong Bunda Maria dalam rupa bayi. Berkatalah Yesus Kristus: "BundaKu Kuambil dulu sebagai bukti kepada semua orang percaya, barangsiapa percaya kepadaKu akan mengalami kebangkitan sama seperti yang dialami BundaKu, dan Aku akan membangkitkan mereka sama seperti Aku membangkitkan BundaKu."

"AMPUNILAH!"

Kamis, 16 Agustus 2012
Injil: Mat 18:21-19:1



Engkau berkata: TUHAN, BAGAIMANA AKU DAPAT MENGAMPUNI JIKA LUKA INI TERASA SANGAT SAKIT DI HATI?
Tuhan menjawabmu: "AKU SUDAH MENGAMPUNIMU!"

Dua kalimat yang sepertinya tidak sambung menyambung, tapi hanya mau mengatakan bahwa engkau harus terus mengampuni sama seperti Allah mengampunimu tanpa batas setiap saat engkau memohon kepada-Nya.

Pengampunan (mengampuni) kadang terasa susah karena banyak orang memaksakan diri untuk melupakan kata dan tindakan jahat orang lain terhadapnya sesaat setelah ia/mereka mengatakan kepada yang bersalah: "Aku mengampunimu."

Pagi ini kukatakan bedanya: Mengampuni membutuhkan waktu yang lebih singkat daripada melupakan kata dan tindakan jahat orang terhadap kita. Dengan kata lain, Anda boleh mengatakan kepada mereka yang bersalah kepadamu; "Aku memaafkan engkau,,,tapi rasanya tidak mudah bagimu untuk melupakannya sesaat setelah itu.

Ada dua jalan:
1) Hanya dengan pengampunan yang tuluslah yang dapat mempercepat proses melupakan kata dan tindakan jahat orang lain terhadap kita;
2) Mendoakan yang berkata dan berbuat jahat kepada kita adalah kekuatan bagimu hidup dengan bebas tanpa ikatan menikmati hidupmu setelah mengampuni dan melupakan.

Di atas semuanya, Yesus telah bersabda: "Ampunilah...maka kamu pun akan diampuni." Ia sendiri mempraktekannya ketika Ia mengampuni para algojo-Nya lewat kata-kata-Nya kepada Bapa-Nya: "Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Jika Allah tak membatasi pengampunan-Nya terhadapmu maka itu pun yang harus Anda lakukan terhadap saudaramu. Itulah kekuatan sabda yang kita dengar dalam bacaan Injil hari ini. Jangan terlalu banyak berpikir tentang cara dan waktu mengampuni saudaramu, tetapi pergilah dan segeralah mengampuninya sama seperti Allah tak pernah menahan ampun-Nya untukmu setiap kali engkau datang kepada-Nya.

Tuesday, August 14, 2012

TERLALU INDONESIA, AGAMA: KEHILANGAN MARTABAT KASIH...


Indonesia kaya agama, kaya budaya, kaya adat istiadat, tapi miskin Kasih. Indonesia berlimpah hukum, aturan, norma tertulis maupun lisan tapi pelit Kasih. Satu agama segudang hukum, se
laksa aturan tapi korupsi juara dunia, kekerasan atas nama agama peringkat pertama se-Asia, membohongi dan menindas rakyat neraka dunia, banyak simbol agama tapi hobi merampas hak milik orang lain: tanah masyarakat adat. Banyak provinsi atau kabupaten menyebut kotanya: kota beriman, tapi penguasa dan warganya tidak beriman, mimbar Mekah atau Madinah tapi jadi arena pembunuhan keadilan dan kebenaran, jadi colesium pemerkosaan hak-hak masyarakat adat, Kota Reinha Rosari yang seharusnya jadi pelindung rakyatnya, tapi penguasanya jadi raja pembohong, demi alasan APBD, pub-pub berkedok pelacuran dibangun. Indonesia punya sederet aturan, hukum, norma agama, negara, masyarakat dan adat budaya, buta akan kasih. Penghuninya semuanya beragama, berbudaya dan beradat istiadat yang katanya sich semuanya itu untuk mengatur kehidupan bersama, biar tertib, aman dan damai tapi hanya untuk mengamankan dan menyelamatkan para koruptor, pelaku kekerasan atas nama agama, pelaku perampasan hak-hak masyarakat adat. Nyatanya tidak aman, korupsi makin subur, tidak damai, hidup dalam ketakutan.

