Friday, August 24, 2012

MENCARI DAN MENGEMBALIKAN KEKATOLIKAN YANG HILANG



Dalam sebuah diskusi dengan sebagian sesama masyarakatku dari Flores setelah misa arwah di Lingkungan Thomas Gg. Salam; kami sepakat bahwa nilai-nilai kekatolikan yang sejak turun temurun d
ihidupi oleh para leluhur Flores akhirnya sekarang hilang dan bahkan ternodai oleh praktek-praktek mabuk, berkelahi, asyik rokok, makan bakso saatnya komuni baru masuk di dalam gereja sebagaimana yang dipraktekan oleh sebagian orang Flores di tanah rantau ini, karena terjebak dalam pemahaman; yang penting khan dari rahim ibuku, saya sudah Katolik yang wajib ikut Misa Mingguan, Natal atau Paskah. Yang penting khan Katolik, mau katolik Napas (Natal paskah) atau apapun labelnya yang penting saya Katolik sehingga nilai-nilai iman kekatolikan yang menunjukan diri sebagai Katolik sejati dengan sendirinya hilang.

Kekatolikan tidak sekedar Katolik. Lebih dari itu Kekatolikan adalah Nilai-nilai iman yang menuntun dan menjadikan hidup dan pribadinya sebagai jalan bagi orang lain untuk diteladani. Kekatolikan adalah hakikat hidup sebagai yang beragama Katolik yaitu nilai-nilai iman dan ajaran Moral yang menjadi sarana untuk hidup dalam rahmat dan berkat Allah yang sekaligus membawa dan membagi rahmat dan berkat Allah itu kepada sesama. Kekatolikan berarti ciri khas yang melekat, langsung dikenal oleh orang lain meski tanpa harus menggunakan simbol-simbol Katolik itu sendiri.

Namun seiring perkembangan zaman, meski tidak semua Kekatolikan ini hampir tergesur oleh kesempitan cinta diri dan keangkuhan. Di lembaga-lembaga Pelayanan Katolik, baik itu Rumah Sakit, Sekolah dan Kampus napas Kekatolikan atas dasar Hukum Cinta Kasih dengan cepat tergantikan oleh Hukum Rimba, hukum uang dan kekuasaan. Hukum kekerasan yang dipraktekan oleh beberapa rumah sakit, lembaga pendidikan dan kampus Katolik melalui para pelaksana dan pemegang regulasi lembaga tersebut yang menindasa bawahan, karyawan dan bahkan pasien. Di lingkungan pemerintahan, pemangku kepentingan lebih mudah menebar pesona dilayani daripada melayani, merancang strategi korupsi daripada strategi pembangunan kesejahteraan bersama. Di lingkungan rumah tangga, martabat sakramental perkawinan dengan cepat dilecehkan oleh perpisahan, konflik dan mengangap perselingkuhan hal biasa. Tak luput pula wajah Gereja Universal di kalangan para imam, biarawan-biarawati, tercoreng oleh karena kegagalan dan ketidakmampuan di dalam menghayati dan menghidup janji imamat ataupun kaul-kaul kebiaraan yang dengan mudah tergesur oleh keegoisan, keangkuhan pemaksaan kehendak.

Kekatolikan yang semestinya menjadikan kita sebagai Katolik Sejati yang tidak hanya kesejatiaan itu didasarkan pada tidak mau menikah atau pacaran beda agama maupun gereja, tidak hanya sampai pada kesetiaan mempertahankan perkawinan dan janji imamat atau kaul seumur hidup namun lebih dari itu terletak pada relasi pribadi kita dengan Yesus melalui sakramen, doa, janji perkawinan, janji imamat dan kaul, janji baptis yang dengan sendirinya tanpa harus memperkenalkan orang langsung mengenal inilah Katolik Sejati kini semakin hilang oleh karena Nilai-Nilai Imanen: Nilai Kasih yang memuat Nilai Pengorbanan dalam Misi Pembebasan Yesus semakin hilang, karena bagi kita cukuplah menjadi Katolik seperti tertulis di KTP, cukuplah menjadi Katolik dengan mengikuti misa setiap hari Minggu.

"Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" (Yoh 1:47), demikian sapaan Yesus pada Natanael (Bartolomeus). Yesus langsung mengenal Natanael sebelum Natanael memperkenalkan diri, karena dalam diri Natanael ada yang hakiki sebagai pengikut Kristus yaitu Relasi pribadi Natanael dengan Yesus dalam doa, dan misi. Yesus, maupun sesama akan berkat; "Lihat, inilah seorang Katolik sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!", ketika kita menghidupi yang hakiki dalam hidup kita yaitu Relasi Pribadi dengan Yesus dan sesama melalui doa, sakramen, janji perkawinan, janji imamat dan Kaul atas dasar Cinta Kasih dan Pengorbanan dalam mewartakan Misi Pembebasan Kristus dalam tindakan yang nyata. Apakah kita sungguh Katolik Sejati tanpa ada Kepalsuan...? Jujurlah pada Tuhan...!!

PS. St. Bartolomeus Rasul

Lie Jelivan msf

No comments:

Post a Comment