Monday, April 30, 2012

YESUS MENYERAHKAN MARIA BAGI KITA: INILAH IBUMU

Paus Yohanes Paulus II: 57. “Perbuatlah ini sebagai peringatan akan Daku” (Lk 22:19). Dalam “peringatan” Kalvari, segala sesuatu yang dilakukan oleh Kristus dalam sengsara dan wafat-Nya hadir di sini. Demikianlah ‘segala sesuatu yang dilakukan oleh Kristus kepada Bunda-Nya’ demi kita, juga dihadirkan Kepada Maria, Dia menyerahkan murid kesayangan-Nya dan, dalam murid ini, setiap orang dari kita: “Inilah anakmu”. Kepada setiap orang dari kita, Dia juga berkata: “Inilah ibumu!” Pengalaman peringatan wafat Kristus dalam Ekaristi berarti juga melanjutkan menyambut karunia ini. Artinya menyambut – seperti Yohanes – dia yang sekali lagi diberikan kepada kita sebagai Bunda. Itu juga berarti bahwa kita mengenakan komitmen menjadi serupa dengan Kristus, memasukkan diri kita ke dalam sekolah Bunda-Nya, sambil mempersilahkan Maria menyertai kita. Maria selalu hadir, bersama Gereja dan sebagai Bunda dari Gereja, pada setiap perayaan Ekaristi kita. Bila Gereja dan Ekaristi bersatu tak terpisahkan, hal yang sama pantas dikatakan juga mengenai Maria dan Ekaristi. Inilah salah satu alasan, mengapa, sejak semula peringatan akan Maria selalu menjadi bagian dari perayaan Ekaristi Gereja Timur dan Barat. ----------------- [Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

PENGANIAYAAN DAN PENINDASAN MENJADI KESEMPATAN UNTUK MEWARTAKAN INJIL

Renungan pagi hari Selasa, 1 Mei 2012 Satu keluarga akhirnya minggat dari kampung halamannya karena penduduk sekampung bersepakat mengusir mereka dengan alasan yang tidak berdasar. Alasan yang tidak berdasar itu adalah: timbulnya issu dari mulut ke mulut bahwa keluarga itu punya ilmu hitam yang menyebabkan beberapa kali terjadi kematian secara tiba-tiba di kampung tersebut. Satu sama lain saling curiga, apa yang menyebabkan ini? Ternyata ada seorang di kampung itu yang entah punya ilmu dari mana, dengan enteng berkata bahwa ‘si A’ menjadi penyebab semuanya itu. Maka memakai logika ala kampung dan karena pendidikan rendah yang tidak memakai ratio, mereka pun sepakat mengusir keluarga itu demi keselamatan penduduk kampung. Dengan berat hati karena tidak merasa bersalah, tetapi sekaligus berpikir demi menghindari pertumpahan darah, maka keluarga itupun terpaksa meninggalkan kampungnya dan tinggal di kesunyian yang tanpa penduduk. Tetapi yang mengherankan, dalam waktu 2 tahun, keluarga ini justru sangat berkembang dalam ekonomi. Mereka bisa membangun rumah baru dari kayu-kayu hutan, mengembang-biakkan ternak di padang rumput yang luas, dan mengolah pertanian dengan sangat subur. Peristiwa ini membuat orang lain ingin belajar dari mereka bagaimana cara bertani, beternak dan meningkatkan pendapatan harian. Perlahan-lahan, tempat yang dulunya sunyi tanpa listrik penerang dan tanpa teman sekampung, kini berkembang menjadi perkampungan baru. Mereka melihat bahwa si A yang pindah ke kampung itu patut ditiru. Saudara-saudari terkasih. Penganiayaan, pengusiran, dan pengejaran yang dialami oleh jemaat perdana yang dikisahkan dalam bacaan pertama Kisah para Rasul, ternyata bukan menjadi puncak kehancuran pengikut Kristus. Malah sebaliknya, pengusiran dan pengejaran ini menjadi titik awal perkembangan pesat kekristenan. Karena di mana-mana pun pengikut Kristus itu berada, di sana mereka bisa mewartakan Injil sampai terbentuknya komunitas-komunitas. Salah satu tempat pengusiran mereka yang terkenal adalah Antiokhia, tempat di mana para pengikut Kristus itu pertama sekali disebut sebagai Kristen (Kis 11:26). Ke mana orang Kristen harus lari dan menghindar dari penganiayaan, di sana juga Injil itu bertumbuh dan ditanggapi orang-orang yang percaya. Singkatnya, oleh karena penindasan dan tekanan yang begitu hebat, iman jemaat perdana semakin kokoh dan kuat. Iman tumbuh dan berkembang di kala masalah datang bertubi-tubi. Pengalaman iman jemaat perdana ini memberi dorongan bagi kita, bahwa masalah bukanlah tanda-tanda datangnya kehancuran. Orang yang berhasil lepas dari masalah akan merasakan bahwa masalah itu menjadi rahmat dalam dirinya. Walaupun rahmat Tuhan baru bisa kita rasakan, ketika kita telah lewat dari ‘malapetaka’ itu, tetapi sebenarnya, ketika kita lemah dan tak berdaya di sanalah kita paling mudah merasakan betapa Tuhan ada bersama kita. Penganiayaan, pengusiran, terror, pembakaran gereja dan segala macamnya itu bukan suatu ancaman dan pembinasaan bagi iman kita, walaupun terkadang menyakitkan bagi fisik. Itulah salah satu cara Tuhan menguji iman kita, membuat kita seperti besi yang ditempa dengan api membuatnya jadi parang. Kita harus dilebur dan diolah sehingga terbentuk seturut kehendak-Nya. Benarlah apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes hari ini: “Aku memberikan hidup kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yoh 10:28). Yesus junjungan kita tidak akan membiarkan kita tercerai-berai tanpa gembala. Ia selalu menyertai kita. Semoga dalam segala perkara yang kita tanggung dalam hidup, bukan membuat kita putus asa dan terancam, karena Yesus Gembala kita, tetap menjaga dan menuntun kita. Damai Tuhan bersamamu.

Domba

"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku. Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.” Ya Tuhan Yesus, Engkau memberikan hidup yang kekal kepada kawanan domba yang percaya kepada-Mu. Aku pun merindukan hidup yang kekal. Karena itu semoga karena rahmat-Mu aku senantiasa hidup karena percaya kepada-Mu, Tuhan dan Juruselamatku, kini dan sepanjang masa. Amin.

Sunday, April 29, 2012

Akrab Dengan Kristus

Yohanes 14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. __________________________________ Kata-kata ini tidak diucapkan sebagai hardikan, tidak juga dengan rasa heran; Yesus menganjurkan Filipus untuk datang lebih dekat. Namun kita selalu menjadi pribadi yang paling lambat menjadi akrab dengan Yesus. Sebelum hari Pentakosta, para murid mengenal Yesus sebagai Pribadi yang memberi mereka kuasa untuk mengalahkan setan-setan dan mendatangkan kebangunan rohani (Lukas 10:18-20). Itu merupakan keakraban yang lebih mesra yang sedang menantikan mereka, "...Aku menyebut kamu sahabat..." (Yohanes 15:15). Persahabatan sejati jarang terjalin di dunia. Itu berarti menyamakan diri dengan seseorang dalam pikiran, hati dan roh. Seluruh pengalaman hidup dirancang untuk menyanggupkan kita memasuki hubungan terakrab ini dengan Yesus Kristus. Kita menerima berkat-berkat-Nya dan mengetahui firman-Nya, tetapi apakah kita sesungguhnya mengenal Dia? Yesus bersabda, "Lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi..." (Yohanes 16:7). Dia meninggalkan hubungan itu untuk menuntun mereka semakin dekat. Yesus bersukacita bila seorang murid meluangkan waktu untuk berjalan semakin dekat bersama Dia. Menghasilkan buah selalu ditunjukkan dalam Alkitab sebagai akibat nyata dari hubungan yang akrab dengan Yesus Kristus (Yohanes 15:1-4). Sekali kita bergaul akrab dengan Yesus, maka kita tidak pernah kesepian dan kita tidak pernah kurang pengertian atau belas kasihan. Kita senantiasa dapat mencurahkan isi hati kita kepada-Nya tanpa dianggap bersikap emosional secara berlebihan atau beriba-diri. Orang Kristen yang benar-benar akrab dengan Yesus takkan pernah menarik perhatian terhadap dirinya sendiri, tetapi hanya akan menunjukkan bukti suatu kehidupan yang sepenuhnya dikuasai Yesus. Itu adalah akibat dari mempersilahkan Yesus mengisi setiap segi kehidupan dengan kepuasan yang sempurna. Gambaran yang dihasilkan oleh kehidupan semacam itu adalah gambaran keseimbangan yang teguh dan tenang yang diberikan oleh Tuhan kita kepada mereka yang akrab dengan Dia. __________________________________ Jadikan keintiman dengan Tuhan sebagai gaya hidup kita.

KAWIN CERAI BOLEHKAH ??

Pertama-tama, apapun pandangan mengenai perceraian, adalah penting untuk mengingat kata-kata Alkitab dalam Maleakhi 2:16a: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel.” Menurut Alkitab, kehendak Allah adalah pernikahan sebagai komimen seumur hidup. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Matius 19:6). Meskipun demikian, Allah menyadari bahwa karena pernikahan melibatkan dua manusia yang berdosa, perceraian akan terjadi. Dalam Perjanjian Lama Tuhan menetapkan beberapa hukum untuk melindungi hak-hak dari orang yang bercerai, khususnya wanita (Ulangan 24:1-4). Yesus menunjukkan bahwa hukum-hukum ini diberikan karena ketegaran hati manusia, bukan karena rencana Tuhan (Matius 19:8). Kontroversi mengenai apakah perceraian dan pernikahan kembali diizinkan oleh Alkitab berkisar pada kata-kata Yesus dalam Matius 5:32 dan 19:9. Frasa “kecuali karena zinah” adalah satu-satunya alasan dalam Alkitab di mana Tuhan memberikan izin untuk perceraian dan pernikahan kembali. Banyak penafsir Alkitab yang memahami “klausa pengecualian” ini sebagai merujuk pada “perzinahan” yang terjadi pada masa “pertunangan.” Dalam tradisi Yahudi, laki-laki dan perempuan dianggap sudah menikah walaupun mereka masih “bertunangan.” Percabulan dalam masa “pertunangan” ini dapat merupakan satu-satunya alasan untuk bercerai. Namun demikian, kata Bahasa Yunani yang diterjemahkan “perzinahan” bisa berarti bermacam bentuk percabulan. Kata ini bisa berarti perzinahan, pelacuran dan penyelewengan seks, dll. Yesus mungkin mengatakan bahwa perceraian diperbolehkan kalau terjadi perzinahan. Hubungan seksual adalah merupakan bagian integral dari ikatan penikahan, “keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24; Matius 19:5; Efesus 5:31). Oleh sebab itu, memutuskan ikatan itu melalui hubungan seks di luar pernikahan dapat menjadi alasan untuk bercerai. Jika demikian, dalam ayat ini, Yesus juga memikirkan tentang pernikahan kembali. Frasa “kawin dengan perempuan lain” (Matius 19:9) mengindikasikan bahwa perceraian dan pernikahan kembali diizinkan dalam kerangka klausa pengecualian, bagaimanapun itu ditafsirkan. Penting untuk diperhatikan bahwa hanya pasangan yang tidak bersalah yang diizinkan untuk menikah kembali. Meskipun tidak disebutkan dalam ayat tsb, izin untuk menikah kembali setelah perceraian adalah kemurahan Tuhan kepada pasangan yang tidak bersalah, bukan kepada pasangan yang berbuat zinah. Mungkin saja ada contoh-contoh di mana “pihak yang bersalah” diizinkan untuk menikah kembali, namun konsep tsb tidak ditemukan dalam ayat ini. Sebagian orang memahami 1 Korintus 7:15 sebagai “pengecualian” lainnya, di mana pernikahan kembali diizinkan jikalau pasangan yang belum percaya menceraikan pasangan yang percaya. Namun demikian, konteks ayat ini tidak menyinggung soal pernikahan kembali dan hanya mengatakan bahwa orang percaya tidak terikat dalam pernikahan kalau pasangan yang belum percaya mau bercerai. Orang-orang lainnya mengklaim bahwa perlakuan sewenang-wenang (terhadap pasangan yang satu atau terhadap anak) adalah alasan yang sah untuk bercerai sekalipun Alkitab tidak mencantumkan hal itu. Walaupun ini mungkin saja, namun tidaklah pantas untuk menebak Firman Tuhan. Kadang-kadang hal yang dilupakan dalam perdebatan mengenai klausa pengecualian adalah kenyataan bahwa apapun jenis penyelewengan dalam pernikahan, itu hanyalah merupakan izin untuk bercerai dan bukan keharusan untuk bercerai. Bahkan ketika terjadi perzinahan, dengan anugrah Tuhan, pasangan yang satu dapat mengampuni dan membangun kembali pernikahan mereka. Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni banyak dosa-dosa kita. Kita tentu dapat mengikuti teladanNya dan mengampuni dosa perzinahan (Efesus 4:32). Namun, dalam banyak kasus, pasangan yang bersalah tidak bertobat dan terus hidup dalam percabulan. Di sinilah kemungkinanan Matius 19:9 dapat diterapkan. Demikian pula banyak yang terlalu cepat menikah kembali setelah bercerai padahal Tuhan mungkin menghendaki mereka untuk tetap melajang. Kadang-kadang Tuhan memanggil orang untuk melajang supaya perhatian mereka tidak terbagi-bagi (1 Korintus 7:32-35). Menikah kembali setelah bercerai mungkin merupakan pilihan dalam keadaan-keadaan tertentu, namun tidak selalu merupakan satu-satunya pilihan. Adalah menyedihkan bahwa tingkat perceraian di kalangan orang-orang yang mengaku Kristen hampir sama tingginya dengan orang-orang yang tidak percaya. Alkitab sangat jelas bahwa Allah membenci perceraian (Maleakhi 2:16) dan bahwa pengampunan dan rekonsiliasi seharusnya menjadi tanda-tanda kehidupan orang percaya (Lukas 11:4; Efesus 4:32). Tuhan mengetahui bahwa perceraian dapat terjadi, bahkan di antara anak-anakNya. Orang percaya yang bercerai dan/atau menikah kembali jangan merasa kurang dikasihi oleh Tuhan bahkan sekalipun perceraian dan pernikahan kembali tidak tercakup dalam kemungkinan klausa pengecualian dari Matius 19:9. Tuhan sering kali menggunakan bahwa ketidaktaatan orang-orang Kristen untuk mencapai hal-hal yang baik. Di Posting oleh: Team Pengajar: http://www.TheologiaOnline.com/