Banyak orang beragama melihat doa, ibadah sebagai “upeti rohani” (persembahan) untuk menyucikan diri dari keangkuhan dan kesombongan rohani, membersihkan diri dari dosa keegoisan, sangat khusuk mereka berdoa, sangat saleh dan soleha mereka beribadah tapi sekembali dari altar persembahan mereka, tak ada sedikitpun gerakan belas kasih pada yang sakit, miskin, teriakan mereka yang terkena penggusuran pertambangan dan kelapa sawit, semuanya dijawab; maaf hidupku saja belum kuurus, kok malah urus hidup orang lain. Demi hukum, mereka bilang jangan darahnya, karena darahnya haram beda dengan kita. Demi hukum dan aturan meski di sana terpancang salib simbol belas kasih Allah, mereka bilang waduh maaf gak bisa ada keringanan biaya sekolah dan rumah sakit. Biayanya sudah seperti itu untuk yang kaya, untuk yang miskin: sama !!

Yah Indonesia banyak aturan, hukum dan norma; mereka orang beragama punya aturan, hukum dan norma, sehingga mengagungkan hukum, aturan dan norma yang katanya melindungi kaum fakir miskin tapi nyatanya menindas dan menguasai manusia lemah yang adalah sesama, rakyat, masyarakat dan umat mereka yang katanya sama-sama Ciptaan Tuhan yang secitra dengan Allah serta melindungi penguasa, penindas. Mereka sangat “mendewakan” hukum dan aturan sampai menjadi buta dengan sesamanya, bahkan menjadi tumpul nurani Kasih Kemanusiaannya. Mereka bilang hukum itu penting. Memang hukum itu penting. Namun yang mereka lupakan yang lebih penting adalah BELAS KASIH. Mereka bilang doa dan ibadah itu penting. Memang itu penting. Tapi yang mereka lupakan yang lebih penting adalah BELAS KASIH. Merasa agama, hukum dan aturan itu penting sampai manusianya KEHILANGAN MARTABAT KASIH pada sesama. Indonesia banyak agama, kaya budaya, kaya adat istiadat dalam agamapun punya aturan dan hukum masing-masing, namun bukannya menjadikan aturan dan hukum, ibadah dan doa sebagai JALAN UNTUK BERBELAS KASIH pada sesama, tapi malah untuk memperkuat kekuasaan, status quo bahkan menjadi kesombongan rohani orang beragama: agamakulah yang paling baik dan benar. Hanya melalui agamaku, selamat semua orang...lagi-lagi kesombongan rohani muncul.

Indonesia banyak agama, kaya budaya, kaya adat istiadat dalam agamapun punya aturan dan hukum serta doa dan ibadah masing-masing, namun satu hal yang mereka lupakan di atas semua aturan, hukum, ibadah dan doa adalah BELAS KASIH. Padahal yang PALING PENTING DI ATAS SEMUANYA itu adalah BELAS KASIH dan bukan persembahan demikian Sabda Sang Guru (bdk. Mat 12:1:9). Terlalu mendewakan, hukum, aturan, norma, ibadah dan doa akhirnya membuat Indonesia, agama KEHILANGAN MARTABAT KASIH...Mari kita pulihkan dengan BELAS KASIH adalah hukum tertinggi, pertama dan utama dalam kehidupan kita.

