ADE LENA ENGKAU UKIR HIDUPKU DENGAN IMANMU
Baru dua Minggu yang lalu, aku menelphonmu. Engkau tetap tertawa di seberang pulau menyapaku, gimana chabarnya kak pastor. Akupun bahagia mendengarkan suaramu dan membalas tanyamu; kabar kak pasto
r baik dek. Gimana dek, apakah ada perkembangan? Dan sekali lagi dengan sapa kekuatan, iman dan keyakinanmu, meyakinkanku, tinggal menunggu pecahnya aja kak pastor, yang penting harus semangat. Harus gitu dong kak pastor, demikian sabda kekuatan yang engkau berikan kepadaku. Tuhan begitu dekat denganmu dek, gumamku dalam hatiku.
Dua Minggu berlalu, dan kemarin tepat jam 20.00 wita, senyum dan tawa kekuatan darimu berubah seketika jadi linangan air mata membasahi pipi ini. Aku belum percaya ade pergi meninggalkan bapak yang menemanimu di Flores-Larantuka, serta mama dan kakakmu di Samarinda dan saya yang sedang di Banjarbaru. Aku belum percaya, dan untuk membangun kepercayaanku aku mencoba untuk menelphonmu sebanyak tiga kali semalam. Semua telphonku masuk, namun tak ada suara jawab darimu. Dari situlah aku mengerti, bahwa Allah lebih dahulu telah memanggil ade, dan adepun dengan cepat telah memberikan sebuah jawaban pasti dalam iman atas panggilan abadi Allah Sang Empunya kehidupan insan manusia.
Kesedihan manusiawiku atas kepergianmu dek Lena, tak bisa kupungkiri di saat aku harus merenung masa-masa indah di mana engkau hadirkan pengalaman iman meneguhkan imanku di saat sakitmu. Butiran air mata ini bagai mutiara kesegaran yang mengingatkanku bahwa kepergianmu adalah demi dan karena Allah lebih mencintai ade, demikian pula lantaran ade lebih mencintai Dia menerobos penghalang kehendakku, kehendak keluarga untuk melihatmu lebih lama hidup berbagi suka bersama kami. Kepergianmu meyakinkan aku kembali akan kata-kata imanmu di ruangan Yakobus nomor 4c Rumah Sakit Dirgahayu saat itu; sakitku dan sumbangan para sahabat semuanya demi CINTA AKAN TUHAN.
Dek Mari Lena, dari namamu engkau hadirkan pengalaman iman kepasrahan akan kehendak Allah, keterbukaan untuk dijiwai dan disegarkan oleh kasih Allah. Meski hati ini tak merelakan kepergianmu di saat usiamu masih belia, namun engkau telah menunjukan betapa mulia Kasih Allah dan Kasihmu pada kehendak Allah. Engkau pergi tanpa pamit, engkau selalu mengukir sakitmu dengan senyum dan tawamu, merenda canda dan kisahmu, menyemangatiku bahwa engkau tetap sehat. Engkau jadikan sepotong es kesukaanmu sebagai tanda pamitan terakhir darimu untuk bapak, mama, kakak dan seluruh keluarga ade, termasuk untukku. Engkau tahu, bagaimana usaha dan perjuangan kami bersama bapak, mama dan keluarga semuanya, dan sepertinya engkau tidak menginginkan lebih yang bisa kami berikan kepadamu, tapi hanya es dan itu permintaanmu selama sehari, yang engkau tahu es adalah pantanganmu. Namun sepertinya melalui es engkau hanya mengharapkan seberkas cinta kami untukmu dek dan setelah engkau menikmati permintaanmu, engkau pamit selamanya dalam Iman dan senyum seperti kisah bapak tadi siang di saat aku menelphon bapak; Tuhan ada bersamamu dek, demikian cerita bapak.
Dek Maria Lena...maafkan aku yang tak mampu memberimu banyak. Tak kuasa berjuang demi harapan dan masa depanmu. Engkau telah memberikan yang terindah buatku; yaitu ukiran Imanmu menggetarkan jiwaku untuk melayani dengan tulus meski harus menderita dan sakit. Jujur dek...aku sebagai manusia belum menerima kepergianmu, bahkan berontak dan merasa bersalah karena tak mampu berbuat lebih baik dan banyak untuk ade, sedih dan maunya menangis terus namun aku tahu, ade pasti kecewa dan memarahiku lantaran aku harus sedih dan menangisimu, karena ade sendiri telah mengajarkan kepadaku; HARUS SEMANGAT meski melewati sakit dan derita, dan seperti pesan ade padaku; JANGAN TAKUT DENGAN SAKIT DAN KEMATIAN. Dan kini telah ade tunjukan dengan senyuman tulus penuh iman, ade menerima panggilan ilahi abadi Allah untuk masuk tanah terjanji Yerusalem Surgawi. Kepergianmu Ade Lena MENGUKIR HIDUP DAN PELAYANANKU DENGAN IMANMU. DOA KAK PASTOR UNTUKMU DEK...DOAKAN KAK PASTOR YAH DEK...AKU MENGIMANI...
Untukmu adikku Maria Lena Yang Sedang menikmati Perjamuan Abadi bersama Yesus
Lie Jelivan msf
No comments:
Post a Comment