Monday, August 13, 2012

KESAKSIAN MISIONER TIMUR ANGIN: TAMPARAN BUAT KITA DAN PENGUASA

Ra, bocah berusia 6,5 tahun yang kini duduk di bangku Sekolah Dasar St. Fransiskus Asis kelas I pantas mendapatkan semat sang Misionaris dan Pahlawan Cilik yang tahu apa artin
ya Kasih, Pelayanan, Perlindungan dan keadilan. Ra lahir dalam keluarga “gado-gado”. Bapaknya beragama Islam, mamanya Hindu. Ra, sendiri beragama Islam, meski hari-hari mengaku Katolik. Tidak masalah bagi kedua orang tuanya. Sudah banyak kali aku mendengar kisah kepahlawanannya yang suka melindungi temannya, yang menangis ketika temannya dimarahi oleh gurunya, yang protes pada gurunya ketika ada teman yang dimarahi guru dan yang suka meminta bapaknya menghentikan motornya untuk memberikan uang pada para pengamen dan anak jalanan.

Hari ini apa yang kudengar itu memang nyata adanya, begitulah apa adanya seorang Timur Angin yang biasa dipanggil Ra. Pada saat pelajaran; bu guru mereka memeriksa Ra dan teman-temannya apakah ada yang membawa penghapus atau tidak seperti yang dipesankan bu guru kemarin. Pada saat bu guru Ra berjalan keliling untuk memeriksa, teman duduk Ra yang bernama Mery ternyata tidak membawa penghapus. Melihat bahwa temannya tidak membawa, Ra kasihan pada Mery karena pasti dimarahi bu guru. Ra pun mengambil penghapusnya dan memotong penghapus miliknya dengan menggunakan sendok makan yang dibawanya untuk digunakan makan pada saat istirahat. Cerdas...tak ada silet atau pisau, sendok makanpun digunakan untuk memotong penghapus miliknya menjadi dua. Setelah berhasil memotong, Ra langsung memberikan satu bagian penghapusnya yang sudah dipotongnya tadi kepada Mery teman duduknya.

Rupanya tidak Ra itu diketahui oleh bu gurunya. Bu gurupun tetap memarahi Mery dengan alasan Mery tidak membawa penghapus. Tiba-tiba Ra berontak dan berteriak; Bu guru Mery khan sudah punya penghapus kenapa ibu guru memarahi Mery. Sekarang Mery khan sudah ada penghapus, kenapa ibu guru masih memarahinya, demikian protes Ra yang disertai isak tangis tersedu-sedu karena iba melihat Mery temannya dimarahi guru mereka. Setelah Ra tidak menangis lagi; Ra pun menasehati Mery; Mery...kemarin khan bu guru sudah pesan bawa penghapus, kenapa kamu tidak bawa. Lain kali jangan lupa lagi biar tidak dimarahi bu guru.

Sederhana, tanpa banyak kata soal Kasih, tanpa banyak janji soal pembangunan, tapi Ra telah menunjukan Kasih dalam tindakan nyata tanpa banyak kata, Ra menunjukan semangat berbagi dengan yang berkurangan atau tidak memiliki, Ra menunjukan semangat melindungi dan menasehati untuk berubah. Ra memberikan sebuah Kesaksian Misioner dan Kesaksian Negarawan sejati yang menjadikan kekurangan temannya sebagai bagian dari kekurangannya, dan memberikan apa yang paling dibutuhkan temannya pada saat genting dan darurat, Ra menunjukan solidaritasnya dengan melindungi dan menasehati temannya tanpa pernah memikirkan balasan dari temannya.

Ra seorang bocah cilik, telah memberikan tamparan berharga bagi kita orang beragama yang setiap saat berkata KASIH, PELAYANAN DAN SOLIDARITAS namun takut untuk melayani, takut untuk berbagi, takut menjadikan kekurangan orang lain sebagai bagian kekurangan kita. Ra seorang bocah cilik telah memberikan tamparan telak buat para penguasa yang setiap saat berkata memperhatikan kesejahteraan masyarakat, melindungi masyarakat namun semuanya itu hayalah Tong Kosong Nyaring bunyinya. Ra seorang bocah kecil, seorang Islam, telah memberikan Kesaksian Misioner sebagai tamparan telak bagi kita dan penguasa yang mengaku beragama, beriman namun semuanya hanya berhenti pada kata-kata dan ritus yang selalu memamerkan keegoisan, kesombongan bahkan ketidakadilan dan ketidakbenaran. Terima Kasih Ra...telah menamparku telak...!!

Ra...Bocah yang berani melawan demi keadilan dan solidaritas

No comments:

Post a Comment