Masih ada Kasih yang disebutkan Kasih, kalau kehilangan maknanya?
Jumad: 20 Juli 2012
Lie Jelivan ms

NEGERI PENDONGENG KEMERDEKAAN (Renungan kalut 17 Agustus)


67 tahun sudah bangsa yang disebut Indonesia ini katanya sudah merdeka dari penjajahan Belanda, Jepang dan Portugis lewat apa yang disebut Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pekik kemerdekaan lantang dikumandangkan di seantero negeri yang diberi gelar Republik Indonesia. Secara simbolis hari kemerdekaan yang digemakan sebagai rasa sy
ukur atas buah perjuangan para pahlawan bangsa yang membebaskan bangsanya dari cengkeraman penjajah dirayakan setiap tanggal 17 Agustus. Aneka ragam hiasan membingkai wajah-wajah kota hingga ke sudut-sudut dusun yang sepi sekalipun. Di tanggal 17 Agustus itu penghormatan kepada para Pahlawan disematkan dengan penghormatan pada Bendera yang berwarna Merah dan Putih simbol dedikasi, perjuangan dan rasa cinta pada bangsa sampai mempertaruhkan nyawa, Darah mereka adalah Darah pembebasan yang dikidungkan dalam mengheningkan cipta dalam alunan lagu gugur bunga yang diiringi dengan rentetan bunyi sirene dan tembakan penghormatan. Serangkain ritus ulang tahun kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus dari orang-orang penulis dan pengisah dongeng kebangsaan tentang sebuah kemerdekaan.

Di tanggal 17 Agustus itu para penguasa mulai berdongeng tentang Amanat Kemerdekaan, pada bagian ritus amanat pembina upacara. Amanat yang sejatinya bukan untuk mendongeng kemerdekaan dalam janji-janji palsu dan tebar pesonan keberhasilan justru dimanfaatkan untuk menegaskan penderitaan rakyat yang dijajah oleh kepentingan penguasa negeri yang dipanggil Indonesia ini yang akhrinya bukan lagi amanat pembina upacara tapi amanat penderitaan rakyat dari penguasa yang sedang mendongeng kemerdekaan.

Menuliskan bukan berarti saya pesimis. Mengurai luka bukan berarti saya membenci. Tapi aku malu disebut Merdeka di sebuah negeri yang kaya namun hidup dalam bayang-bayang dongeng kemerdekaan meninabobokan dengan topeng ancaman dan perang atas nama agama, suku dan budaya. Menuliskan kegelisahan ini bukan berarti aku tidak mencintai. Justru aku mencintai negeri ini yang kini dihuni para pendongeng kemerdekaan yang berperisaikan kekuasaan dalam gurita korupsi, yang bersenjatakan kekerasan merebut hak-hak masyarakat adat atas tanah, air dan hutan mereka, yang mendongeng keadilan dan kebenaran namun bertamengkan kekuasaan memenjarakan para insanya yang berjuang mempertaruhkan hidup mereka demi kemerdekaan sejati yang kini sedang diperkosa dalam dongeng-dongen penguasa negeri ini.

Sepertinya kita terlalu mendewakan ritual ulang tahun negeri ini, sampai kita sendiri lupa bahwa sejatinya kita masih terjajah dalam cengkeraman kekuasaan penguasa dan kapitalis yang sedang mendongeng tentang sebuah negeri yang merdeka 67 tahun lalu dalam dongeng kesejahteraan, dongeng keadilan, dongeng kebenaran, namun sedang membungkus dongeng itu dengan kekuasaan dalam pertarungkan kekuatan politik yang sedang menyanyikan isu SARA, yang sedang mendendangkan fitnah agama, merusak dan menyegel rumah ibadah, yang sedang melagukan perampokan dan penggusuran hak-hak masyarakat atas tanah, air dan hutan, yang sedang memprovokasi pertarungan antar kelompok dan suku, yang sedang menarikan tarian korupsi.

Akhirnya, maaf beribu maaf, kini kusaksikan sendiri, kudengar sendiri bahwa 17 Agustus hanyalah sebuah kisah ritual di NEGERI YANG DIPENUHI PARA PENDONGENG KEMERDEKAAN, lantaran sejatinya kemerdekaan sejati masih menjadi sebuah dongeng yang jauh dari harapan rakyat karena sedang terjajah dan dijajah, sedang tertindas dan ditindas oleh PARA PENDONGENG KEMERDEKAAN NEGERI INI yang mengkhianati perjuangan para pahlawan. Selamat merenung asal tidak berkerut.

Titip Rindu Anak Bangsa
Dari Jalan A. Yani: 15 Agustus 2012
Lie Jelivan msf