Saturday, April 28, 2012

“PENGORBANANNYA ADALAH WUJUD CINTANYA PADAMU”

Minggu, 29 April 2012 (Minggu keempat Paskah) Peringatan Sta. Katarina dari Siena, Perawan dan Pujangga gereja, St. Petrus dari Verona, Martir dan St. Hugo Agung, Abbas Yoh.10:11-18; Sindiran-sindiran kecil nan tajam yang sering kudengar dari liburan di Indonesia beberapa waktu yang baru lewat adalah seperti “janji tinggal janji parlente (tipu/dusta) jalan terus” atau di Indonesia “hukum dibuat untuk dilanggar.” Sindiran-sindiri itu mau mengatakan kepada kita bahwa di dunia dewasa ini banyak orang bisa berjanji tapi hanya sedikit yang menepati janjinya. Banyak orang boleh mencintai tapi hanya segelintir orang saja yang mau berkorban untuk dan demi dia/mereka yang dicintainya. Banyak orang tidak konsisten dalam menerapkan aturan yang telah dibuatnya. Pagi ini, engkau mendapatkan sebuah janji, cinta dan pengorbanan dari seorang pribadi yang lebih daripada apa yang telah, sedang dan akan Anda terima dari sesamamu manusia. Dia yang berjanji memenuhi janji-Nya dengan cinta-Nya. Dia yang mencintaimu berkorban dan mati demi engkau yang dicintai-Nya. Dan, Dialah Yesusmu. Dengarkanlah sapaan lembut-Nya padamu di pagi ini; "Akulah Gembala yang baik, yang menyerahkan nyawa-Ku untuk domba-domba-Ku. Aku mengetahuimu karena engkaulah milik-Ku." Wow...pejamkanlah matamu dan rasakanlah suara lembut penuh cinta dari Sang Gembala jiwamu saat ini. Bukalah dirimu untuk mengikuti suara para pemimpinmu dengan kritis, tapi bukalah hati dan jiwamu selalu untuk mendengarkan tuntunan suara Sang Gembali jiwamu, yakni Yesusmu. Para pemimpinmu boleh menjanjikan kesejahteraan duniawi, tapi hanya Yesuslah yang dapat menjanjikan keselamatan jiwamu kelak. Dengarlah Dia! Lakukanlah semua perintah-Nya maka jiwamu akan mendapatkan kedamaian saat ini, dan keselamatan di saat yang akan datang. Dia sungguh mencintaimu.

Friday, April 27, 2012

“YESUSLAH JALAN LURUS KEPADA BAPA”

Sabtu, 28 April 2012 St. Louis Marie Grignon de Monfort, Pengaku Iman, St. Petrus Louis Chanel, Martir Yoh.6:60-69; Dewasa ini keraguan terhadap siapakah Yesus, atau apakah Yesus Putra Allah bahkan Tuhan masih saja terdengar, didiskusikan bahkan diperdebatkan. Di satu pihak, hal ini membuat orang menjadi kuat imannya, namun di lain pihak bisa menggoyakan dan membuat mereka meninggalkan dan menjual imannya, bahkan meninggalkan imannya. Pagi ini Yesus datang dan bertanya lembut di relung hatimu; "Apakah engkau mau menjual Aku lagi? Apakah engkau mau meninggalkan Aku? Apakah engkau tidak percaya kepada-Ku sebagai Tuhanmu? Apakah jawabanmu kepada-Nya secara pribadi? Dengarlah jawaban Petrus; “Guru, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah adalah kehidupan kekal.Kami percaya bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah." Karena itu, kuyakini engkau yang masih ragu dan berpikir untuk meninggalkan Yesus dan Gereja-Nya bahwa "hanya seorang yang telah datang dan akan datang kedunia ini dan memproklamirkan dirinya sebagai Putra Allah, yakni Yesusmu. Dia berkata; "Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup.” Yesuslah Jalan lurus menuju Sang Bapa.” Kalau engkau telah berada di jalan itu, mengapa engkau masih ragu sehingga mau memilih jalan yang lain yang belum pasti menuntunmu kepada Sang Pemberi Hidup?

MARIA, BUNDA DAN MODEL GEREJA ADALAH WANITA EKARISTI

Paus Yohanes Paulus II berkata: 53. Apabila kita ingin menemukan kembali seluruh kekayaan kedalaman hubungan Gereja dengan Ekaristi, kita tidak boleh melupakan Maria, Bunda dan Model Gereja. Dalam Surat Apostolik saya ‘Rosario Perawan Maria’ (Rosarium Virginis Mariae), saya telah menunjuk Santa Perawan Maria sebagai guru kita dalam merenungkan wajah Kristus, dan antara misteri-misteri terang saya memasukkan ‘Pendasaran Ekaristi’ [Lih No. 21:AAS 95 (2003), 20]. Maria dapat membimbing kita ke dalam sakramen mahakudus ini, justru karena dia sendiri mempunyai perhubungan mendalam dengan Ekaristi. Pada pandangan pertama, Injil memang mendiamkan pokok ini. Kisah pendasaran Ekaristi pada malam Kamis Putih tidak menyebut nama Maria. Meski demikian, kita tahu bahwa dia hadir di antara para Rasul yang berdoa “sehati” (lih. Kis 1:14) ‘pada komunitas perdana yang berkumpul sesudah Kenaikan sambil menantikan Pentekosta’. Tentulah Maria telah hadir dalam perayaan Ekaristi pada generasi pertama Kristiani, yang sangat setia kepada “pemecahan roti” (Kis 2:42). Namun, menambah kepada sharing-nya dalam perjamuan Ekaristi, suatu gambaran tak langsung dari hubungan Maria dengan Ekaristi sebelumnya sudah ada, mulai dengan persiapan batinnya. ‘Maria adalah “Wanita Ekaristi” dalam seluruh hidupnya’. Gereja, yang memandang Maria sebagai teladan, terpanggil juga untuk menirunya dalam hubungan dengan misteri yang mahakudus ini. --------- [Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

Thursday, April 26, 2012

JIWA KITA PUN MEMBUTUH MAKANAN TIAP HARI

Renungan pagi hari Jumat, 27 April 2012 Hidup sehari-hari setiap orang tidak bisa dilepaskan dari makanan. Untuk bisa hidup, mau tak mau, suka tidak suka, kita harus makan. Dalam arti tertentu, kualitas hidup dan kesehatan kita ditentukan juga oleh apa yang kita makan. Jika makanan yang diberikan kepada seorang anak tidak mencukupi dan tidak memenuhi syarat kesehatan, maka anak itu bisa menderita busung lapar dan gizi buruk. Perkembangan masa depannya terganggu, malahan tidak tertutup kemungkinan resiko kematian akan menimpanya. Sebaliknya orang yang mendapat asupan gizi yang baik, kualitas hidupnya akan terjaga; badan sehat, stamina kuat, dan tahan terhadap gangguan bibit penyakit. Makanan yang berlaku untuk kesehatan badan akan bisa juga berlaku untuk makanan rohani demi kesehatan jiwa. Kita mungkin masih ingat pepatah: MENS SANA IN CORPORE SANO (Jiwa yang sehat ada dalam tubuh yang sehat). Jika badan kita sehat, kerohanian kita pun juga sehat. Yesus pada hari ini memperkenalkan diri-Nya sebagai roti hidup, santapa jiwa, “Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (Yoh 6:58). Makanan yang diberikan Yesus bagi kita bukan sekadar makanan badaniah yang bertahan untuk sementara waktu. Roti itu jga bukan makanan yang memiliki masa expire, melainkan makanan yang memberi hidup selamanya yang tidak mengenal kata expire, berjamur, busuk atau rusak. Yesus mewahyukan Diri sebagai Roti Hidup, dan siapa yang makan akan dibangkitkan dari mati. Inilah jaminan yang diberikan kepada setiap orang yang beriman kepada Yesus yang dengan iman menerima roti itu sebagai tubuh Tuhan sendiri. Setiap orang yang menerima dan memakan-Nya akan dipenuhi cahaya surgawi. Dirinya bukan lagi sekadar tubuh duniawi tetapi sudah menjadi tubuh rohani, kediaman Allah. Saulus, menjadi pengikut Yesus yang sangat militan manakala dirinya tersentuh oleh “cahaya” Kristus yang dirasakan sebagai jawaban atas kerinduannya untuk hidup yang lebih dari sekadar hidup saat ini. Pertobatan Paulus - yang dikisahkan pada bacaan pertama hari ini Kis 9:1-20 - menjadi titik balik keselamatannya. Apakah kita juga tersentuh oleh sabda Yesus di atas dengan sekaligus kita tertarik untuk mencapai hidup abadi yang ditawarkan oleh Yesus? Apakah kita berusaha untuk memberi makanan jiwa kita dengan cara menyambut tubuh-Nya sesering mungkin? Apakah pertobatan Paulus juga menggugah kita untuk sepenuhnya mengarahkan hidup kita kepada Kristus yang menjadi santapan jiwa kita? Marilah kita mohon agar “cahaya” yang menjadikan St. Paulus bertobat, menaungi diri kita juga, sehingga kita berani mengutamakan tubuh Kristus sebagai santapan dalam hidup kita sehari-hari. Jika tubuh kita lemah tak bertenaga karena tidak memperoleh makanan sepanjang hari, demikianlah juga jiwa kita akan lemah, tidak bertenaga, kering dan mati kalau kita tidak memberinya makanan. Sabda Allah dan Tubuh Kristus, itulah makanan utama jiwa kita. Kita cobalah setiap hari mendengarkan Sabda-Nya dan berusaha sesering mungkin (sedapat mungkin) untuk ikut Ekaristi. Damai Tuhan bersamamu.

Wednesday, April 25, 2012

NAMAKU WARSIH……….

Ya, itulah namaku, Warsih. Aku dilahirkan di sebuah desa di daerah Bantul, Yogyakarta, 32 tahun yang lalu. Tak ada yang istimewa padaku waktu itu ketika aku masih hidup di desa. Aku tidak cantik, kulitku juga tidak kuning langsat seperti gadis-gadis kota yang sering kulihat melintas di jalan Parangtritis, dekat desaku. Aku juga tidak sepandai mereka yang begitu pandai cas cis cus berbahasa Inggris dengan asiknya. Aku hanya seorang gadis desa biasa, yang hanya pintar menanam padi, angon wedhus, dan memanen telo. Aku, Warsih, begitulah mereka semua memanggilku. Namaku bukanlah nama yang istimewa. Hanya nama yang biasa, seperti nama-nama gadis desa dari tanah Jawa kebanyakan saja. Namun aku yakin, aku bukanlah seorang perempuan yang biasa-biasa saja. Aku adalah seorang perempuan yang kuat, bisa dibilang harus kuat, seorang perempuan yang tegar, bisa dibilang harus tegar, dan seorang perempuan yang istimewa, aku harus dan berusaha agar aku harus bisa menjadi seorang perempuan yang istimewa. Aku, Warsih, dulu hanya lulusan SMA, itupun karena susah payahnya Bapak dan Simbokku untuk menyekolahkanku. Bapak yang adalah seorang kusir andong, yang bercita-cita agar aku dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin, dan Simbok, yang merupakan buruh gendong di pasar, adalah orang-orang yang paling istimewa dalam hidupku. Dan mungkin memang sudah suratan takdirku, bahwa aku hanya bisa mengenyam pendidikan sampai SMA saat itu, karena Bapakku, yang karena sakit paru-parunya yang sudah begitu parahnya, akhirnya meninggal sehari setelah hari kelulusanku. Pahit dan getir memang rasanya hidupku waktu itu. Kami juga tidak diperkenankan oleh nasib untuk berduka lama-lama, karena hidup harus terus berjalan. Sebulan setelah kepergian Bapakku, aku diajak temanku untuk mengadu nasib di Jakarta. Ya, Jakarta, yang katanya begitu terang benderang, begitu bersinar, dan begitu kejam. Ku tinggalkan Simbokku sendirian di desa untuk menjadi office girl di sebuah bank swasta di daerah Kuningan. Sampai saat itu hidupku jadi agak lumayan. Bahkan aku bisa mengirimi uang untuk Simbokku, walau hanya beberapa ratus ribu, namun bagiku saat itu, nominal itu adalah nominal terbesar seumur hidupku. Senang rasanya bisa membayangkan senyum gembira simbokku saat menerima uang hasil jerih payahku. Aku, Warsih, sang gadis desa itu, akhirnya terjerat masalah juga. Aku memiliki kekasih kurang lebih setahun setelah ku bekerja disitu. Kekasih, yang belum pernah aku punya seumur hidupku, karena sewaktu aku sekolah, entah karena memang aku yang tidak menarik, atau aku yang terlalu polos dan lugu, tidak ada yang menginginkanku untuk menjadikanku pacar. Begitu menyedihkan hidupku. Namun aku akhirnya memiliki kekasih juga, karena aku hanya seorang office girl, maka kekasihku ya tidak terlalu tinggi derajatnya dari aku, dia satpam di kantorku. Senang juga memiliki kekasih, ada yang menyayangi, ada yang memperhatikan, ada yang memeluk dan mencium, tapi tidak seperti yang simbok lakukan kepadaku. Dan masalahku muncul, setelah ciuman dan pelukan yang memabukkan itu. Kekasihku mengajakku melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang belum menikah. Dia mengajakku melakukan ’itu’. ”Cuma sekali ini saja dik, kan dosanya juga ndak banyak...” katanya waktu itu. Hmm.... takut sekali aku rasanya, karena aku dilema. Di satu sisi aku takut dengan perbuatan yang belum boleh ku lakukan itu, namun disisi lain aku takut kekasihku pergi dariku. Aku belum pernah memiliki kekasih, aku tak ingin apa yang kumiliki sekarang hilang dariku. Akhirnya kuputuskan untuk mengiyakannya. Keputusan yang betul-betul salah dan membuat kelam hidupku lebih dari sebelumnya. Setelah melakukan itu, kekasihku memang masih biasa-biasa saja, dia bahkan kurasakan menjadi lebih sayang dan dekat kepadaku. Tetapi setelah sebulan berlalu dan haidku tidak kunjung datang, minggatlah dia dari sisiku. Entah, tiba-tiba dia mengundurkan diri dan pindah kerja entah kemana tiga hari setelah mendengar aku tidak kunjung haid. Dan tinggallah aku, Warsih, yang lugu, polos, dan berwajah biasa-biasa saja itu dengan janin yang mulai tumbuh membesar dalam rahimku. ”Cuma sekali saja dik....” kata-kata itu masih kuingat jelas sampai sekarang, dan ku yakin tak akan pernah hilang dari benakku sampai ku mati nanti. Sekali, yang membuat kehidupanku berubah, yang menuntutku untuk menjadi Warsih yang tak lagi polos dan lugu lagi. Anakku akhirnya di angkat anak oleh Simbok. Dia, yang ku beri nama Anastasia Kinanti, seorang anak yang terlahir tak berbapak, tak pernah tahu siapa dan seperti apa bapaknya. Anakku yang ku kasihi dengan seluruh hidupku. Diatas kertas dia memang anak angkat simbokku, adik angkatku. Tapi dalam hidupku, dialah anakku, harta hasil perbuatan ’sekali’ ku, harta yang tak ada bandingnya dari semua harta di dunia ini, dalam hidupku. Tak perduli dengan apa kata orang tentang aku, tentang simbokku, bahkan tentang Kinanti anakku, aku harus terus bangkit dan berjalan, melanjutkan hidupku. Aku harus terus kuat dan tegar, bahkan walau mungkin ada jurang yang dalam dan tak berbatas menganga di depanku. Aku, Warsih, tetap harus melanjutkan hidupku, bersama simbokku dan Kinanti anakku, meski dengan banyak cibiran dan cemoohan dari seluruh desaku. Dengan sekuat tenaga aku kembali bekerja menjadi tenaga cleaning service di sebuah universitas swasta, sementara di malam hari aku menggantikan simbok menjadi buruh gendong di pasar Giwangan. Aku tak boleh jatuh, aku tak boleh lemah. Aku harus melanjutkan cita-cita Bapakku yang menginginkan aku anak satu-satunya untuk bersekolah setinggi-tingginya. Sekarang, Kinanti ku sudah duduk di kelas 6 SD, dan aku, setelah aku lulus S-1 dari sebuah universitas swasta dimana aku juga bekerja menjadi cleaning service pada siang harinya, saat ini aku dapat melanjutkan studi S-2 ku, dan aku tidak lagi menjadi seorang office girl, tidak lagi menjadi seorang cleaning service, aku adalah head supervisor di sebuah pabrik sarung tangan internasional, yang letaknya juga di Bantul. Namaku Warsih, Maria Suwarsih. Aku adalah seorang perempuan desa biasa, dengan wajah yang biasa, dengan kepandaian yang juga biasa, namun aku memiliki kehidupan yang luar biasa. Aku memiliki ketegaran dan kekuatan dalam menghadapi hidup yang luar biasa. Aku adalah seorang perempuan yang luar biasa dan istimewa. Dan itu semua ku dapatkan, karena aku tetap taat dan setia untuk mencintai Yesus Kristus, junjunganku.

