Thursday, August 16, 2012

“TERBUNUH” KARENA GOSIP"



Sudah sekian lama ia melayani sekolah Minggu di parokinya. Setelah mengajar sekolah Minggu, ia selalu pulang kecuali ada hal penting yang dibicarakan dengan pastornya, ia meminta waktu untuk bicara sejenak dengan pastor parokinya berkaitan dengan sekolah Minggu paroki. Tidak lebih dan tidak kurang. Pembicaraanpun selalu dilakukan di ruang tamu. Kalau pastornya turne ke sta
si, ia selalu diajak bersama yang lain untuk mengajar sekolah minggu juga di stasi.

Seiring perjalanan waktu dan seiring perkembangan mental manusia, situasi kedekatan pelayanan sang ibu muda dengan pastor inipun mulai terdengar kasak kusuk dari satu bibir ke mulut yang lain. Awalnya sang ibu mencoba untuk bertahan demi satu tujuan pelayanan pada anak-anak sekolah Minggu. Sang ibu sudah berusaha menjelaskan melalui DPP, namun namanya juga umat yang lebih senang menebar kabar gosip dari pada mau bertanya dan menegur langsung, beberapa umat itu langsung mengatakan; ah...alasan saja...pelayanan biar lebih dekat dan tambah lengket dengan pastornya lah...gak ada api kalau gak ada asap. Sang ibu awalnya tetap kuat, setia melayani anak-anak sekolah Minggu. Namun kuatnya angin gosip, hingga masuk ke rumah tangganya membuat sang ibu ini dilarang oleh sang suami untuk tidak lagi melayani sekolah Minggu dan sang pastorpun ditarik ke provinsialat. Tidak hanya sang ibu, sang pastorpun mulai jenuh dengan segala pelayanannya. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya.

Sang ibupun tertekan, karena kasak kusuk yang tak beralasan ini membuat kehidupan rumah tangganya melahirkan konflik dan kecurigaan setia ibu ini ke luar rumah atau ke gereja, karena selalu dicurigai sang suami pasti mau ketemu sang pastor. Padahal sang ibu hanya ke gereja bersama anak-anaknya yang juga misdinar di paroki itu. Demi keutuhan keluarga, sang ibu pun memutuskan untuk meninggalkan segala kegiatan paroki dan lingkungan. Sang ibu memilih lebih baik memenjarakan diri di dalam rumah demi keutuhan keluarga dari pada melayani namun menghancurkan keutuhan rumah tangga hanya karena gosip yang tak beralasan.

KITA SERING BERALASAN, TAKUT KALAU DITEGUR DIA MALAH MARAH DAN MEMUSUHI KITA. KITA SEAKAN-ANAK SUDAH TAHU APA YANG ADA DALAM PIKIRAN ORANG LAIN. PADAHAL ITU HANYA PENDAPAT KITA SEBELUM KITA MENASEHATI DAN BERTANYA PADA ORANG LAIN. ATAS ALASAN ITU MEMBUAT KITA LEBIH BERANI UNTUK MENEBAR GOSIP YANG “MEMBUNUH” ORANG LAIN DAN TAKUT UNTUK MENEGUR, BERTANYA DAN MENASEHATI ATAS APA YANG KITA LIHAT. YESUS MENGAJAK DAN MENUNTUT KITA UNTUK MENEGUR DENGAN BIJAKSANA YAITU BERTANYA TENTANG APA YANG KITA LIHAT DAN DENGAR DAN MENASEHATI SEBAGAI SAUDARA DALAM IMAN. ARTINYA BUKAN MENEBAR GOSIP SANG “PEMBUNUH” KARAKTER DAN MENTAL SESAMA, MELAINKAN SALING BERKOMUNIKASI: MENYAMPAIKAN APA YANG KITA LIHAT DAN DENGAR SERTA MENDENGARKAN PENJELASAN ORANG LAIN ATAS APA YANG KITA LIHAT DAN DENGAR TENTANGNYA. ATAS ALASAN TAKUT DIMARAHI DAN DIMUSUHI, KITA KADANG MEMILIH UNTUK DIAM. DAN SETELAH TERJADI PERISTIWA YANG MENYAKITKAN, KITA BARU MENYESAL. BUKANKAH DENGAN DIAM, KITA SEDANG BEKERJA SAMA DALAM “DOSA” DENGAN MEMBIARKAN SESAMA KITA HIDUP DALAM DOSA.

JADIKANLAH TEGURAN, NASEHATI SEBAGAI BENTUK PEWARTAAN YANG MENGUBAH MENUJU PERTOBATAN DAN BUKAN MENYEBAR KABAR GOSIP YANG “MEMBUNUH” HIDUP SESAMA. (bdk. Mat 18:21-19:1).

Jika engkau saudaraku dalam Iman, tentu tak akan “membunuhku” dengan gosipmu
Kamis: 16 Agustus 2012
Lie Jelivan msf

No comments:

Post a Comment