Tuesday, August 14, 2012
TERLALU INDONESIA, AGAMA: KEHILANGAN MARTABAT KASIH...
Indonesia kaya agama, kaya budaya, kaya adat istiadat, tapi miskin Kasih. Indonesia berlimpah hukum, aturan, norma tertulis maupun lisan tapi pelit Kasih. Satu agama segudang hukum, se
laksa aturan tapi korupsi juara dunia, kekerasan atas nama agama peringkat pertama se-Asia, membohongi dan menindas rakyat neraka dunia, banyak simbol agama tapi hobi merampas hak milik orang lain: tanah masyarakat adat. Banyak provinsi atau kabupaten menyebut kotanya: kota beriman, tapi penguasa dan warganya tidak beriman, mimbar Mekah atau Madinah tapi jadi arena pembunuhan keadilan dan kebenaran, jadi colesium pemerkosaan hak-hak masyarakat adat, Kota Reinha Rosari yang seharusnya jadi pelindung rakyatnya, tapi penguasanya jadi raja pembohong, demi alasan APBD, pub-pub berkedok pelacuran dibangun. Indonesia punya sederet aturan, hukum, norma agama, negara, masyarakat dan adat budaya, buta akan kasih. Penghuninya semuanya beragama, berbudaya dan beradat istiadat yang katanya sich semuanya itu untuk mengatur kehidupan bersama, biar tertib, aman dan damai tapi hanya untuk mengamankan dan menyelamatkan para koruptor, pelaku kekerasan atas nama agama, pelaku perampasan hak-hak masyarakat adat. Nyatanya tidak aman, korupsi makin subur, tidak damai, hidup dalam ketakutan.
Banyak orang beragama melihat doa, ibadah sebagai “upeti rohani” (persembahan) untuk menyucikan diri dari keangkuhan dan kesombongan rohani, membersihkan diri dari dosa keegoisan, sangat khusuk mereka berdoa, sangat saleh dan soleha mereka beribadah tapi sekembali dari altar persembahan mereka, tak ada sedikitpun gerakan belas kasih pada yang sakit, miskin, teriakan mereka yang terkena penggusuran pertambangan dan kelapa sawit, semuanya dijawab; maaf hidupku saja belum kuurus, kok malah urus hidup orang lain. Demi hukum, mereka bilang jangan darahnya, karena darahnya haram beda dengan kita. Demi hukum dan aturan meski di sana terpancang salib simbol belas kasih Allah, mereka bilang waduh maaf gak bisa ada keringanan biaya sekolah dan rumah sakit. Biayanya sudah seperti itu untuk yang kaya, untuk yang miskin: sama !!
Yah Indonesia banyak aturan, hukum dan norma; mereka orang beragama punya aturan, hukum dan norma, sehingga mengagungkan hukum, aturan dan norma yang katanya melindungi kaum fakir miskin tapi nyatanya menindas dan menguasai manusia lemah yang adalah sesama, rakyat, masyarakat dan umat mereka yang katanya sama-sama Ciptaan Tuhan yang secitra dengan Allah serta melindungi penguasa, penindas. Mereka sangat “mendewakan” hukum dan aturan sampai menjadi buta dengan sesamanya, bahkan menjadi tumpul nurani Kasih Kemanusiaannya. Mereka bilang hukum itu penting. Memang hukum itu penting. Namun yang mereka lupakan yang lebih penting adalah BELAS KASIH. Mereka bilang doa dan ibadah itu penting. Memang itu penting. Tapi yang mereka lupakan yang lebih penting adalah BELAS KASIH. Merasa agama, hukum dan aturan itu penting sampai manusianya KEHILANGAN MARTABAT KASIH pada sesama. Indonesia banyak agama, kaya budaya, kaya adat istiadat dalam agamapun punya aturan dan hukum masing-masing, namun bukannya menjadikan aturan dan hukum, ibadah dan doa sebagai JALAN UNTUK BERBELAS KASIH pada sesama, tapi malah untuk memperkuat kekuasaan, status quo bahkan menjadi kesombongan rohani orang beragama: agamakulah yang paling baik dan benar. Hanya melalui agamaku, selamat semua orang...lagi-lagi kesombongan rohani muncul.
Indonesia banyak agama, kaya budaya, kaya adat istiadat dalam agamapun punya aturan dan hukum serta doa dan ibadah masing-masing, namun satu hal yang mereka lupakan di atas semua aturan, hukum, ibadah dan doa adalah BELAS KASIH. Padahal yang PALING PENTING DI ATAS SEMUANYA itu adalah BELAS KASIH dan bukan persembahan demikian Sabda Sang Guru (bdk. Mat 12:1:9). Terlalu mendewakan, hukum, aturan, norma, ibadah dan doa akhirnya membuat Indonesia, agama KEHILANGAN MARTABAT KASIH...Mari kita pulihkan dengan BELAS KASIH adalah hukum tertinggi, pertama dan utama dalam kehidupan kita.
Masih ada Kasih yang disebutkan Kasih, kalau kehilangan maknanya?
Jumad: 20 Juli 2012
Lie Jelivan ms
Labels:
15.08.2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment