Tuesday, July 31, 2012

DERITAKU, SUKACITAKU


Menyimak sepenggal bait lagu Obbie Mesakh: Kisah Kasih di Sekolah; “Malu aku malu pada semut merah”, aku terjaga dari lamunanku. Lagu kenangan yang membahasakan rasa kasmaran itu menyeruak dalam ruang relung bathinku d
i saat kubaca SabdaMu pagi ini (Mat 11:28-30). Aku malu, malu pada diriku, malu padaMu yang sekian lama mengikutiMu, datang padaMu, namun lebih banyak takut untuk belajar padaMu memikul salib kehidupanku.

Aku mengatakan kepadaMu bahwa aku begitu bahagia dan sukacita mengikutiMU. Aku setia menjadi pengikutMu. Namun aku sadar, Engkau sedang mentertawaiku sambil berkata; ah omong kosong, silahkan saja membohongi Aku terus, nyatanya kamu lebih mudah mengeluh, kamu begitu resa berkisah denganKu di dalam ruang gerejaKu, padahal waktu hanya satu setengah jam saja untukKu, seminggu sekali itu bagianKu, bahkan ketika Aku mau bersabda meneguhkan imanmu, engkau malah tawar menawar denganKu; jangan lama-lama yah...engkau lebih pentingkan kesenanganmu, pestamu dari pada menimba kekuatan dari padaKu.

Lagu itu dalam relung renung SabdaMu, membuatku tersadar bahwa aku lebih banyak membohongimu, mulai mencari alasan bahwa namanya juga manusia, yah...manusia yang kurang sempurna. Terlalu banyak akal aku berdalih, terlalu banyak kata aku beralasan hanya untuk menghindari CARA DAN SEMANGAT MENGIKUTIMU. Aku bangga pada mereka yang lemah, sakit dan bahkan cacat. Mereka justru bersemangat, penuh sukacita untuk datang kepadaMu, Belajar PadaMu dan mencoba memikul salibMu dalam hidup mereka yang bergulat dengan sakit mereka, yang berjuang dengan cacat mereka, mereka begitu setia dengan senyum sukacita menghiasi hidup mereka, karena mereka tak pernah mengeluh, lantaran mereka menerima sakit, penderitaan dan cacat mereka sebagai cara untuk belajar padaMu, belajar memikul salib seperti Engkau sendiri telah menunjukan bagaimana sukacita keselamatan itu lahir lantaran SALIBMU.

Aku dan Engkau mengenal Ade Maria Magdalena, yang menjalani sakitnya dengan penuh sukacita, bahkan di balik sakitnya, ia masih menghibur dan memberi semangat kepadaku yang sehat namun lebih banyak mengeluh, yang mengajariku bagaimana seharusnya aku kuat di saat aku mampu menyatukan rasa sakit dan deritaku dengan sakit dan deritaMu di atas Salib tapi aku malah sebaliknya; sedikit menghadapi persoalan hidup bukan Engkau yang aku datangi untuk menimba kekuatan dan kelegaan dariMu seraya memikul salib kehidupan ini, namun dugem jadi jalanku, jalan menebus frustrasi dan stresku yang semu. Aku, Engkau juga mengenal siapa itu Ela. Seorang gadis muda yang mengalami cacat mata (kebutaan) yang tak peduli malam atau hujan sebagai penghambat, tapi di balik kekurangan fisiknya Ela tetap bersukacita, menjadikan kebutaannya sebagai salib yang membawa sukacita pada yang lain dengan membagikan talenta bermain organ di gerejaMu. Aku, Engkau juga mengenal ade Desy, gadis belasan tahun yang harus menghuni kursi roda, yang kehadirannya di sekitar altarMu membawa sukacita bagi umat yang hadir. Ia selalu tersenyum menyapa dan menyalami setiap umatMu seakan tak ada derita yang dialaminya.

Meski hanya mereka bertiga yang kukenal, namun kehadiran mereka membuatku malu padaMu. Aku malu karena aku lebih mudah mengeluh, protes, aku lebih cepat beralasan dan stres dan bahkan menganggap setiap persoalan hidupku adalah ketidakadilanMu padaku. Namun kehadiran ade Lena, Ela dan Desy menyadarkan aku bahwa di balik DERITA ADA SUKACITA ketika aku mau datang dan belajar PadaMu untuk memperoleh kelegaan dan kesegaran. Perayaan Ekaristi menjadi tempat aku datang PadaMu untuk memperoleh kelegaan lewat Kuasa SabdaMu, dan Komuni Kudus adalah MAKANAN IMAN yang memberikan kekuatan kepadaku untuk BERKORBAN dengan tekun dan setia sebagai tindakan nyata aku belajar padaMu memikul setiap persoalan hidupku yang adalah salib meski harus menderita namun tetap tekun dan setia melayani. Malu...aku malu padaMu yang mengajarkan dan memberikan kelegaan padaku, namun aku lebih banyak lari dariMu di saat persoalan (salib) menghimpitku. Malu...aku malu padaMu, karena sekarang baru aku sadar; DERITAKU SUKACITAKU, LANTARA ENGKAU YANG MENGUATKANKU...meski aku belum mampu mengikuti cara dan semangat hidupMu.

Belajar mengikutiNya: Belajar berkorban pada Salib

No comments:

Post a Comment