Tuesday, April 24, 2012

SENI ARSITEKTUR AMBIL-BAGIAN MENGUNGKAP MISTERI YANG TERKANDUNG DALAM KEPENUHAN IMAN GEREJA

50. Dalam upaya menghormati misteri yang terkandung dalam ritus dan dimensi-dimensi estetik, sejenis “kompetisi” telah terjadi antara dunia Kristen Barat dan Timur. Bagaimana tidak, kita pantas sangat bersyukur kepada Tuhan atas sumbangsih-sumbangsih seni kristiani yang diberikan oleh kekayaan arsitektur dan seni tradisi Greko-Bizantin, dan oleh seluruh dunia geografis yang bercorak Slavia. Di Timur, seni suci telah berhasil mempertahankan citarasa misteri secara sangat kuat, yang menghantar para artis tangguh berupaya sepenuh hati menciptakan keindahan, bukan hanya sebagai ungkapan talenta mereka, tetapi juga sebagai pelayanan sejati terhadap iman. Melangkah ke balik kemampuan teknik, mereka membuktikan diri sanggup mengikuti dan terbuka kepada ilham Roh Kudus. Kecemerlangan arsitek dan mosaik dari Gereja Timur dan Barat menjadi warisan bagi semua umat beriman. Di dalamnya terkandung harapan, bahkan dambaan menuju kepenuhan persekutuan dalam iman dan perayaan. Hal ini mengandaikan dan menuntut seperti dalam ukiran Tritunggal yang termasyhur dari Rublëv, suatu gereja yang secara mendalam sangat bercitra Ekaristi, di mana kehadiran misteri Kristus dalam pecahan roti sungguh diramu dalam kesatuan mengagumkan ketiga Pribadi Ilahi, sehingga gereja itu merupakan “ikon” dari Allah Tritunggal. Dalam konteks seni seperti ini, yang berusaha mengungkapkan dalam seluruh unsurnya makna Ekaristi seturut ajaran Gereja, pantaslah perhatian diberikan kepada norma-norma tata pembangunan dan hiasan bangunan suci. Sebagaimana ditunjukkan oleh sejarah, dan seperti telah ditekankan dalam ‘Surat kepada para Seniman” [AAS 91 (1999), 1155-1172], Gereja senantiasa membuka ruang yang luas bagi kreativitas para seniman. Namun, seni suci haruslah menonjol dalam kemampuan mengungkapkan secara tepat misteri yang terkandung dalam kepenuhan iman Gereja, serta sesuai dengan pedoman pastoral yang khusus ditetapkan oleh kewibaan yang kompeten. Hal ini berlaku bagi seni suci, baik seni rupa maupun seni suara. [Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

TERPESONA KARENA LUPA....? LUPA KARENA TERPESONA...?

Kita terpesona dengan mukjizat Ekaristi di berbagai belahan dunia, TAPI KITA SERING LUPA bahwa mukjizat konsekrasi ketika roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, terjadi pada setiap Misa Kudus.... Kita terpesona dengan Allah Israel yang membelah Laut Merah, TAPI KITA SERING LUPA, bahwa rahmat pembaptisan yg merupakan penggenapan peristiwa tersebut adalah juga mukjizat.... Kita terpesona dengan Kristus yg menggandakan roti, TAPI KITA SERING LUPA bahwa dalam keadaan ekonomi serba sulit, kita masih bisa makan adalah juga mukjizat... Kita terpesona dengan kisah2 pertobatan kepada iman Katolik yg luar biasa, TAPI KITA SERING LUPA bahwa anak2 kita bertumbuh baik tanpa terpengaruh lingkungan sekitar yang buruk adalah juga mukjizat... Kita terpesona dengan ketabahan Ibu Maria yg mengalami dukacita yg hebat ketika putranya wafat, TAPI KITA SERING LUPA bahwa fakta orangtua tunggal yg membesarkan anak seorang diri adalah juga mukjizat... Kita terpesona dengan Kristus yg membangkitkan Lazarus, TAPI KITA SERING LUPA bahwa hidup kita adalah juga mukjizat... Begitu terpesonakah aku sampai2 aku lupa...? Begitu lupakah aku sampai2 aku hanya bisa terpesona...?

"MEREKA ADALAH ORANG TUAMU"

Aku tak tahu apa yang sedang Anda pikirkan tentang orang tuamu saat ini. Akan tetapi bagiku jika saja dalam menghadapi kekurangan mereka karena faktor usia maka seharusnya kita tetap kembali mengingat masa kanak-kanak kita di mana untuk banyak hal mereka tak pernah bosan mendidik dan merawat kita. Jika saja setiap orang sadar bahwa orang tua selalu sabar menghadapi kita di masa kanak-kanak kita maka tentunya tidak akan ada penolakan terhadap mereka ketika saat ini mereka bersikap seperti kanak-kanak. Mereka tak pernah menolak kita bahkan mengasingkan kita karena kebandelan kita,,,Tapi, kenapa kita tak sabar terhadap mereka? Mengapa bentakan selalu ada di mulut kita ketika mereka keliru atau salah? Bahkan lebih sadis lagi mengapa mereka disingkirkan dari rumah dan hati kita anak-anak mereka? Hanya mengingatkanmu bahwa apa pun yang terjadi pada mereka saat ini, atau apa pun kekurangan yang mereka tunjukkan saat ini kepadamu, tak pernah menyangkal kenyataan bahwa mereka adalah papa dan mamamu. Mereka membutuhkan seberkas cinta dan perhatian darimu di sisa hidup mereka. Setidak-tidaknya kehadiranmu, suaramu, pelukanmu di tubuh mereka malam ini dapat membuat mereka tidur dengan damai dan tenang sampai terbitnya mentari pagi. Kuteringat lagu lama; Seluruh jiwa ragaku....segalanya untukmu mama....Jangan kudengar lagi engkau menangis....badanmu kurus dan letih biarlah tidur dan bermimpi....Mimpi kan hari ini akan berganti......

"JADILAH KABAR GEMBIRA BAGI SAUDARAMU"

Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk pergi mewartakan KABAR GEMBIRA kepada segala makluk. Inti kabar gembira itu adalah bahwa "YESUS ADALAH PUTRA ALLAH, WAFAT UNTUK MENEBUS DOSA MANUSIA, TAPI BANGKIT UNTUK MENJADI JALAN KEPADA ALLAH. Yesuslah Jalan Keselamatan bagi jiwamu. Kabar gembira itu telah diberitakan kepadamu, dan betapa Yesus ingin agar lewat kata dan perbuatanmu setiap hari engkau menjadikan DIA KABAR GEMBIRA bagi mereka yang mendengar dan hidup bersamamu. Kabar darimu menggembirakan, tapi hanya kabar tentang Yesuslah yang dapat menyelamatkan manusia. Bersyukurlah bahwa Yesus memilihmu untuk mewartakan Kabar Gembira-Nya.

Monday, April 23, 2012

PANGGILAN JIWA SARINAH

Kupanggil engkau Sarinah sebagai penghormatan dan penghargaanku padamu sebagai Wanita, seperti Seokarno mantan Presiden pertama bangsa yang disebut Indonesia, memanggil kaum wanita sebagai Sarinah. Kupanggil engkau Sarinah meski umurmu masih muda, namun semangat perjuanganmua seakan sedang menghidupi kata-kata perjuangan Soekarno; “Negara tidak akan pernah besar, jikalau wanita-wanitanya tidak akan menjadi sosok-sosok Kartini baru”. Wajahmu, sosok sederhana yang selalu menyapa dalam senyum, orang seakan tidak percaya bahwa engkau adalah sosok Sarinah tangguh yang berjuang bersama teman-temanmu tanpa menghiraukan omongan dan cemoohan orang lain. Penampilanmu sederhana, tidak seperti gadis sejamanmu yang berpenampilan seksi dibalut aneka dandanan make up. Engkau cukup dengan aura keaslianmu. Kesederhanaan memancarkan pesona ketulusanmu, bagai seberkas terang menyinari jiwa yang gelap. Tutur bijakmu yang lembut namun tegas mengalirkan air kedamaian menyejukan jiwa. Sarinah, demikian aku menyapamu, dalam kesibukan kuliahmu, masih menyempatkan dirimu untuk berjuang. Di balik jiwamu yang tulus, terbersit keberanianmu untuk melantunkan kritikan-kritikan tajam pada penguasa bahkan sesamamu yang hidupnya tidak lagi menampakkan kebenaran dan keadilan. Bagimu kritikan yang diberikan adalah nasehat bijak untuk berubah. Bagimu pendidikan dan diskusi serta perjuangan adalah hati dan panggilan jiwa sebagai sebuah seni memberikan kesaksian yang membawa Kabar Sukacita bagi sesama. Meski sedang disibukan dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di seberang yang sebentar lagi usai, engkau Sarinah tidak berhenti mengunjungi jiwa-jiwa yang letih dan lesu dalam keputusasaan oleh aneka ragam persoalan hidup. Meski berhadapan dengan suara-suara subang dan perasaan aneh orang-orang di sekitarmu atas apa yang dilakukan dan dikerjakan dalam satu pernyataan; gak ada manfaatnya berjuang seperti itu, namun semuanya kauanggap angin lalu, bahkan menjadi cambuk untuk tidak berhenti berjuang. Keterbukaanmu dalam sebuah dialog persaudaraan tanpa mempersoalkan perbedaan, juga menjadi buah bibir sumbang orang-orang di sekitarmu. Namun bagimu; keterbukaan adalah semangat mewartakan Kabar Sukacita. Sarinah, sosok wanita muda, insan Mahasiswi, melihat perjuanganmu bersama yang miskin dan menderita, kau maknai sebagai Panggilan Jiwa yang bagi Yesus sang Idolamu; adalah BEKERJA UNTUK SEBUAH KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK, BUKAN SEMAT-MATA UNTUK MAKANAN DUNIAWI. Sarinah, sosok wanita muda namun “pemberani”, engkau menghadirkan dalam keberanian St. Stefanus untuk berbicara mengkritik para penguasa: orang-orang Yahudi dan para Ahli Taurat, meski pengadilan bahkan penderitaan dialami oleh Stefanus. Sarinah, kau gadis pendoa, menjadikan doa sebagai komunikasi dan cintamu pada Sang Khalik yang memberikan kekuatan dan keberanian untuk berjuang sebagai tindakan konkrit menyampaikan Kabar Sukacita bagi siapapun tanpa melihat perbedaan. Dari wajahmu yang sederhana, Sarina memancarkan wajah “malaikat” penyelamat tanpa pernah memperhitungkan omongan dan cercaan sesama. Belajar darimu Sarinah, semoga semangatmu seperti semangat St. Stefanus memampukan kami untuk membangun hubungan pribadi dengan Yesus dalam iman dan harapan agar kelak; wajah kamipun boleh berubah seperti wajah seorang “malaikat” seperti wajah St. Stefanus. Sarinah, wajahmu seperti wajah “malaikat” karena engkau mengikuti panggilan jiwamu untuk mewartakan Kabar Sukacita. Sarinah....Panggilan Jiwamu adalah suara yang memanggil jiwa-jiwa yang lain untuk berani berjuang berkat kekuatan doa penuh iman dan harapan. Terima kasih Sarinah....atas Panggilan Jiwamu. Kuiikuti Panggilan Jiwaku, karena bisikan hati, ungkap Sarinah Senin, Pekan Biasa III Paskah-23 April 2012 (Kis 6:8-15; Yoh 6:22-29)

