Thursday, August 23, 2012

UNDANGAN TUHAN, UNDANGAN PERTOBATAN



Saya pernah ditanya; pastor kalau para pastor, suster, bruder dan frater, sudah jelas masuk surga yah. Saya menjawab; eits, belum tentu karena bukan soal kesalehan, bukan pula soal kesucian dan bukan sekedar mengimani tetapi lebih pada bagaimana hidup sebagai orang benar di balik kesalehan, kesucian dan iman. Singkatnya kesalehan, kesucian dan iman sejatinya membuat seseorang menjadi orang benar dalam bertindak. Bisa saja para pastor, suster, bruder dan frater malah menjadi penghuni yang layak di neraka hehehehe, jawabku bercanda.

Sebagian dari kita, baik penguasa dan umat beragama, merasa cukup dengan agamanya, dengan ibadahnya, dengan ajaran-ajarannya namun menolak untuk menjadi orang benar. Dan itu terlihat misalnya ketika kita menghadiri undangan Tuhan dalam Perayaan Ekaristi misalnya, sebagian dari kita yang suka memakai busana entah baju atau rok seperti orang yang kekurangan kain selalu mengatakan, yang penting khan hati..kok soal pakaian misa diurus. Kita menghadiri undangan Tuhan dalam ibadah, namun kita menolak menjadi orang benar melalui berkat perutusan; setelah menerima berkat pulang dan gosip, jadilah marilah pergi kita diutus untuk gosip, setelah menerima berkat perutusan yang sejatinya pulang dan membawa berkat bagi orang lain, eh malah korupsi, jadilah marilah pergi kita diutus untuk korupsi. Banyak dari kita kaum berjubah tidak kalah hebohnya, yang penting khan misa soal aturan liturginya dijalankan dengan benar atau tidak, itu bukan masalah, akhirnya kita memberi berkat perutusan agar umat bisa menjadi berkat bagi sesama, tetapi kita sendiri justru tidak mau diutus untuk mewartakan kebenaran.

Kita baik penguasa maupun umat bergama; sebagian besar melihat undangan Tuhan hanya sebatas hari: hari Minggu Misa untuk umat Katolik atau ibadah bagi protestan, Jumad ibadah bagi umat Islam, namun tidak sampai pada kedalaman bathin, tidak masu dalam beningnya nurani bahwa itu adalah undangan Pertobatan untuk menjadi orang yang benar dalam hal penampilan fisik, dalam hal beribadah termasuk liturgi ibadah atau Perayaan Ekaristi untuk umat Katolik dalam hal perilaku manusia bukan men-tuhan-kan agama; yang penting khan soal hati, yang penting khan sudah menjalani ibadah dan membunuh nurani kemanusiaan, tapi menjadi orang benar yang mengantar manusia dan sesamanya untuk menjadi orang benar menjawab undangan Tuhan dalam Pertobatan.

Gus Dur mengatakan; Tuhan tidak perlu dibela. Karena Tuhan itu kuat dan kuasa. Dia tidak perlu dibela karena kalau dibela, itu artinya Tuhan itu lemah, tidak kuat dan tidak Maha Kuasa. Yang dibela adalah manusia, agar Allah dimuliakan. Pernyataan yang bagus yang mau mengungkapkan bahwa melalui agama kita diundang untuk pertobatan, mengantar sesama pada kebenaran dan hidup menjadi orang benar. Agama adalah Undangan Tuhan, Undangan Pertobatan agar dapat merayakan secara bersama pertobatan sebagai orang benar dan tidak semata-mata saleh dan suci, namun hidup bukan sebagai orang benar melainkan hidup sebagai pelaku kekerasan dan fanatisme sempit.

Undangan Tuhan dalam agama masing-masing menjadi Undangan Pertobatan, ketika kita mampu menyadari bahwa melalui ibadah yang adalah undangan Tuhan yang paling konkret bukan sebagai kewajiban melainkan semata-mata, pertama dan utama untuk membangun pertobatan termasuk soal penampilan fisik saat beribadah, memaknai ibadah sebagai jalan yang mengundang sesama untuk bertobat menjadi insan manusia yang benar yang dengan itu memancarkan hati nurani yang bening dan baru. Semoga kita sadar undangan Tuhan dalam misa atau shalat pertama-tama adalah undangan untuk bertobat hidup menjadi manusia yang benar dengan memiliki hati nurani yang benar dan baru pula.

Agama sejatinya adalah undangan Pertobatan
Kamis; 23 Agustus 2012
Lie Jelivan msf

No comments:

Post a Comment