Tumpukan karton berderet-deret dan kantong plastik hitam berisi beras membuat wajah layu orang-orang itu bersinar lagi.
Mereka adalah korban banjir dan tanah longsor yang harta bendanya ludes dalam sekejap saat air memasuki rumah mereka.
Akibatnya orang-orang malang itu terpaksa harus mengungsi, pindah rumah, ketenda-tenda pengungsian, yang tentu saja tidak senyaman ditempatnya sendiri karena semua serba terbatas. datangnya bantuan sungguh menggembirakan dan meringankan beban mereka. Apalagi para penyumbang kecuali membawa makanan instan juga membawa nasi bungkus dan berkarung-karung pakaian masih layak pakai. Siapa gerangan penyumbang baik hati itu?
Begitu tahu penyumbang itu dari sebuah gereja, deg....,deg...., jantung mereka seakan-akan berhenti berdenyut.
Para Korban bencana alam ini sebenarnya tak mau tahu dari mana datangnya macam-macam bantuan dan sumbangan yang diterima. ditengah suasana bencana, bantuan dan uluran tangan dari sesama yang peduli patut disyukuri. Tapi, mengingat hubungan antara agama dinegeri ini masih diwarnai dengan kecurigaan dan konflik, apalagi radikalime agama akhir-akhir ini semakin meningkat, tidaklah heran bantuan yang dengan hati tulus kadang-kadang dilirik dengan penuh ciriga": siapa tahu kristenisasi atau gerakan pemurtadan. jangan-jangan nasi bungkus dan mie instan ini sebagai usaha untuk menarik simpati agar mereka pindah agama. Bagi umat Kristiani bantuan bantuan yang tulus hati pun ternyata bukan sesuatu yang mudah.
Padahal, malang benar jika ada orang yang menjadi kristen hanya sekedar sebungkus nasi atau satu dus mie instan. selain mereka akan menyandang " Kristen Mie Instan", babtisan yang mereka terima sama sekali tidak menjanjikan kemudahan hidup. Dengan menjadi Kristen hidupnya justru penuh dengan tantangan.
No comments:
Post a Comment