YESUS ADALAH ROTI HIDUP,

Yoh 6:30-35 (Renungan pagi untuk sahabat-sahabatku) “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi." Saudaraku! Apakah yang kita cari dalam hidup ini? Sumber kehidupan atau sarana kehidupan? Pertanyaan ini perlu kita renungkan dan jawab di dalam hati kita masing-masing. Karena realitas begitu banyak manusia mengarahkan seluruh perhatiannya, pikirannya, kekuatannya, dan hatinya demi mencari sarana hidup. Adalah benar bahwa masalah sarana hidup bukanlah perkara yang gampang. Demi mempertahankan hidup banyak orang telah berkorban dan mengorbankan orang lain. Demi sarana hidup banyak orang yang berusaha bekerja siang dan malam untuk mencari bahkan menyerahkan seluruh hati, pikiran, tenaga dan waktunya untuk melakukan sesuatu. Demi sarana hidup sering terjadi manusia menjadi objek dari sesuatu bukan subjek dari sesuatu, akibatnya manusia menjadi kehilangan kemanusiaannya. Salah satu sarana hidup yang kita maksudkan adalah persoalan makanan atau roti, sebab tidak ada yang paling dibutuhkan oleh manusia yaitu makanan/roti yang menjadi lambang sesuatu yang memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan pula bahwa banyak orang mengikuti Yesus bukan untuk percaya dan bersatu dengan Dia, meliankan hanya ingin melihat tanda-tanda mujizat dan mendapatkan makanan. Hal ini terdengar dari ungkapan : tanda apakah yang Engkau perbuat supaya kami dapat melihatnya dan percaya kepadaMu? (ay. 30). Padahal dalam pasal sebelumnya Yesus telah banyak melakukan tanda mujizat, misalnya Yesus mengubah air menjadi anggur pada pesta di Kana, Yesus menyembuhkan orang sakit ditepi kolam betesda, Yesus memberi makan 5000 orang, Yesus berjalan di atas air. Yesus telah banyak melakukan mujizat tapi menurut orang banyak itu terjadi hanya sebagai kebetulan saja. Ini adalah gambaran orang-orang yang mengatakan mengikut Yesus tapi perjuangan dan keinginan mereka sendiri yang diutamakan, mereka mengikut Yesus dengan memuaskan kepentingan-kepentingan pribadi sekaligus mendapatkan keuntungan pribadi juga. Dalam nas ini mereka kembali meminta makanan “gratis” kepada Yesus dengan alasan bahwa dulu nenek moyang mereka selalu diberi makanan oleh Musa selama di padang gurun. Yang menarik bagi mereka adalah roti nya, bukan kepada Yesus. Kemudian Yesus mengatakan “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepadaKu ia tidak akan haus lagi”. Yesus meluruskan cara pandang mereka yang berusaha mengikut Yesus, bahwa yang sesungguhnya mereka butuhkan lebih dari makanan secara fisik yaitu makanan rohani. Menerima Yesus sebagai Roti dan Hidup berarti hidup dalam keselamatan. Hidup dalam keselamatan berarti hidup berkelimpahan atau tidak kelaparan. Menerima Yesus sebagai Roti Hidup juga berarti denganNya kita akan selalu diyakinkan dan menjadi pemenang yang sanggup bertahan menghadapi serangan si Jahat Iblis dengan kegemerlapan duniawi. Apa yang kita perlu, apa yang kita mau di dalam dunia ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah memuaskan kita. Hanya Yesuslah yang dapat memnuhi seluruh kerinduan kita. Datang kepadaKu sebab Akulah Roti Hidup, barangsiapa yang datang dan percaya kepadaKu ia akan kenyang dan tidak akan mati untuk selama-lamanya, kata Yesus. Ia memberikan jawaban bagi kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan sesuatu yang lebih penting daripada sekedar kebutuhan fisik makan, minum, sehat, kaya, lancar di dalam dunia. Manusia perlu satu kepuasan yang lebih dalam yaitu kepuasan atas kehausan dahaga dari hidup rohani yang tidak akan pernah bisa dipuaskan dengan berapa banyaknya uang yang kita miliki di dalam dunia ini, yang tidak akan pernah bisa dipuaskan dengan berapa banyaknya kekayaan yang kita dapat dari apa yang ada di atas muka bumi ini. Itulah sebabnya Kristus mengatakan kepada kita saat ini, “Akulah Roti Hidup.” Roti hidup yang bisa kita konsumsi setiap hari adalah Firman Tuhan yang kekal selamanya. Apakah engkau lapar secara rohani pada hari ini? Apa yang membuat rohani kita lapar? Jawabannya singkat dan sederhana, selama kita mengisi hidup rohani kita dengan sesuatu yang tidak akan pernah memuaskannya, dia akan terus lapar dan dahaga. Kita pikir keamanan keselamatan hidup kita, kekayaaan sukacita, rumah yang besar, itulah yang bisa mengenyangkan rohani kita? Bukan. Pada hari ini Yesus berkata, “Akulah Roti Hidup. Datang kepadaKu, engkau baru akan mendapatkan kekenyangan yang sungguh bagi rohanimu dan tidak akan pernah lapar lagi.” Carilah dan percayailah Tuhan maka kamu akan hidup. Mencari Tuhan berarti mencari hidup, menemukan Tuhan berarti menemukan hidup. Barangsiapa yang mencari hidup berarti mencari Tuhan, dan barangsiapa menemukan Tuhan berarti menemukan kehidupan. Setiap orang yang makan dari Roti hidup tersebut akan hidup kekal bersama-sama dengan Yesus sang “Roti Hidup”. Amin!

Sunday, April 22, 2012

“DIALAH SANTAPAN JIWAMU”

Senin, 23 April 2012 Peringatan St. Adelbertus, Uskup dan Martir dan St. Gregorius, Martir Yoh.6:22-29; Tuhan menciptakan kita dan betapa rindunya hat-Nya melihat kita hidup bahagia. Hidup bahagia tak pernah dilepaskan dari usaha kita untuk mencari makanan untuk tubuh jasmani kita. Oleh karena itu, makanan selalu menjadi unsure penting dalam kehidupan, bahkan kekuatan yang kita terima lewat makanan dapat membuat kita untuk melakukan banyak hal termasuk berelasi dengan Tuhan. Pagi ini, Yesus mau datang meyakinkan kita lagi bahwa makanan jasmani penting tapi jangan lupa untuk mengenyangkan jiwamu dengan Sabda dan Tubuh-Nya. Dalam konteks inilah, sebagai seorang Katolik seharusnya Anda bersyukur bahwa gerejamu bukan hanya didirikan oleh-Nya, melainkan Ia pun menyediakan makanan dan minuman bagimu agar Anda hidup dan berjuang menggapai kehidupan kekal dalam dan melalui Gereja-Nya. Hanya mau mengatakan bahwa sebagai seorang Katolik, Anda benar-benar dimanjakan oleh Tuhanmu. Ia bukan saja memberikan Sabda-Nya tapi juga Tubuh dan Darah-Nya yang Anda sambut setiap kali perayaan Ekaristi dirayakan. Inilah “Tubuh-Ku…Inilah Darah-Ku”. Inilah bekal serta santapan rohani untuk jiwamu. Karena itu, baiklah setiap kali kita hendak menyambut-Nya, kita mempersiapkan batin kita dengan sungguh agar “Tubuh dan Darah” yang kita santap benar-benar menjadikan kita bahagia, sehingga mampu menjadi roti hidup bagi orang lain yang membutuhkan uluran tangan kasih kita.

Allah adalah sumber cinta dan kasih

(Permenungan pagi untuk sahabat-sahabatku) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. ... Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. 1 Korintus 13:4-8, 13 Dengan kasih suasana Surga turun ke bumi, karena di Surrga adanya hanya kasih, tidak akan ada Surga tanpa kasih. Kalau tidak ada kasih adanya hanya ketakutan; tetapi kasih menghilangkan ketakutan. Apa yang kita kasihi, akan kita dengar; apa yang kita kasihi akan kita percayai; apa yang kita kasihi akan kita layani, ya kita bersedia juga untuk menderita bagi yang kita kasihi. Jika kamu mengasihi Aku, turutilah perintah-Ku, kata Juruselamat kita. Mengapa? Karena Dia akan mengasihi kita, lalu kita menjadi saudara-saudara-Nya, lalu Dia akan mengutus Penghibur kepada kita, kemudian apa juga yang kita minta, kita akan menerimanya, dan kemudian di mana pun Dia berada, kita pun ada juga dan itu untuk selamanya. Kasih itu di atas segalanya; dan kalau kita biasa melakukannya, kita semua akan menjadi penuh kasih, dan kita akan mengasihi Allah dan mengasihi satu dengan yang lain. Kasih itu tindakan sukarela. Kasih tidak bisa diperintah atau dipaksa. Kasih tidak bisa berkembang kalau dipaksa; harus ada kebebasan penuh untuk memilih apa yang baik: kebebasan penuh untuk mencari Allah dan kebebasan penuh dalam mencari untuk mengerti Sang Pencipta. Mengasihi Tuhan berarti membuka diri untuk diubahkan serupa dengan Dia, sehingga kita dimampukan untuk merasakan, melakukan, memiliki dan menjalankan Kebijaksanaan-Nya karena karya Roh Kudus yang akan mengubah hati kita yang keras jadi lembut sehingga kita serupa dengan Dia. Dan setelah kita jadi bijaksana, kita paham jalan Tuhan dan kita akan ikut jalan-Nya yang lurus. Seperti emas yang dipanaskan, kotorannya dihilangkan, dipanaskan kembali, kotorannya dihilangkan,... sampai murni. Orang yang memilih kasih, banyak diuji. Tapi jika kita tahan uji maka kita akan menemukan kasih yang sejati. Seberat apapun ujian hidup yang kita alami, kita tak boleh cepat putus asa. Kita harus terus berserah pada-Nya karena hidup kita, karya kita, anugerah kehidupan yang kita terima, singkatnya apa yang kita alami dan miliki saat ini tidak lain karena kasih dan sayang dari Allah Bapa kepada kita. Karena itu hendaklah kita jangan sombong tapi terus bersyukur dan dalam kepasraan hati kita ungkapkan pernyataan syukur kita dgn mengatakan; Trima kasih Bapa atas semua yang aku alami saat ini. Karena cinta dan kasih sayang-Mu aku boleh seperti ini. Tak ada yang dapat aku berikan sebagai balasan atas cinta dan kasih sayang-Mu selain aku mau hidup dalam kasih dan mau berbagi pengalaman kasih dan sayang-Mu kepada sesamaku. Kita mencintai, kita mengasihi, dan kita menyayangi karena Allah telah lebih dulu mencintai, mengasihi dan menyayangi kita. Semuanya ini karena Allah adalah sumber cinta dan kasih. Amin…………………. Mat pagi…Mat beraktivitas…Tuhan memberkati kita dalam Kasih dan sayang-Nya.

TINGGAL BERSAMA MEMBUAT KITA SALING MENGENAL

Renungan pagi hari Minggu, 22 April 2012, Paska III Orangtua yang baik pasti kenal dengan baik perangai, sifat dan watak anak-anaknya. Bahkan tanpa melihat wajah, tanpa mendengar suaranya pun, orangtua pasti kenal mereka lewat kebiasaan-kebiasaan yang mereka perbuat. Jika si ibu ada di kamar ketika anaknya baru pulang sekolah, ibu bisa mengenal dari seretan kaki anaknya di lantai, dari caranya melemparkan tas sekolahnya, dari urut-urutan tindakan yang biasa ia lakukan setelah tiba di rumah; apakah langsung ke dapur cari makanan, atau lihat cermin, atau langsung ke kamar mandi dll. Hal ini bisa diketahui karena sudah menjadi ritme dan kebiasaan anak-anaknya. Kebiasaan harian itu pula yang ditampilan Yesus untuk memperkenalkan diri-Nya di hadapan para murid di tepi pantai. Ketika para murid ragu dan takut karena menyangka seseorang yang berdiri di hadapan mereka itu adalah hantu, Yesus mencoba melakukan kebiasaan yang pernah Dia perbuat ketika bersama-sama dengan mereka. Dia meminta ikan bakar dan menyantapnya di hadapan mereka. Dengan melihat gerak-gerik, cara Yesus menyantap ikan, membuat para murid semakin yakin bahwa orang ini tidak asing lagi bagi mereka. Dia adalah Yesus yang pernah mereka kenal dengan sangat baik. Demikianlah Tuhan senantiasa memperkenalkan diri-Nya pada kita. Dia membuat cara-cara sederhana dan gampang supaya umatNya dengan mudah mengenal-Nya. Dia hadir dalam rutinitas kita. Dia hadir dalam kegiatan harian kita. Dia hadir dalam segala seluk-beluk hidup kita. Kehadiran-Nya amat sederhana dan tidak sulit dikenal. Ketika kita tidur, ketika kita makan, ketika kita bekerja, Dia hadir bersama kita. Ketika kita dalam bencana dan kesulitan, Dia hadir bersama kita. Hal-hal yang sederhana, yang kita lakukan secara rutin bisa memberi makna mendalam bagi kita, jika kita bisa merasakan kehadiran Tuhan di sana. Tentunya, kita tidak akan bisa mengenal-Nya kalau sebelumnya kita belum mengenalnya atau belum pernah dekat dengan-Nya. Sama seperti orangtua dengan anaknya, mereka tidak akan pernah saling mengenal kebiasaannya satu sama lain, jika mereka tidak pernah hidup bersama dan tinggal bersama. Semoga kita sanggup melihat kehadiran Yesus dalam aktivitas harian kita. Damai Tuhan sertamu.

