Tuesday, August 21, 2012
FITRI...SIMBOL PERLAWANAN DAN PERJUANGAN
Fitri atau Fitrah demikian kita, terkhusus saudara-saudari kita umat Islam menyapanya. Dia sosok yang kuat, tangguh melawan segala hawa nafsu kedagingan, memerangi segala kemungkaran dan kelaliman m
anusia yang mencintai kekerasan namun membenci kedamaian dan perbedaan. Selama 30 hari Fitri berziarah menahan lapar dan haus, menjual kedagingannya demi berbagi bagi sesama yang miskin dan berkekurangan. Di malam Laitul Qadar, Fitri tidak sekedar merayakan kemenangannya melawan nafsu manusiawi, tidak sekedar berpesta atas kemenangan menahan lapar dan haus, tapi lebih dari itu Fitri menegaskan sebuah komitmen perdamaian, komitmen persaudaraan, komitmen solidaritas untuk menjual segala yang selama ini dianggap baik demi kebahagiaan, kedamaian dan persaudaraan umat manusia.
Kemarin dan hari ini aku bertemu dengannya Sang Fitri yang kembali kepada Fitrahnya sebagai Citra Allah. Jabat tangan erat tidak sekedar mengucapkan selamat hari raya, Mohon Maaf Lahir Bathin, tapi jabatan erat tangan kami itu adalah sebuah rajutan komitmen bersama untuk berani menjula segala keegoisan kami, berani menjual segala hawa nafsu keinginan daging kami, berani untuk tidak bersedih melepaskan kekuasaan yang selama ini menjadi penjara jiwa. Kemarin dan hari ini Fitri hadir mendatangi jiwa penguasa yang selama ini sangat takut kekuasaannya diambil alih oleh masyarakat yang terus merongrong dan menggoyang kursi empuk kekuasaannya, Fitri datang membongkar kebusukan kaum pengusaha pertambangan dan kelapa sawit yang selama ini telah memporakporandakan lingkungan ciptaan Allahnya, yang mencabik, memperkosa dan menjual harga diri masyarakat adat atas nama uang, kekayaan dan kekuasaan.
Tangan Fitri begitu lembut namun mengalirkan darah perjuangan dan perlawanan, membuat malu oknum kaum beragama yang melantik diri mereka sendiri sebagai pembela Tuhan namun mengorbankan nyawa, kerukunan dan kedamaian insan manusia lain. Tak ada otot kekuasaan, tak ada tulang kerakusan dibalik halus kulitnya, namun jabatan Fitri menggetarkan nadi perjuangan, suaranya yang lembut halus menggema membangkitkan sukma perlawanan untuk memanusiakan manusia dalam satu nada kemanusiaan Rahmatan Lil’alamin tak peduli seberapa banyak yang ia berikan, selaksa ribu yang ia korbankan; semuanya demi satu nama; MEMANUSIAKAN MANUSIA, MEMFITRAHKAN ALAM SEMESTA.
Hari ini Fitri tidak mengucapkan kata pamit, tapi kembali ke peraduan jiwanya; sambil membasahi jiwa insan yang keluh, memerangi jiwa angkuh, hati yang egosi, sukma dan pikiran yang diliputi nafsu dan dengki dengan satu kata; JANGAN PERNAH ENGKAU MENGANGIS KARENA HARUS MENINGGALKAN DAN MENJUAL SEGALA KESENANGAN MANUSIAWIMU. TETAPI BERSYUKURLAH BAHWA ENGKAU SUNGGUH-SUNGGUH KEMBALI KE FITRHMU SEBAGAI CITRA ALLAH YANG MENJADI PELAYAN BAGI WARGAMU SEBAGAI SOSOK NEGARAWAN, YANG MENGEMBALIKAN APA YANG MENJADI HAK WARGAMU, YANG TIDAK MENJUAL HARGA DIRI MASYARAKAT ADAT ATAS NAMA UANG DAN KEKUASAAN MELALUI INVESTASI PERTAMBANGAN DAN KELAPA SAWIT. BERSUKACITALAH KARENA ENGKAU MENJADI KAUM BERAGAMA DAN BERIMAN BUKAN UNTUK MEMBELA ALLAH, TAPI UNTUK MEMANUSIAKAN MANUSIA DEMI KEMULIAAN ALLAH.
Setelah mengucapkan sabda pertobatan bagi insan dunia; Fitripun kembali ke bilik hati insan manusia sambil tersenyum lantaran mampu menjual segala keangkuhan hidupnya demi memerangi kesombongan, kerakusan dan kekuasaan penguasa, kapitalis dan oknum beragama yang selama ini hobinya menindas insan manusia. Fitri tak bersedih hati, karena tujuan peziarahannya selama 30 hari adalah kembali ke Fitrah sebagai Citra Allah, mengikuti jalan dan cara hidup Allah yang menyangkal keinginan dan kehendak manusiawi dan bukan seperti pemuda yang yang bersedih karena harus menjual seluruh harta miliknya untuk orang-orang miskin, kecil dan terlantar (bdk. Mat 19:16-22).
Fitri menjadi simbol perjuangan dan perlawanan pada para penguasa yang menindas, kapitalis pertambangan dan kelapa sawit yang rakus dan serakah, oknum beragama yang dengan sombong melantik dirinya sendiri sebagai pembela Tuhan.
Jadikan Idul Fitri melawan kekuasaan yang menindas, kapitalis yang rakus
Lie Jelivan msf
Labels:
22.08.2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment