Tidak mempersalahkan, dan berusaha membantu pasangan ini. Mereka bersama keluarga sudah menetapkan tanggal pernikahan 14 Agustus 2012. Berhubung yang dalam bahasa samaran; sudah “DP” duluan. Tetangga mereka mulai me
ngguncingkan mereka berdua karena belum sah sebagai suami istri tapi sudah hidup bersama. Menurut Kan. 1067 yang berbicara tentang Tindakan Pastoral dan Persiapan Perkawinan yang di dalamnya memuat norma-norma penyelidikan yang di dalamnya juga berbicara tentang pengumuman perkawinan, yang mana menunjukan pentingnya pengumuman pernikahan yang wajib dilakukan oleh seorang imam atau pastor paroki. Sesuai kanon ini pengumuman pernikahan wajib dilakukan selama tiga kali (tiga minggu berturut-turut) kecuali ada alasan berat bisa diberi dispensasi, 1 kali pengumuman dan dispensasi untuk pengumuman kedua dan ketiga dan kalau sangat berat maka bisa diberi dispensasi untuk pengumuman pertama, kedua dan ketiga.
Aku memang kasihan dengan pasangan ini. Namun bukan belas kasih buta. Artinya belas kasih yang memang tidak menyimpang dari aturan dan pedoman yang ada. Dalam arti kata belas kasih yang tidak murahan. Akupun menawarkan bagaimana kalau nikahnya tanggal 22 Agustus 2012, sehingga paling tidak ada kesempatan untuk pengumuman pertama. Sehingga pengumuman kedua dan ketiga dengan alasan jangan sampai kehidupan bersama kalian menjadi batu sandungan di tengah masyarakat. Mereka tetap tidak mau dengan alasan undangan sudah disebar, sudah mempersiapkan segala sesuatu. Aku mengatakan khan masih ada kesempatan untuk meralat undangan, namun atas rasa malu tidak ada sedikitpun pengorbanan yang berawal dari pemahaman akan situasi yang ada. Aku galau, gundah gulana. Di satu sisi ada sebuah pengorbanan ingin membantu, namun di sisi lain ada yang hilang yaitu hilangnya pengorbanan dari yang mau dibantu. Di satu sisi ada kewajiban untuk menjadikan hukum atau aturan sebagai jalan pelayanan dan cinta kasih, namun di sisi lain ada pemaksaan kehendak atas hukum dan aturan itu.
Akupun akhirnya memutuskan untuk tetap taat pada hukum atau aturan dengan tidak menghilangkan pengorbanan itu, bahwa saya siap membantu asal minimal ada satu kali pengumuman. Pengorbanan akan menghasilkan kebaikan ketika masing-masing memiliki semangat Pengorbanan dan Saling memahami.
Yesus sendiri tahu kewajibanNya. Yesus mengajarkan kepada para muridNya semangat PENGORBANAN untuk taat pada aturan dan kewajiban sebagai anggota masyarakat. Yesus tidak sekedar menjadikan aturan atau hukum sebagai kewajiban belaka tetapi sebagai jalan PENGORBANAN DAN PELAYANAN, yang dimulai bukan dari orang lain melainkan dari diri kita sendiri. Yesus sadar betul; bahwa di mana berada, di situ ada kewajiban moral yang menuntut pengorbanan dan pelayanan yang harus dilaksanakan demi kebaikan bersama (bdk.Mat 17:22-27). Demikian kita sebagai anggota Gereja, tentu tahu lingkup hidup kita sebagai orang Katolik yang di dalamnya ada kewajiban moral yang menuntut pengorbanan dan pelayanan yang harus dikerjakan demi kebaikan bersama; bukan pastornya, bukan pula pasangan itu tetapi kebaikan satu Gereja. Semoga kita tidak kehilangan semangat pengorbanan hanya karena memaksakan kehendak kita. Salam
Jadikan pengorbanan sebagai semangat saling melayani
Senin; 13 Agustus 2012
Lie Jelivan msf
No comments:
Post a Comment