INJIL SINOPTIK DENGAN SERAGAM MENCATAT, PERJAMUAN MALAM TERAKHIR SEBAGAI PENDIRIAN EKARISTI

Paus Yohanes Paulus II berkata: 47 Tatkala membaca kisah institusi Ekaristi dalam Injil Sinoptik, kita sangat terkesan akan kesederhanaan dan “keresmian”, di mana Yesus, pada malam Perjamuan Terakhir, dasar sakramen yang agung ini. Terdapat sebuah episode yang merupakan pendahuluannya, ‘pengurapan di Betania’. Seorang wanita, yang disebut Yohanes [yakni] Maria, saudari Lasarus, mencurahkan ‘minyak yang mahal’ dari buli-buli ke kepala Yesus, yang menyebalkan hati para murid dan khususnya Yudas (lih Mt 26:8: Mk 14:4; Yoh 12:4) sehingga memberi jawaban kemarahan, seolah-olah tindakan ini dalam terang kebutuhan orang miskin merupakan “pemborosan” yang tak dapat diterima. Tetapi reaksi Yesus sendiri sangat berbeda. Sembari sedikit pun tidak lari dari kewajiban mencintai orang-orang yang berkebutuhan, dan tentang ini para murid selalu harus memperhatikannya – “orang miskin selalu ada padamu” (Mt 26:11; Mk 14:7; lih Yoh 12:8) – Yesus melihat ke arah wafat dan pemakaman-Nya di ambang pintu, serta melihat tindakan pengurapan sebagai antisipasi kemuliaan yang akan berlanjut diperoleh oleh tubuh-Nya, bahkan sesudah kematian-Nya, yang secara tak terpisahkan dari misteri pribadi-Nya. Kisah berlanjut dalam Injil Sinoptik, dengan penugasan Yesus atas para murid ‘mempersiapkan ruang perjamuan dengan teliti’, yang dibutuhkan untuk perjamuan Paskah (lih Mk 14:15; Lk 22:12), dan lanjutan kisah dasar Ekaristi. Sambil merefleksikan sekurang-kurangnya sebagian dasar ‘ritus Yahudi’ mengenai perjamuan Paskah sampai kepada madah ‘Hallel’ (lih Mt 26:30; Mk 14:26), kisah melukiskan dengan sederhana namun meriah, bahkan dengan menunjukkan variasi tradisi yang berbeda, kata-kata yang diucapkan oleh Kristus atas roti dan anggur, disampaikan-Nya dalam ungkapan konkret penyerahan tubuh dan pencurahan darah-Nya. Semua rincian ini direkam oleh para Pengarang Injil dalam terang praktek “pemecahan roti”, yang sudah tertanam dalam Gereja purba. Namun pasti juga telah menunjukkan tanda-tanda nyata mengenai “cita-rasa” liturgi seperti telah dibentuk oleh tradisi Perjanjian Lama, dan ini terbuka untuk penyempurnaan dalam perayaan Kristen, yang dalam salah satu cara senada dengan isi Paskah baru. [Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

Saturday, April 21, 2012

BUKAN KARENA PESONAMU

Seorang Suster bertanya pada murid-muridnya; Anak-anak, kalau nyari pacar pilih mana? Ganteng tapi bandel atau agak jelek tapi soleh? Saya sih milih yang ganteng tapi bandel sus, kata Irma spontan di antara teman-temannya. Loh kenapa begitu...? Gawat nich...selidik suster. Gini sus, soalnya yang ganteng tapi bandel itu kalo didoain suatu saat jadi soleh suster. Lah kalo yang dah jelek tapi soleh, didoain sampe kapan juga, susah jadi ganteng suster...jelas Irma. Kalau suster, milih yang mana? Mendengar pertanyaan Irma, suster kebingungan dengan wajah kemerahan, menjawab; lah kalau gue sich milih JOJOBA aja alias Jomblo-jombol bahagia. Menarik, bahwa kita mengimani, memuji dan mengagumi Yesus bukan karena kegantenganNya, atau bukan semata-mata karena Dia seorang yang soleh atau bukan karena Dia termasuk dari sekian banyak “jojoba” melainkan justru karena KEHADIRANNYA yang ditandai dengan PENGORBANANNYA. Kehadiran Yesuspun bukan hanya pada yang ganteng dan tidak bagi yang jelek, bukannya hanya pada yang soleh dan tidak pada yang bandel atau hanya pada sekelompok jojoba, melanikan kehadiranNya untuk semua, membawa kedamaian untuk semua dengan satu tujuan, penghapusan dosa (pendamaian) bagi semua dan dengan satu tujuan penting yaitu: PERTOBATAN dari pihak kita sebagai manusia (1Yoh 2:1-5a). Artinya kehadiran Yesus di tengah-tengah kita bukan karena pesona fisik kita, melainkan karena Allah menghendaki agar kita semua berteman, bersahabat dan bersatu denganNya melalui Yesus, karena Allah mau mendamaikan kita denganNya dan dengan sesama. Namun bagaimana kehadiran Yesus yang membawa damai, sukacita dan kegembiraan yang kita terima dan imani dalam setiap Perayaan Ekaristi melalui Sabda serta Tubuh dan DarahNya sungguh dialami oleh kita dan sesama? Bagaimana kehadiran Yesus yang kita bangun dalam doa-doa kita menjadi sebuah kehadiran nyata bagi kehidupan sesama? Kehadiran Yesus menjadi sukacita, damai dan kegembiraan bagi sesama kita yang mengalami kegalauan, keputusasaan, penderitaan dan persoalan hidup ketika kita para pengikutNya yang telah mengalami dan mengimaniNya kehadiranNya dalam Sabda serta Korban Tubuh dan DarahNya mampu membagi hidup kita (waktu, tenaga, pikiran) untuk yang lain. Mampu BERTOBAT berarti bangkit dan selalu siap menjadi SAKSINYA (Kis 3:13-15.17-19), hadir dan ada bersama dengan sesama kita yang sedang galau, resah, gelisah, putus asa dan menderita. Kita tidak bisa lagi menolak TAWARAN PERUTUSAN dariNya sebagai bentuk PERTOBATAN kita dengan alasan kegantengan, kesolehan atau alasan lainnya untuk membawa kedamaian yang meneguhkan dan menguatkan sesama kita. Pertemuan dan persatuan kita dengan Yesus dalam setiap Perayaan Ekaristi melalui Sabda serta Tubuh dan DarahNya, menjadi jalan bagi kita untuk bertemu dan hadir bersama sesama kita sebagai SAKSI yang membawa perdamaian, kerukunan, sukacita dan semangat baru bagi sesama. Itulah salah satu bentuk PERTOBATAN kita yang mengungkapkan KASIH kepada sesama dalam semangat PENGORBANAN sebagaimana yang diteladankan oleh Yesus. Satu hal yang penting menjadi Saksi Kristus adalah mengantar sesama kita untuk mengalami kehadiran Yesus, mengalami pertemuan dan bersatu dengan Yesus yang hadir dalam semangat sukacita, kedamaian, ketenangan ketika yang kita wartakan BUKAN PESONA KITA melainkan PENGORBANAN HIDUP YESUS sendiri yang menjadi tujuan pewartaan kita sehingga yang lelah dikuatkan, yang putus asa dan takut diteguhkan, yang sedih dan menderita dihibur sehingga lahir sukacita dan semangat baru yang menggebu-gebu menjadi saksiNya seperti kedua murid yang ke Emaus dan para rasul lainnya (Luk 24:35-48). Selamat Merenung...!! Yesus dialami kehadiranNya, karena PengikutNya menjadi SaksiNya Minggu Paskah III-22 April 2012

Friday, April 20, 2012

“JANGAN TAKUT!”

Sabtu, 21 April 2012
Peringatan St. Anselmus, Uskup dan Pujangga Gereja dan
St. Simon bar Sabae, Martir
Yoh.6:16-21;

Hari-hari ini aku menyaksikan bagaimana seorang teman romo dari Ambon, imam muda yang tinggal di wisma Unio Jakarta sekarang ini, yang harus melakukan “cuci darah” seminggu dua kali sungguh mendatangkan rasa sedih dan pilu yang tak tertahankan. Meskipun demikian, semangatnya untuk menjadi sehat dan hidup lama selalu menjadi harapannya dan harapanku bahwa Tuhan takan pernah meninggalkannya sendirian. Satu hal yang aku yakini bahwa beliau pun selalu mendengar sapaan Sang Gurunya, “jangan takut, Aku ini,” seperti dalam Injil hari ini.

Kita, masing-masing tentunya memiliki problem dan derita yang berbeda, baik fisik maupun psikis. Penderitaan, sakit dan penyakit selalu mendera jiwa dan raga kita. Berobat ke dokter tentunya menjadi jalan keluar yang bijak, namun satu hal yang tak harus dilupakan bahwa Yesuslah Tabib Ajaib yang dapat menyembuhkan dan melepaskan engkau dari masalahmu tanpa terapi, pun tanpa obat, melainkan dengan kehadiran-Nya di dalam batin dan hatimu. Kehadiran-Nya mungkin saja tidak serta merta menyembuhkanmu, tapi satu hal yang kuyakini selalu bahwa kehadiran-Nya selalu menguatkanmu untuk menanggung derita seperti Diri-Nya yang walaupun jatuh berkali-kali tapi Ia akhirnya mencapai puncak Golgota demi cinta dan penebusan-Nya untukmu dan untukku, untuk kita semua.

Karena itu, pagi ini, di kala derita masih menderamu, kuajak engkau untuk menatap salib di mana Ia tergantung. Rasakanlah kehadiran-Nya dalam penderitaan-Nya, dan resapkanlah di dalam batinmu bahwa sesungguhnya Ia tidak pernah jauh darimu, terutama dalam derita-deritamu. Pagi ini, Ia datang lagi kepadamu dan membisikkan di relung hatimu; “Anak-Ku, jangan takut…Ini Aku! Sungguh, bila engkau memiliki damai di hatimu saat ini, maka engkau bukan hanya mampu mendengar kata-kata-Nya, melainkan lebih dari itu engkau akan merasakan kehadiran-Nya yang menyejukkan, mendamaikan dan bahkan menyembuhkan. Kuyakinkan engkau bahwa ketika engkau percaya, Ia sesungguhnya takan pernah meninggalkanmu sendirian.

Minggu Paskah III

Minggu besok (22/04). Minggu Paskah III. Bac Luk 24: 35-48; Yesus menampakkan diri kepada semua murid. Apakah engkau masih ragu ?. Apakah engkau masih takut ?. Padahal Tuhan sungguh bangkit dan menampakkan diri kepada semua murid. Kalau engkau mempunyai iman sebesar biji sesawi aja, engkau mempunyai kepastiaan hidup, dan tidak ada ketakutan lagi." Dan lagi: dalam namanNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semua ini". (Luk 24: 47-48). Kamu adalah saksi dari semua ini. Dalam nama Tuhan, pertobatan bisa dijalankan. Dan pengampunan bisa digapai. "Bagi orang benar, Tuhan bercahaya laksana lampu di dalam gulita". (Ref, Mazmur). Maka Kalau hidup kita benar Maka kita juga akan bercahaya bagi sesama. Berkah Dalem.

Thursday, April 19, 2012

KECEMASAN

Kecemasan terkadang membuat tidak kreatif. Cemas karena tidak ‘mempunyai’ uang, barang ataupun yang dianggap berharga, yang memungkinkan untuk melakukan sesuatu. Para murid mungkin juga mengalami kecemasan serupa ketika Yesus mengatakan dimana akan memberi makan serombongan banyak orang yang mengikuti-Nya. Para murid dibuat cemas karenanya, merasa tidak mampu untuk memberi makan banyak orang, dengan berbagai macam dalih.

Kitapun sering kali cemas karena ketidak-yakinan akan kasih dan anugerah Tuhan. Kita sudah diberi limpahan kasih dan anugerah yang memungkinkan dengan daya kreatif dan usaha kita untuk mengembangkan diri dan membantu sesama. Dengan “hanya” 5 roti dan 2 ikan, Yesus menggandakan-nya dan bermanfaat serta mencukupi kebutuhan makan 5.000 orang laki-laki (Yohanes 6:1-15).

Kita selalu diberi dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dan memanfaatkan anugerah kasih, anugerah talenta dan anugerah-anugerah lainnya, yang kita merasa dianugerahi “sedikit”; agar semakin berdaya guna untuk mengembangkan diri dan membantu sesama.

TIDAK MUNGKIN MERAYAKAN EKARISTI DALAM KEGIATAN EKUMENE

44 Justru karena kesatuan Gereja, yang diwujudkan oleh Ekaristi lewat kurban Tuhan dan persatuan dalam tubuh dan darah-Nya, mutlak menuntut persekutuan penuh dalam ikatan pengakuan iman, sakramen dan reksa gerejani, maka tidak mungkin merayakan liturgi Ekaristi bersama-sama hingga ikatan-ikatan itu dipulihkan. Perayaan seperti itu tidak akan menjadi sarana yang sah, bahkan mungkin menjadi ‘rintangan’ bagi pencapaian persekutuan yang penuh, dengan melemahkan rasa jauhnya jarak yang memisahkan kita dengan tujuan dan dengan memasukkan atau mempertajam ambiguitas terhadap salah satu kebenaran iman. Jalan menuju kesatuan penuh hanya mungkin diupayakan dalam kebenaran. Pada bidang ini, larangan-larangan hukum Gereja tidak memberi ruang terhadap ketidak-pastian (KHK no. 908, KHK Gereja Timur no. 702…), dalam kesetiaan terhadap norma moral yang diletakkan oleh Konsili Vatikan II. [Lih. Dekrit mengenai Gereja Katolik Timur, Orientalium Ecclesiarum, 26].

Kendati demikian, saya ingin menegaskan kembali yang saya tulis dalam Surat Ensiklik ‘Semoga Mereka Bersatu’ (Ut Unum Sint), setelah mengakui ketidak mungkinan saling menyambut Ekaristi: “Namun kita menyandang kerinduan mendalam untuk bersatu dalam satu Ekaristi Tuhan, dan kerinduan ini sendiri telah menjadi doa pujian, permohonan satu-satunya. Bersama-sama kami berseru kepada Bapa, dan kami semakin melakukannya dalam satu hati.” [No. 45: AAS 87 (1995), 948].

[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

Ampuni aku Mama

Share Kesaksian :

Entah sudah berapa lama hati ini beku dan membisu. Seakan banjir air mata itu tak lagi mampu mengering untuk yang terakhir kalinya.

Papa dan Mama adalah sosok orang tua yang begitu perhatian dan penuh sayang kepadaku. Semenjak kecil hingga dewasa tak pernah kudibuatnya kecewa, selalu saja mereka memanjakan aku. Sehingga aku pun menjadi seorang gadis yang begitu sempurna di hadapan teman-temanku.

Tak pernah seorangpun berani membuat aku kecewa ataupun sedih, karena jiakalau itu terjadi maka aku bisa ngambek berminggu-minggu karenanya. Papa ku juga sangat menjagaku, hingga tak ada cowok yang berani menggangguku.

Sampai aku masuk ke kelas dua SMA, ada seorang cowok yang begitu aku suka, dia tidak tampat tetapi di mata teman-teman cewek kelas dia adalah cowok yang sangat gentleman. Selalu menjadi penjaga dari teman-teman cewek kelasku. Entah kenapa dia juga sampai saat itu belum juga mempunyai seorang pacar.

Hingga suatu saat aku keceplosan ke teman bangku ku kalau aku juga sangat menyukai cowok itu.

Hari berganti, bulan berganti dan tahun berlalu. AKu tahu sampai ada ijin dari orang tuaku membolehkan pacaran tak akan ada seorangpun yang akan aku terima, jikalau mereka menyatakan cintanya, siapapun itu.

Kelulusan SMA membuatku gembira karena aku bisa melanjutkan studi ke sebuah perguruan tinggi negeri di Jogjakarta. Menjadi seorang mahasiswi begitu menyenangkan. Aku di koskan di tempat yang bagus.

Beberapa bulan setelah kuliah aku bertemu dengan teman sekelasku aku taksir itu. Kami lama lama semakin dekat, begitu banyak roman yang aku rasakan kala itu.

