Sering orang berbicara tentang "pahala", apa kata pengajaran Gereja Katolik mengenai pahala?
Secara umum, pahala adalah ganjaran yang diperoleh untuk suatu perbuatan baik, meskipun dapat juga berarti hukuman yang pantas diterima untuk sesuatu perbuatan yang salah. Pahala selalu terkait dengan pengertian tentang "PANTAS MENERIMA" (DESERVED) sehingga kalau orang melakukan perbuatan baik mereka pantas menerima ganjaran, dan kalau melakukan sesuatu yang merugikan mereka pantas menerima hukuman.
Apabila kita berbicara mengenai pantas menerima sesuatu dari Allah, tentu saja kita berbicara mengenai sesuatu secara tidak tepat karena, seperti dijelaskan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), "Dalam kaitan dengan Allah, dari pihak manusia tidak ada pahala dalam ARTI KATA YANG SEBENARNYA. Antara Allah dan kita terdapat suatu kesenjangan yang tidak dapat diukur, karena kita telah menerima segala sesuatu dari Dia, Pencipta kita." (KGK 2007)
Artinya, kita TIDAK MEMPUNYAI HAK untuk menuntut suatu GANJARAN dari Allah. IA TIDAK BERHUTANG APAPUN kepada kita, sementara KITA BERHUTANG SEGALA sesuatu kepada-Nya, termasuk keberadaan kita sendiri. Segala sesuatu IA BERIKAN kepada kita sebagai pemberian CUMA-CUMA, sebagai BERKAT yang luar biasa. Kita tidak dapat menuntutnya atas dasar keadilan.
Mengutip Sto Agustinus, Katekismus menjelaskan, "Pahala pekerjaan baik yang kita lakukan merupakan anugerah dari kebaikan Allah. "Rahmat TELAH MENDAHULUI; sekarang kepada kita diberikan apa yang pantas... Pahala kita adalah hadiah dari Allah." (Sto Agustinus, Sermo 298, 4-5; KGK 2009)
Memang, dari diri kita senhdiri, kita tidak dapat meng-klaim sesuatu pun dari Allah. Tetapi, dalam kerahiman-Nya, Allah telah berjanji mengganjar kita untuk perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan. Misalnya, Yesus berkata, "Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal." (Mat 19:29) Dan Sto Paulus menulis, "Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan," (Rom 2:6-7)
Pahala apa yang pantas kita peroleh dari Allah? jelas, KITA TIDAK DAPAT MENUNTUT RAHMAT AWAL yang membuat kita bertobat kepada Allah. Rahmat itu merupakan karunia Allah kepada kita, dan diberikan kepada kita ketika kita masih hidup di dalam dosa, meskipun kita sungguh TERKAIT dengan RAHMAT BERKAT TINDAKAN2 BEBAS kita. Tetapi, begitu kita bebas dan hidup dalam rahmat Allah sebagai anak angkat-Nya, kita dapat menuntut pahala berupa rahmat lanjutan untuk pertumbuhan kita dalam kekudusan dan untuk mencapai kehidupan kekal. Katekismus menjelaskan, "Terdorong oleh Roh Kudus dan tergerak oleh kasih, kita dapat memperoleh bagi kita sendiri dan bagi orang lain rahmat yang kita perlukan untuk pengudusan kita, untuk meningkatkan rahmat serta kasih dan untuk mencapai kehidupan abadi. Bahkan, sesuai dengan kebijaksanaan Allah, harta-harta sementara pun dapat diperoleh, seperti misalnya kesehatan dan persahabatan. rahmat dan harta ini merupakan objek dari doa Kristiani." (KGK 2010)
PENTING:
Dengan demikian, lewat perbuatan-perbuatan baik kita, kita bertumbuh dalam rahmat dan kekudusan, dan pantas menerima ganjaran yang lebih besar di surga sesuai kata-kata Tuhan kita, "... kumpulkanlah harta bagi dirimu sendiri di surga..."
Supaya pantas menerima ganjaran, kita harus memenuhi beberapa syarat.
PERTAMA, kita harus berada dalam keadaan rahmat; artinya, tidak dalam keadaan dosa berat. Berada di dalam kondisi DOSA BERAT, SEMUA perbuatan baik kita, TIDAK PEDULI berapa BANYAK dan berapa BERLIMPAH, TIDAK PANTAS MENDAPAT GANJARAN. Satu dari sekian alasan2 lain, sangatlah PENTING bahwa, sesudah MELAKUKAN suatu DOSA BERAT, kita sungguh2 kembali kepada Allah lewat SAKRAMEN TOBAT.
KEDUA, kita dapat memperoleh pahala hanya dari perbuatan-perbuatan yang baik, tidak dari perbuatan dosa. Perbuatan-perbuatan dosa pantas menerima hukuman, bukan ganjaran. Dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan dengan bekerja sama dengan rahmat Allah, orang yang berada dalam keadaan dosa dapat melambungkan sejumlah klaim untuk memperoleh kerahiman Allah dan kemudian menerima rahmat yang DIBUTUHKAN UNTUK PERTOBATAN.
KETIGA, kita harus melaksanakan perbuatan baik dengan sadar dan bebas; syarat ini biasanya dituntut dari orang yabg sudah dewasa. Seorang anak kecil atau orang yang mengalami cacat mental yang berat tidak dapat cukup menggunakan nalar untuk melakukan tindakan yang pantas diberikan ganjaran. Karena itu, mereka juga tidak dapat melakukan suatu dosa.
Adalah baik untuk mengingat bahwa kalau kita melakukan dosa berat, kita kehilangan semua pahala yang telah kita peroleh, sehingga tidak lagi pantas masuk ke dalam surga. Tetapi, kita dapat memperoleh kembali pahala itu kalau kita kembali ke dalam keadaan rahmat lewat tobat dan pengakuan dosa.
~ Sumber: Ketika Iman Membutuhkan Jawaban Buku 2, No. 60, penerbit Dioma
No comments:
Post a Comment