(Pesan Sang Anak Yang Bertobat)
Siang itu saat, memasuki ruang nomor 12 di rumah sakit Bukit Lewoleba sang ibu langsung berkata kepada puteranya; nak saat ibu memasuki ruangan ini di saat nak belum
sadar, ibu merasa nak sudah tidak ada lagi. Namun ibu punya keyakinan bahwa doa ibu pasti didengarkan Tuhan, nak harus sadar. Demikian kisah sang ibu yang sudah keriput tulang pipinya dengan wajah berkaca di balik uban rambutnya.
Ungkapan sang ibu ini, mengingatkan anaknya akan betapa tulusnya cinta ibu dan dalamnya iman ibu yang meski tersengal menapaki perjalanan rumah sakit Bukit Lewoleba, datang untuk memberikan dukungan, menjaga dalam doa demi kesembuhan anaknya. Tak terasa linangan air mata menggenangi kelopak mata sang anak, mengalir membasahi pipinya. Sang anak teringat betapa sering ibu harus meneteskan air mata di ruas-ruas keriput pipinya oleh karena ulahnya yang nakal, tang lebih kerap membantah, membentak bahkan memukul sang ibu di kala sang ibu memberikan nasehat atau menegur penuh amarah lantaran tak sanggup lagi menahan sesak tutur dan tindak laku sang anak.
Sang anak menerawang dalam pilu di tengah sakitnya. Mengingat kembali saat ia dilahirkan. Betapa sang ibu mencintainya, melindunginya dan merawatnya hingga akhirnya sang anak boleh menikmati udara segar dunia ini. Rasa sakit ibu saat melahirkan sang anak seakan menjadi pengorbanan maha dahsayat...sang ibu merasakan sakit tak tertahankan dan mungkin rela meninggal demi kelahiran sang anaknya. Seluruh nyawa sang ibu pertaruhkan, asal buah rahimnya selamat memasuki ruang dunia. Bahkan sang anak membayangkan jika saat itu kelahirannya mengalami kesulitan tentu perut ibupun harus dibelah melalui operasi cesar antara hidup dan mati demi kelahirannya. Dalam keadaan sadar atau tidak lantunan doa penuh iman tak bersuara menggema di ruang bathin sang ibu, demi keselamatan anaknya.
Tetesan air mata semakin deras membanjiri kedua pipi sang anak, ketika mengingat saat sang ayah membentak, memarahi dan mencaci sang ibu. Kadang sang ibu menjawab, namun lebih banyak diam dan berbicara dalam ratapan pilu seraya berdoa agar sang suami yang adalah ayah sang anak berhenti untuk marah, membentak dan mencacinya. Di saat sang ayah merantau, sang ibu terus membanting tulang di tengah panasnya terik membakar seluruh raganya dalam keringat perjuangan..sang ibu berjuang tanpa peduli langkahnya yang mulai tersendat asal sang anak bisa makan dan mempunyai uang jajan. Di tengah letihnya seharian bekerja ladang, saat keringat belum juga kering, sang ibu dengan sigap mempersiapkan santap malam buat anaknya dan sejenak menarik nafas melepaskan kepenatan, sang ibu menju ruang doa untuk berdoa, bersyukur pada sang Kahlik dan memasrahkan seluruh hidupnya bersama sang anak dan dengan penuh iman bergandeng pasrah mendoakan sang ayah di tanah rantau.
Di ruangan nomor 12, tak henti-hentinya sang ibu mendoakan anaknya dengan penuh iman sebelum membaringkan raganya di atas lantai beralaskan tikar. Dingin tak dipedulikan sang ibu. Belum lelap dalam mimpi, sang anak membangunkan sang ibu untuk mengantarkannya ke kamar mandi, dengan tulus dibingkai senyum sang ibupun bangun mengabulkan permintaan sang anak. Ketekunan doa dalam iman, derita duka sang ibu mengantarkan sang anak pada kesembuhannya. Tepat satu minggu sang anak menghuni ruangan nomor 12, dan tepat jam 12.00 witeng tanggal 03 mei 1996, sang anak dalam langkah tertatih meninggalkan ruangan rumah sakit Bukit Lewoleba, seraya mengumbandangkan pesan untuk semua anak, semua ayah: TEMAN-TEMANKU KAUM LELAKI, JIKA ENGKAU SEDANG BERPACARAN, JADIKANLAH CEWEKMU TIDAK SEKEDAR CEWEK TEMAN KASMARANMU, TAPI TERIMALAH DIA SEBAGAI IBUMU. JANGAN ENGKAU MEMBENTAK, MEMARAHI APALAGI MEMAKSANYA UNTUK MEMENUHI KEINGINANMU. JIKA ENGKAU MEMARAHI, MEMBENTAK DAN MEMAKSANYA UNTUK MEMENUHI KEINGINANMU, MAKA ENGKAU SEDANG MEMARAHI, MEMBENTAK DAN MELUKAI IBUMU SENDIRI.
DAN UNTUKMU AYAHKU, PARA SUAMI. JADIKANLAH ISTRIMU, TIDAK SEKEDAR PENDAMPING HIDUPMU, MELAINKANLAH PANDANGALAH DIA SEBAGAI IBUMU YANG HARUS ENGKAU HARGAI DAN HORMATI DAN BUKANNYA MENJADI SASARAN KEMARAHANMU, OBJEK CACI MAKI DAN PUKULANMU. JIKA AYAH, PARA SUAMI MENJADIKAN ISTRIMU SEBAGAI SASARAN AMARAH DAN BENTAKANMU SERTA OBJEK CACI MAKI DAN PUKULANMU, MAKA SEJATINYA AYAH, PARA SUAMI SEDANG MEMARAHI, MEMBENTAK, MENCACI DAN MEMUKULI IBUMU SENDIRI.
SATU PESAN TERAKHIRKU; CEWEKMU, ISTRIMU ADALAH IBU YANG DERITA DAN IMANNYA MENYELAMATKAN KITA. Selamat Merenung (bdk. Mat 15:21-28)
No comments:
Post a Comment