Sehingga aku lupa akan tugas utamaku kuliah, maaf akhirnya aku jadian sama dia, kami kadang tinggal satu kamar, sehingga hari yang menyedihkan itu datang. Aku telat , begitu banyak cara yang kami lakukan untuk menggugurkannya, aku sudah tak tau lagi dosa apa yang akan di tanggu, pada saat mulai bulan ke 2 kami berusaha kesana kemari, di tengah perjalanan kami mengalami kecelakaan. Dia meninggal di tempat sedangkan aku selamat.

Mama yang mengetahui kejadian itu langsung menemuiku di RS . Papa yang pada saat itu sedang bertugas mendengar aku kecelakaan kaget, sehingga yang terjadi adalah beliau meninggal karena serangan jantung.

Hati ini sedih berkeping-keping, hancur dengan segala derita yang akan aku alami selanjutnya.

Semenjak saat itu aku shock dan diam seribu bahasa, aku hanya ingin cepat mati. Mama yang mulai tegar kehilangan papa, berusaha merawatku sampai sebulan kemudian aku keluar dari rumah sakit, aku di bawanya pulang.

Cerita yang tak kunjung selai, mendung di langit tak juga hilang, awan yang temaram tak juga sirna.

Aku yg tak mau melihat mama sedih dengan mengetahui bahwa aku telah hamil 3 bulan , aku pamit dari rumah karena alasan harus mengurus kuliah. Dengan berat mama mengatakan "Amy mama punya alasan kenapa harus menangis, tetapi mama tak mau menangis yang kedua kalinya karena alasan yang tidak jelas, hati-hati anaku"

Air mata yang menetes di pipi ini semakin memburam, begitu banyak pengorbanan yang telah mama lakukan dan almarhum papa lakukan tetapi aku belum pernah memberikan setetes kebahagiaan untuk mereka.

Dan begitu bulan lewat, mama mengetahui aku hamil dan tanpa seorang suami, beliau dengan tangan terbukan menerimaku, meski hari-hari kami lewatkan dengan berlinang air mata. Ternyata Tuhan memberikan kekuatan hidupku yang mama berikan. Setiap pagi kami darasakan doa-doa, baik doa Novena 3 Salam Maria, Rosario dan lain -lain.

Hari - hari kami lalui bersama, sampai pada saat aku melahirkan bayi seorang anak lak-laki, yang lucu dan sehat.

Mama, ampuni putrimu yang telah begitu mengecewakanmu, hanya saja aku begitu menyesal kenapa sepanjang hidupku tak pernah sedikitpun kalian mengenalkan aku pada kekecewaan, sehingga ketingga aku menerima kekecewan demi kekecewaan itu aku tak sanggup menahannya. Namun begitu aku sunggu terimakasih karena engkau telah melahirkanku dan kini aku tahu bagaimana rasanya melahirkan seorang anak, nyawa adalah taruhannya.

Terimakasih Tuhan karena telah Engkau dampingi kami dengan sejuta doa-doa yang kami panjatkan, sehingga pada sampai hari ini kami begitu Engkau kasihi masih bisa hidup bersama keluarga yang sangat kami sayangi.

Seperti di email oleh saudari Amylia-Surabaya
www.bundasuci.net

WANITA

WANITA DICIPTAKAN BUKAN UNTUK DITINDAS, MELAINKAN UNTUK DICINTAI DAN DIHORMATI (Permenungan pagi untuk sahabat-sahabatku) Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka bukan untuk dipertentangkan melainkan saling melengkapi. Wanita adalah seorang penolong yang sepadan bagi seorang pria dan bukan sparing partner yang sepadan. Wanita berada bersamamu untuk berjaga-jaga menutupi kekuranganmu. Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki: perasaan, emosi, kelemah-lembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal sepele hingga ketika laki-laki tidak mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan semuanya sehingga tanpa kau sadari ketika kau menjalankan sisa hidupmu kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya di sisimu. Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kontras dengan lelaki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukkan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan. Ia tidak butuh argumentasi hebat dari seorang laki-laki tetapi ia butuh jaminan rasa aman untuk dilindungi tidak hanya secara fisik tetapi juga emosi/perasaan. Ia tidak tertarik kepada fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail dari seorang laki-laki, tetapi yang ia butuhkan adalah perhatiannya. Kata-kata yang lembut, ungkapan-ungkapan sayang yang sepele namun baginya sangat berarti dan membuatnya aman di dekatmu. Batu yang keras dapat terkikis habis oleh air yang luwes, sifat laki-laki yang keras ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tumbang oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang, demikian juga di dalam kelembutan seorang wanita di situlah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa bertahan dalam situasi apapun. Ia lembut bukan untuk diinjak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang kokoh dan rindang. Jika lelaki berpikir tentang perasaan wanita, itu sepersekian dari hidupnya tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya. Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki- laki, dan menjadi bagian dari laki-laki, apa yang menjadi bagian dari hidupnya, akan menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamu pun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya, namun ikatan emosi kepada keluarganya tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan di sana. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaanmu juga karena kau dan dia adalah satu. Dia adalah dirimu yang tak ada sebelumnya Akhirnya……. Wanita tidak diciptakan dari tulang tangan pria untuk dipukul dan ditinju. Wanita tidak diciptakan dari tulang kaki pria untuk ditendang dan diinjak-injak Tetapi..... Wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, dekat dengan hati untuk dicintai dan dekat dengan lengan tangan untuk dirangkul dan dilindungi….karena WANITA DICIPTAKAN BUKAN UNTUK DITINDAS, MELAINKAN UNTUK DICINTAI DAN DIHORMATI

Wednesday, April 18, 2012

SURAT AJENG UNTUK YESUS

Pagi-19 April 2012, saat kubuka in box Fbku, kutemukan sebuah surat yang dikirim oleh seorang sahabat, saudariku yang adalah seorang Mahasiswi STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Samarinda, yang saat ini sedang melaksanakan KKN di Tanah Grogot. Judul surat itu adalah: Surat Ajeng untuk Yesus.

Tanah Paser, 18 April 2012

Dalam lindungan Yang Maha Kuasa

Malam ini begitu indah bagiku, dalam jarak pandangku aku bisa melihat bintang-bintang berkedip manja kepadaku, bagaimana denganMu disana? Semoga keindahan pula yang Kau saksikan…Lama tak berjumpa pasti banyak cerita yang bisa Engkau bagikan padaku, dalam surat kecilku ini kuingin bercerita sedikit kepadaMu. Mungkin aku tak pandai merangkai kata sepertiMu, tetapi satu kalimat yang ingin kusampaikan pada-Mu, “aku kagum”. Kagum melihat sosok-Mu dengan semangat yang tak pernah surut, dengan kepedulian yang begitu besar terhadap sekitar, dengan perjuangan yang terus Engkau kobarkan, pengorbanan tanpa pamrih, persaudaraan dan kecintaan yang Engkau sebar terhadap sekitar-Mu tanpa membedakan. Sungguh hal yang indah di mataku.

Sering kudengar namaMu disebut di banyak tempat, dalam bayangku Engkau adalah sosok yang menakjubkan dan pastinya penuh dengan kharismatik. Banyak cerita yang kudengar dari sahabat-sahabatku tentang diri-Mu, hingga dalam satu kesempatan acara aku bisa melihat sosokMu secara langsung lewat kehadiran dan kesaksian seorang pengikut-Mu. Dan memang benar apa yang mereka katakan, diawal saja aku dapat melihat sosok teladan yang banyak di sanjung orang.

Mungkin di zaman yang kata banyak orang modern sangat susah atau mungkin hanya satu juta berbanding satu aku bisa menemukan orang seperti-Mu. Terkadang aku berpikir, bisakah aku menjadi seperti-Mu, atau lebih dari-Mu? Ingin aku lebih dekat mengenal sosok-Mu, agar ku bisa lebih meneladani diri-Mu. Kau lebih indah dari bintang yang menghiasi malam, matahari yang menghangatkan bumi, langit biru yang menyejukkan, bulan yang menerangi malam, embun yang menenangkan, dan bagiku sosok-Mu tak terungkapkan dalam kata. Sepucuk surat kecil ini ku kirim untuk-Mu sebagai doa semoga Kau selalu melindungi kami, bersatu dengan kami. Jika nanti kita bertemu aku ingin mendengar cerita-cerita pengalaman-Mu agar ku bisa lebih meneladani-Mu.

Salam: Diajeng Laily

Membaca surat sahabat, saudariku Ajeng, aku terharu bahwa seorang Ajeng menuliskan surat untuk Yesus karena pengalaman perjumpaan, kesaksian dan pewartaan lewat tindakan nyata para pengikut Kristus. Kita mengimani Kristus sebagai jalan keselamatan. Namun kita tidak hanya berhenti mengimaniNya, melainkan mengimani berarti bertindak memberi kesaksian akan keselamatan dan kasih Allah itu dalam tindakan nyata. Pengakuan dan Iman akan Allah yang benar, akan Yesus yang bersatu dalam Allah Tritunggal hanya menjadi keselamatan bagi orang lain, ketika kita mau berbagi pengalaman, mau bersatu dalam tindakan nyata dengan sesama sebagai buah dari persatuan kita dengan Yesus melalui Sabda serta Tubuh dan DarahNya dalam Perayaan Ekaristi. Mampukah kita sebagai pengikutNya, yang mengimani dan percaya padaNya menuliskan surat untuk Yesus yang kita imani dalam tindakan nyata, atau sekedar mengimani tanpa ada sebuah tindakan nyata? Roh Kudus telah dikaruniakan kepada kita. Maka tugas kita adalah menghidupi dan memberdayakan karunia dan gerak Roh Kudus dalam tindakan membagikan Kasih, membangun persatuan dan berjuang bersama sebagai tindakan iman kita kepada Yesus.

Tindakan nyata kita sebagai kesaksian akan Yesus yang bangkit adalah: SURAT CINTA KITA SEBAGAI PENGIKUTNYA UNTUK YESUS. Semoga surat Ajeng untuk Yesus menggugah dan membangunkan iman kita dari “tidur” kita sepanjang waktu (bdk. Kis 5:27-33; Yoh 3:31-36).

BERKAT EKARISTI, KITA DIUTUS UNTUK MENGUPAYAKAN KESATUAN ANAK-ANAK TUHAN, SALAH SATUNYA LEWAT EKUMENE

Paus Yohanes Paulus II berkata:

42 Melindungi dan memajukan persekutuan gerejani adalah tugas setiap anggota umat beriman, yang menemukan dalam Ekaristi, sebagai sakramen kesatuan Gereja, suatu bidang keprihatinan khusus. Lebih khusus, tugas ini tanggung jawab khusus bagi Gembala Gereja, masing-masing menurut tingkatan dan jabatan gerejani. Inilah alasannya mengapa Gereja menyusun norma yang terarah, baik kepada pengembangan akses yang lebih sering dan berdayaguna bagi umat untuk tidak menyambutkan komuni. Reksa yang muncul dalam mempromosikan penataan umat beriman kepada patokan-patokannya menjadi sarana praktis untuk menunjukkan kasih terhadap Ekaristi dan terhadap Gereja.


43 Dalam membahas Ekaristi sebagai sakramen persekutuan gerejani, terdapat satu topik, yang sekian penting, sehingga tidak layak dilangkahi. Saya menunjuk kepada ‘hubungan Ekaristi dengan kegiatan ekumenis’. Kita semua pantas bersyukur kepada Tritunggal Mahakudus karena begitu banyak umat beriman di seluruh dunia, yang pada dekade terakhir merasakan kerinduan besar memajukan kesatuan semua umat kristiani. Konsili Vatikan II, pada awal Dekrit mengenai Ekumenisme melihat hal ini sebagai karunia istimewa dari Tuhan. [Dekrit Unitatis Redintegratio (UR) no. 1)]. Inilah rahmat yang sangat berdayaguna, yang mengilhami kita, putera-puteri Gereja Katolik dan para saudara-saudari kita dari Gereja-gereja dan Persekutuan Gerejani lainnya, untuk meneruskan upaya ekumenisme.

Kerinduan kita terhadap tujuan kesatuan Umat Allah, juga sejauh merupakan ungkapan yang serasi dan segala sumber yang tak terlangkahi menuju kesatuan (LG 11). Dalam perayaan Kurban Ekaristi, Gereja berdoa agar Tuhan, Bapa yang penuh belaskasihan, menganugerahkan kepada anak-anak-Nya kepenuhan Roh Kudus, hingga mereka menjadi satu tubuh dan satu roh dalam Kristus. [Lih. Antifona Liturgi Santo Basilius]. Tatkala memanjatkan doa ini kepada Bapa dari terang, tempat bersumbernya segala karunia yang baik dan pemberian yang sempurna (lih. Yak 1:17), Gereja yakin bahwa permohonannya akan didengarkan, sebab dia berdoa dalam kesatuan dengan Kristus, Kepala dan Mempelainya, yang menyambut permohonan ini dari Mempelai-Nya, lantas mengumpulkannya menjadi kurban penebusan-Nya.

[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

“BERBICARALAH BAHASA SURGAWI DI DUNIAMU”

Kamis, 19 April 2012
Yoh.3:31-36;

Kekuatan kata sangat dasyat. Ia bisa membangkitkan tapi bisa juga mematikan, maka tak heran bila daya irisnya lebih dari sayatan pedang di tubuh.

Yesus mengajak kita hari ini untuk berbicara tentang kata-kata yang menghibur, menguatkan dan menyejukan para pendengar kita. Itulah kata-kata surgawi yang harus keluar dari mulutmu di dunia ini. Sebaliknya, jangan biarkan kata-kata buruk keluar dari mulutmu biarpun hanya untuk hari ini, karena hari ini menentukkan apa yang akan terjadi padamu di hari esok.

Gunakanlah kesempatan ini karena akan tiba saatnya dimana kata dan kalimat akan berakhir darimu, tapi ingatlah bahwa saat itulah jiwamu akan berbicara dengan Sang Pemiliknya dalam Roh dan Kebenaran.

Tuesday, April 17, 2012

“BU, BOLEHKAH AKU MEMBAWA PULANG UNTUK ADIKKU DI RUMAH?”

Mobil yang dikendarai oleh temanku berlari pelan mendapatkan tempat parkir di pinggir jalan di salah satu ruas jalan di ibu kota. Teman mengajakku untuk mampir di warung kaki lima, tempat yang selalu kurindukan bila ingin makan nasi goreng. Tak kusangkah di sana sudah ada seorang uskup dengan beberapa romo dan bruder, yang juga menyambangi warung kaki lima di kala malam tiba di ibu kota negara, Jakarta.

Tiba-tiba muncullah dua bocah seumuran 4-6 tahun sambil menawarkan buku bergambar, yang katanya hasil jualan itu akan digunakan untuk makan malam dan biaya sekolah mereka. Seorang bruder membeli satu buah buku karena kebetulan di asrama yang dikelolahnya ada juga para yatim piatu. Kedua bocah itu kemudian mendekati tempat duduk aku dan temanku sambil menawarkan buku dan beberapa barang lain di keranjang kecil yang tergantung indah pada dada mungil si gadis kecil itu, yang pintar menawarkan dagangannya sambil tersenyum mengetuk hati para pengunjung warung kaki lima itu di malam di ibu kota.

Melihat uratan-uratan kesedihan di wajah kedua bocah itu, temanku menawarkan makanan kepada mereka sambil berkata; “De, silakan duduk di sini bersama kami dan saya akan memesan makanan untuk kalian.” Si bocah lelaki lalu menjawab dengan polosnya yang membuat hati temanku tergetar haru mendengarnya; “Terima kasih bu atas tawarannya, tapi bolehkah aku memintah untuk dibungkus saja karena adikku juga sedang lapar di rumah? Aku ingin menyantapnya bersama adikku.” Hati terkoyak mendengar kata hati si bocah kecil ini, maka temanku langsung memesan 3 bungkus mie goreng, 2 untuk bocah kecil yang sedang berdiri di samping kami, sedangkan satunya lagi untuk adik si bocah itu.

Setelah mendapatkan 3 bungkus mie goreng itu, kedua bocah lalu keluar mencari tempat di sudut gedung besar di samping warung kaki lima itu sambil menikmati pemberian temanku. Ketika kami keluar ternyata kedua bocah itu hanya menyantap satu bungkus mie goreng sedangkan dua bungkus lainnya di simpan untuk dibawa pulang kepada adik-adiknya di rumah. Melihat kedua bocah yang sementara makan tanpa air untuk diminum, saya memintah temanku untuk membeli 2 botol teh untuk diberikan kepada mereka. Sungguh kerasnya hidup memang menciderai masa indah kanak-kanak mereka, namun jiwa mereka diajari oleh Sang Pencipta untuk menjadi bijak dan sopan terhadap orang lain. Apa yang kubayangkan ketika mendengar kata-kata si bocah itu, yakni Sang Pencipta memandang haru namun kagum atas ciptaan cilik-Nya itu.

Pikiranku melayang selama perjalanan pulang dalam lamunan yang tak bertepi seperti luasnya langit di malam hari di ibu kota Negara. Pelajaran penting yang kiranya diberikan oleh si bocah kepadaku dan kepadamu yakni “bagaimana dalam keadaan lapar, si bocah masih memikirkan tentang adiknya yang juga sedang lapar di rumah.” Bukankah hal yang paling lumrah terjadi pada manusia yakni ketika lapar atau menderita maka orang pertama yang dipikirkan adalah diri kita sendiri? Aku tahu orang lain menderita, lapar dan sakit tapi bagaimana dengan aku? Bukankah itulah yang biasanya kita lakukan? Akan tetapi, bocah ini telah memberi pelajaran bagi kita semua pada malam ini bahwa “masih banyak orang lain yang lebih lapar, miskin dan menderita daripada kita.”

Aku hanya berdoa dalam hatiku; “Tuhan, Engkau tahu bahwa malam ini sungguh menjadi malam yang sangat berarti. Si bocah-Mu telah memberi pelajaran tentang keutamaan hidup bagiku. Dalam keadaan lapar si bocah-Mu masih mau memikirkan orang lain yang lebih menderita, maka kumohon...bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untuknya dan sahabatnya. Semoga malam ini tidak menjadi malam yang mencekam bagi kedua bocah itu, tetapi biarlah mereka menikmati malam yang tenang dalam pelukan kasih-Mu.”

“IA TLAH MATI UNTUKKU AGAR AKU HIDUP”

Rabu, 18 April 2012
Peringatan St. Eleuherius, Paus dan Bta. Maria dari Inkarnasi
Yoh.3:16-21;

Bila kita jujur terhadap diri sendiri, maka rasa cinta kita terhadap orang lain kadang tergantung pada rasa suka atau tidak. Banyak akhirnya kecewa karena cinta bisa saja berubah menjadi benci baik dalam relasi persahabatan, pertunangan maupun dalam hidup perkawinan.

Pagi ini, ada berita gembira bagi para perindu cinta. Sabda yang tertulis dalam Injil Yohanes bukan sekedar menjadi surat cinta Allah, melainkan lebih sebagai pemberian Diri-Nya kepada manusia ciptaan-Nya. Kata sang penulis ketika merenungkan tentang cinta Allah kepada manusia, “begitu besar cinta Allah akan dunia sehingga Ia memberikan Putra Tunggal-Nya, agar barangsiapa percaya kepada-Nya tidak dihukum melainkan memiliki hidup yang kekal.” Inilah bukti cinta Allah, Sang Pencipta kepada ciptaan-Nya. Ia memberikan Putra Tunggal-Nya dalam peristiwa kematian yang tragis dan mengerikan agar kebangkitan-Nya membuka tabir dosa dan maut menuju kepada kemuliaan surgawi. Ia mati untuk kita, agar kita hidup.

Karena itu, jika hidup masih terberi untukmu sampai saat ini maka ingatlah bahwa hidup itu menjadi milikmu karena kematian-Nya. Kematian-Nya memberimu kehidupan, maka hendaklah hidup menjadi sumber inspirasi, kekuatan dan penghiburan bagi orang lain di sekitarmu. Semoga saja terangmu bercahaya dan menerangi mereka yang berada dalam kegelapan dosa sampai saat ini, sehingga sinar belas kasih Allah tetap ada di dalam hidup dan dirimu sampai kematian menjemputmu.

ADA APA DI BALIK PERNIKAHAN CATHY SHARON?

Pernikahan Cathy Sharon dengan Eka Kusuma (Sabtu, 14/4-2012), di Gereja Katolik Fransiscus Xaverius Kuta, Bali menjadi sebuah perbincangan hangat di kalangan komunitas Katolik di dunia maya. Beragam pendapat disampaikan sehubungan dengan pernikahan Cathy Sharon dan beberapa Gembala umat yang hadir dalam pernikahan tersebut. Katanya sebanyak 17 Uskup se-Indonesia yang diundang meski hanya lima uskup dan 12 imam yang hadir turut menuai ragam pendapat dari kalangan “domba” di dunia maya.

Sebua pertanyaan atas pernikahan Cathy Sharon tanpa mengesampingkan aneka pendapat tersebut muncul; “ada apa di balik pernikahan Cathy Sharon?” Atau sederhananya; “Pesan (Warta) Sukacita apa yang mau disampaikan oleh Cathy Sharon dan kehadiran “para Gembala” umat dalam pernikahan tersebut”? Pertanyaan ini lahir ketika saya pribadi mengingat kembali peristiwa setahun yang lalu, di mana saya menikahkan sepasang pengantin sederhana yang datang kepadaku dan menyampaikan bahwa mereka belum mampu membeli cincin perkawinan, maka pada perkawinan mereka, cincin perkawinan belum bisa dikenakan, karena niat mereka adalah untuk membangun kehidupan berumah tangga secara sah melalui sakramen Perkawinan.

Perkawinan memang terjadi antara dua orang: laki-laki dan perempuan namun disamping bersifat Sakramen yang mengikat pasangan tersebut melalui janji pernikahan menjadi satu kesatuan (unitas) dan tak terceraikan (Monogam) namun perkawinan itu juga memiliki sifat sosial yang disaksikan oleh siapapun. Memang kehadiran umat yang mengungkapkan sifat sosial dari sebuah pernikahan tidak menjadi syarat mutlak dalam sebuah perkawinan. Bahwa perkawinan Cathy Sharon dihadiri oleh para artis dan tamu undangan yang membawa undangan itu adalah hak Cathy, namun ketika umat lain yang hendak beribadahpun dilarang masuk dengan penjagaan ketat yang diback up jajaran Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Denpasar (Media Indonesia) dan sikap diam dari para “gembala” yang hadir, maka muncul pertanyaan; “pesan apa yang mau disampaikan oleh Cathy dan para “gembala” dalam pernikahan itu?”

Perkawinan dua insan melambangkan perkawinan Gereja dengan Kristus yang terjelma dalam hubungan kesatuan, persekutuan umat beriman. Artinya perkawinan sakramental mengungkapkan relasi Allah dengan manusia, manusia dengan manusia yang mengungkapkan Keterbukaan dan Solidaritas Allah pada pihak manusia yang mengutus PuteraNya Yesus Kristus untuk menyelamatkan dunia. Artinya Perkawinan juga mengungkapkan semangat Keterbukaan dan Solidaritas Gereja bagi masyarakat yang datang untuk menyampaikan warta keselamatan Allah melalui Yesus Kristus kepada dunia dalam tindakan nyata. Menyimak berita pernikahan Cathy Sharon, saya hanya berharap jika yang menikah itu seorang sederhana, umat biasa yang tidak terkenal dan mengundang “para Gembala” serta meminta pihak kepolisian untuk menjaga secara ketat, semoga saja dikabulkan dan mau hadir serta menjaga selama perayaan sakramen pernikahan berlangsung, untuk mengungkapkan keselamatan Allah, kesatuan Allah dengan manusia, keberpihakan Allah dengan yang lemah sungguh nyata dihadirkan oleh Gereja melalui para gembalanya. Jika tidak maka aku masih bertanya; “ADA APA DI BALIK PERNIKAHAN CATHY SAHRON. Mari merenung untuk kita semua.

Tak ada yang lebih indah dari sebuah pernikah selain kesatuan hati
Malam kota Tepian: 18 April 2012 (Kis 5:17-26; Yoh 3:16-21)

Monday, April 16, 2012

MEMPERTEMUKAN MASA DEPAN, TANPA MELUPAKAN MASA LALU

Sakitnya, ketika mengetahui bahwa apa yang dicita-citakan itu gagal, membuatnya stres. Bahkan sampai pada ungkapan Tuhan tidak adil dalam seluruh perjalanan hidupnya. Dia begitu benci dengan yang namanya seminaris, frater ataupun imam; “mengapa mereka bisa, aku tidak?”. Bahkan pengalaman kebencian mengantarnya pada miras, dan dunia malam yang hura-hura dan mabuk-mabukan. Belum berhenti di situ. Sakit muntaber dengan tensi darah 78 derajat melandanya di saat-saat menjelang EBTANAS membuatnya semakin yakin akan ketidakadilan Tuhan, membuatnya semakin frustrasi yang dibarengi dengan pengalaman traumatik pada bapanya, pengalaman kebencian pada sosok bapak. Setiap kali ketika sedang berceritera bersama kakak-kakaknya, dan bapaknyapun ikut nimbrung, dia langsung bangun dan tak mau berceritera lagi. Pengalaman itu terjadi selama kurang lebih dua tahun. Rangkaian pengalaman masa lalu yang membuatnya sakit dan benci ketika mengingat peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Dia seakan tidak mau lagi kembali kepada kehidupannya yang semula; yang rajin ke gereja menjadi misdinar, mengikuti doa-doa lingkungan dan menemani pastor atau frater melakukan turne.

Mengenang masa lalunya adalah penderitaan, sakit bahkan dendam kusumat atas ziarah masa lalu dalam sebuah tanya; mengapa aku harus dilahirkan jika derita yang kuterima? Sebuah pergulatan antara menerima kenyataan masa lalu, atau menyembunyikan bahkan mendendam demi sebuah gengsi meski hatinya selalu menghakimi mengapa harus menyembunyikan dan mendendam hidupmu sendiri. Setelah melewati hari-hari dalam kesibukan, jatuh bangun antara idealisme dan kegagalan di tengah perjalanan waktu, dia akhirnya sadar bahwa dia seharusnya belajar pada masa lalunya. Terutama belajar berdamai dengan masa lalu jika ingin menerima kenyataan hari ini untuk perjalanan di hari esok. Dia sadari bahwa pengalaman pahit hari ini tidak jauh berbeda dengan kenyataan getir hari kemarin. Dia alami bahwa jatuh bangun hari ini tidak jauh menyimpang dengan keterpurukannya hari yang lalu.

Berangkat dari kesadarannya itu, dia akhirnya menemukan bahwa dia hanya mampu meniti perjalanan masa depan ketika dia mampu mensyukuri pengalaman pahit masa lalunya. Realita derita masa lalu dan hari ini bukan kesalahan orang lain, ayahnya apalagi Tuhan, melainkan kelalaiannya sendiri. Dia hanya bisa kokoh bertahan, menerima kenyataan hari ini ketika dia mampu dan berani untuk memaafkan pengalaman getir masa lalunya; bahwa pengalaman masa lalu adalah proses belajar menggembleng bathin dan imannya. Berangkat dari kesadarannya itu; dia akhirnya mempertemukan masa depannya dalam sebuah ziarah cita-cita tanpa melupakan pengalaman masa lalu. Dia sadar bahwa untuk mencapai idealismenya di tengah kenyataan suka dan duka, untung dan malang ketika dia mampu mempertemukan masa depannya pada hari ini dengan mensyukuri betapa berharganya pengalaman masa lalu. Kesadarannya itu akhirnya membawa dia lahir sebagai sosok baru yang kembali pada jalan imannya yang telah ditandai dengan pembaptisan (Yoh 3:1-8). Dia lahir sebagai manusia baru yang tak pernah mengeluh, protes, ataupun sakit dan frustrasi, melainkan menjadi manusia baru yang kuat, tegar dan baginya duka hari ini dan derita masa depan adalah sebuah nilai kehidupan yang menjadikannya manusia beriman. Diapun sadar menjadi manusia beriman adalah yang mampu mendamaikan kisah masa lalunya dengan kisahnya hari ini. Baginya kisah masa lalu dan kisahnya hari ini adalah sebuah pertemuan meniti masa depan untuk lebih damai yang hanya bisa diraih ketika ada kemampuan dan keberanian untuk MEMAAFKAN.

Kita semua memiliki pengalaman masa lalu yang menyakitkan dan membuat kita tidak nyaman dan damai menjalani kisah sedih hari ini. Kita hanya mampu menerima segala kenyataan di masa depan, ketika ada keberanian dan kemauan untuk BERDAMAI DENGAN MASA LALU, MEMAAFKANNYA SEBAGAI SEBUAH PERTEMUAN MASA DEPAN, TANPA MELUPAKAN MASA LALU YANG MELAHIRKAN KITA SEBAGAI MANUSIA BARU YANG BERIMAN. SELAMAT MERENUNG.

Sunday, April 15, 2012

KOMUNI HANYA DIBERIKAN BAGI ORANG KATOLIK YANG SAH

(Lanjutan permenungan paskah, dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)

Paus Yohanes Paulus II berkata:

38 Persekutuan gerejani, seperti sudah dikatakan, juga ‘dapat dilihat’ dan mendapat ungkapannya dalam serentetan kaitan yang didaftarkan oleh Konsili dalam ajarannya: “Orang-orang yang secara penuh dipersatukan ke dalam masyarakat Gereja adalah mereka yang memiliki Roh Kristus, menyambut seluruh strukturnya dan segala sarana keselamatan yang terdapat di dalamnya, dan dalam kerangkanya yang kelihatan dipersatukan dengan Kristus, yang memimpinnya lewat Sri Paus dan para Uskup, oleh ikatan pengakuan iman, sakramen, reksa pemerintahan Gereja dan persekutuan (LG 14).

Ekaristi, sebagai ungkapan tertinggi sakramen persekutuan dalam Gereja, menuntut dirayakan dalam ‘konteks ikatan persekutuan lahir yang utuh’. Secara khusus, justru karena Ekaristi “merupakan puncak hidup rohani dan tujuan semua sakramen” [St. Thomas Aquinas, ‘Summa Theologiae,’ III, q. 73, a. 3c], maka dituntut juga agar perikatan persekutuan dalam sakramen, khususnya baptisan dan dalam hal tahbisan imam, haruslah nyata. Mustahillah memberikan komuni kepada seseorang yang tidak terbaptis atau yang menolak kepenuhan kebenaran iman mengenai misteri Ekaristi. Kristus adalah kebenaran dan saksi kebenaran (lih Yoh 14:6; 18:37); sakramen tubuh dan darah-Nya tak membenarkan kepalsuan.

[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI

Selamat Ulang Tahun - Felicem Diem Natalem! - Happy Birthday to you!

BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI: Uskup Roma, Wakil Yesus Kristus, Pengganti Pangeran Para Rasul (Pengganti Petrus), Imam Agung Tertinggi Gereja Universal, Primat Italia, Uskup Agung Metropolitan Provinsi Roma, Pemegang Kedaulatan Negara Kota Vatikan, dan Pelayan dari Para Pelayan Allah.

PAPA BENEDICTUS XVI: Almae Urbis Episcopus, Vicarius Iesu Christi, Successor Princeps Apostolorum (Successor Petri), Catholicae Ecclesiae Summus Pontifex, Primas Italiae, Archiepiscopus Metropolita Provinciae Romanae, Rex Status Ecclesiae, Servus Servorum Dei.

HOLY FATHER BENEDICT XVI: Bishop of Rome, Vicar of Jesus Christ, Successor of the Prince of the Apostle (Successor of Saint Peter), Supreme Pontiff of the Universal Church, Primate of Italy, Metropolitan Archbishop of the Province of Rome, Sovereign of the Vatican City State, Servant of the Servants of God.

Mari kita doakan doa berikut untuk Paus Benediktus XVI:
Allah, Bapa yang maha pengasih, kami bersyukur kepada-Mu karena Yesus telah menghimpun umat kudus, yakni Gereja. Dengan penuh kasih Ia sendiri menggembalakan Gereja. Dialah Kepala Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.

Kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah membangkitkan begitu banyak pemimpin umat untuk ambil bagian dalam karya kegembalaan Kristus sendiri. Maka kami mohon berkat-Mu bagi para pemimpin umat-Mu, terutama Paus kami BENEDIKTUS XVI, hamba para hamba-Mu. Dampingilah dia agar tetap setia akan panggilan suci-Mu. Semoga ia selalu berusaha meneladan Tuhan Yesus yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.

Anugerahkanlah kesehatan dan kebijaksanaan kepada Paus kami. Semoga pelayanan kebapaannya menyuburkan iman kami, sehingga kami semakin berani melaksanakan tugas perutusan sebagai saksi Kristus, menjadi terang bagi masyarakat di sekitar kami. Semoga Paus kami mampu mempersatukan para gembala umat di seluruh dunia, agar mereka semua sehati sepikir melayani umat-Mu. Semua ini kami mohon dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

"MENJADI ALAT TUHAN"

Banyak orang disebut anak Allah karena telah menerima baptisan. Akan tetapi, tidak semua yang telah dibaptis menyerahkan diri, hati dan pikirannya secara tulus menjadi alat cinta di Tangan Tuhan.

Tuhan menciptakan kita, tapi hal yang paling luar biasa dari Pribadi Sang Pencipta adalah "Ia memintah izin kita bila Ia ingin menggunakan kita menjadi alat cinta-Nya.

Baiklah di pagi ini kita datang kepada-Nya dan berkata; Tuhan, pakailah aku sesuai dengan rencana-Mu, karena sesungguhnya rencana-Mulah yang terindah dalam hidupku sebagai ciptaan-Mu."

Friday, April 13, 2012

IMAN YANG SEDIKIT PUN BISA MENJADI MODAL UNTUK MEWARTA

Renungan pagi hari Sabtu, 14 April 2012

Seseorang yang sudah lulus dari bangku perkuliahan umumnya dianggap telah siap bekerja seturut ilmu yang didapatkannya. Gelar-gelar yang mereka dapatkan, entah S1, S2, S3 menjadi penambah keyakinan bagi orang lain bahwa orang-orang ini sungguh ahli dalam bidangnya. Seorang frater yang telah lulus ujian skripsi dan mendapatkan gelar S.Ag. (Sarjana Agama) seharusnyalah dianggap mampu berkiprah dalam hal-hal agama atau hal-hal yang rohani, bukan saja dalam level ilmu tetapi juga tingkah laku. Mereka ini telah siap diterjunkan ke lapangan untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan bagi masyarakat. Namun, bukan berarti orang yang tidak mempunyai titel atau orang yang belum lulus kuliah tidak sanggup bekerja! Dalam kenyataannya, banyak orang yang tidak mempunyai pendidikan tinggi tetapi sukses dalam usahanya. Ini adalah realita. Mengapa bisa demikian? Karena mereka mau belajar. Mereka tidak berhenti mencari ilmu dan pengetahuan lewat karya yang sedang mereka jalankan.

Barangkali agak mengherankan bagi kita menyimak tingkat keberimanan para murid Yesus dalam Injil hari ini. Kita mungkin berpikir bahwa para murid Yesus itu sudah termasuk ‘ahli’ dalam hal iman. Kita mungkin menganggap bahwa mereka bagaikan orang-orang yang telah lulus Sarjana S1, S2, S3 dalam jenjang pengetahuan iman. Tetapi kenyataannya tidak! Penginjil Markus, dalam Injil Mk 16:9-15, sampai 4 kali menuliskan kata yang serupa ini ‘mereka tidak percaya’. Betapapun Yesus telah berulangkali menampakkan diri, tetapi mereka tidak percaya juga. Anehnya, walaupun mereka belum percaya penuh 100% tetapi Yesus tetap mengutus mereka untuk berkarya di tengah rakyat: mewartakan kabar gembira kebangkitan Kristus.

Apa yang mau disampaikan dengan situasi yang demikian ini? Pengutusan yang diberikan Yesus kepada para murid dan juga kepada kita pengikutNya tidak perlu harus menunggu sampai kita beriman penuh 100%. Tidak ada penundaan bagi kita untuk mewartakan Kabar Baiknya. Kita tidak punya alasan untuk mengatakan: Saya belum siap! Saya belum pintar! Saya belum lulus! Saya tidak mampu! Kapan saja dan di mana saja, kita mesti siap, dan kita pasti mampu. Dalam kekurangan kita itulah kita dikuatkan. Lihatlah bagaimana para murid yang belum percaya itu didesak Yesus supaya pergi. Mereka belajar sambil bekerja. Karena bukan kita sendiri yang berbicara, tetapi Roh Kuduslah yang akan berbicara dari mulut kita. Kita belajar sambil berjalan. Gelar dan pangkat bukan jaminan untuk sukses sebagai pewarta, tetapi kemauan kita untuk menerima perintah Yesus. Maka sebagai orang Kristen yang belum sempurna dalam iman, marilah kita ikut dengan para murid, berjalan dengan para murid mewartakan Kabar Baik sampai ke ujung dunia. Semoga kita mau. Amen. Alleluya.

"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14)

"Ayo ikut lomba mancing!" ajak teman saya suatu ketika. Sebenarnya saya tidak hobi memancing, tetapi karena ajakan teman saya itu bertepatan dengan hari libur, akhirnya saya berangkat menemaninya. Peristiwanya sudah lebih dari sepuluh tahun lalu. Saat itu, lomba diadakan untuk memperingati 50 tahun Indonesia merdeka. Seekor ikan gurame sebesar bantal bayi diperebutkan puluhan peserta. Siapa yang berhasil mendapatkannya akan dinobatkan sebagai juara.

Pemenangnya adalah seorang bapak yang menggunakan umpan yang lain daripada yang lain. Jika orang lain menggunakan cacing atau pelet, ia menggunakan donat sebagai pemikat ikan yang akan dipancingnya. Dan ia berhasil. Waktu bertanya di dalam hati mengapa akhirnya ia memenangi lomba itu, imajinasi saya mulai berjalan.

Saya membayangkan gurame itu sedang berenang kian kemari di bawah permukaan kolam. Tiba-tiba perhatiannya tertuju kepada benda-benda yang masuk ke dalam kolam. Ia mulai mendekati salah satunya. "Ehm... cacing. Ah, kemarin teman yang lain mendadak hilang ketika mencaploknya," katanya dalam hati. Ia memutuskan untuk meninggalkannya. Hal yang sama ia lakukan ketika menghampiri pelet, tetapi ia mulai terseret dan terpikat ketika yang dijumpainya adalah donat. Ia lalu mencoba mencaploknya dan cerita akhirnya bisa ditebak: ia terperangkap.

Iblis juga ahli dalam hal jebak-menjebak begini. Ia tahu persis di mana letak kelemahan kita, lalu mengolahnya menjadi bahan yang setiap saat dilontarkan untuk menyeret dan memikat kita. Yang perlu kita lakukan adalah sadar dan berjaga senantiasa menghadapi segala kemungkinan jebakan. Waspadalah!

Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.

KASIH ITU MEMUTUSKAN ...

Bila Anda memiliki kasih dalam hati Anda, mau tidak mau Anda harus memutuskan rantai balas dendam justru dengan cara mengasihi.

Bila Anda memiliki KASIH dalam hati Anda, mau tidak mau Anda akan memutuskan diri untuk meninggalkan kesenangan dan ambisi pribadi demi kebahagiaan orang yang Anda kasihi

KASIH adalah penghubung dua tebing yang dipisahkan oleh jurang-jurang perbedaan.

KASIH adalah tali pengikat yang menyatukan hati menjadi suatu kekuatan maha dahsyat untuk membangun kehidupan...

Malanglah hidup yang tidak diisi dan dihiasi dengannya
Percumalah segala kebaikan dan perjuangan hidup bila tidak dilandasi dan dimotivasi olehnya.
Pudarlah semua kemegahan dunia ini bila tidak disertai olehnya...

Di kehidupan nanti KASIH menjadi yg terbesar dari segalanya, Di sana segalanya tidak diperlukan lagi karena segalanya telah terpenuhi dan telah mencapai puncaknya.

Kasih menjadi yg terbesar dari segalanya karena ia yg telah menghantar setiap pribadi tiba di kebahagiaan kekal dan tinggal dalam komunitas KASIH...

Thursday, April 12, 2012

LAGU RINDU YESUS

Pada malam tahun baru 2012 di halaman gereja St. Lukas Temindung Samarinda, kudengar sebuah harapan, kerinduang seorang sahabatku (Islam) untuk mengikuti ibadah di gereja St. Lukas. Pak Kyai, boleh khan sekali-kali aku ikut ibadah di sini, demikian sebuah ungkapan kerinduannya. Boleh mas, tapi mas gak terima komuni, jawabku. Gak apa-apa Pak Kyai, ungkapnya. Kerinduan sahabat dan saudaraku di malam Tahun Baru 2012, adalah berawal dari pengalaman perjumpaan dan pengalaman berbagi dalam sharing dan perjuangan untuk mengobati kerinduan sesama akan keadilan, akan Kasih yang telah diperkosa oleh kekuasaan dan kerakusan, oleh kedamaian yang telah dilukai oleh kesombongan dan keegoisan fanatik, meneguhkan harapan yang terkulai oleh riuh ketakutan dan gempita ancaman.

Kerinduan sahabat dan saudaraku ini untuk mengikuti ibadah di gereja Katolik, bagiku bukan sekedar “pesona” tapi lebih dari itu bagiku adalah sebuah kerinduan untuk mengenal Yesus lebih dekat, mengalami kehadiran dan menimbah kekuatan baru dari hidup Yesus yang telah dialami dalam kebersamaan dan perjuangan bersamaku dalam satu payung Forum Pelangi. Kerinduan sahabat dan saudaraku ini adalah sebuah kerinduan untuk mengalami kedamaian dari Yesus sendiri yang kemudian membagikan kedamaian yang dialami itu kepada kami, kepada sesama yang merindukan sebuah hembusan Salam Damai dalam Tindakan Nyata yang itu secara nyata dilakukan dalam peziarahan iman dalam perbedaan yang menyatukan.
Yesus yang bangkit, tidak hanya menyampaikan dan menghembuskan Salam Damai yang meneguhkan dan menguatkan para muridNya, tetapi juga sedang menyanyikan sepenggal lagu Rindu, Rindu yang merindukan para PengikutNya menjadi Saksi Cinta KerinduanNya akan Pertobatan dan Pengampunan dosa. Lagu Rindu Yesus adalah Perutusan bagi kita menghadirkan kerinduanNya dalam tindakan nyata dengan membagi cinta, solidaritas, berani berbagi dan menghadirkan kedamaian dan kasih di dalam keluarga dan masyarakat yang tengah merindukan kehadiran Yesus yang menguatkan dan meneguhkan seperti yang dialami para Rasul.

Lagu Rindu Yesus adalah kerinduanNya agar kita menjadi saksiNya, memperkenalkan kepada sesama yang merindukan kedamaian, perhatian, kasih dan solidaritas yang hilang oleh karena penindasan, keegoisan dan kesombongan rohani kita, sehingga kerinduan yang selama ini tak terobati, pada gilirannya menguatkan dan meneguhkan sebagai pengalaman mengalami kehadiran Yesus sendiri. Lagu Rindu Yesus adalah supaya kita semua menjadi saksi cintaNya. Mari kita senandungkan Lagu Rindu Yesus dalam tarian berbagi kasih, dan solider dengan sesama, agar bersama kita tetap merindukan Lagu Rindu Yesus dengan saling meneguhkan dan menguatkan tanpa ada yang kehilangan Lagu Rindu Yesus sendiri.