"Ayo ikut lomba mancing!" ajak teman saya suatu ketika. Sebenarnya saya tidak hobi memancing, tetapi karena ajakan teman saya itu bertepatan dengan hari libur, akhirnya saya berangkat menemaninya. Peristiwanya sudah lebih dari sepuluh tahun lalu. Saat itu, lomba diadakan untuk memperingati 50 tahun Indonesia merdeka. Seekor ikan gurame sebesar bantal bayi diperebutkan puluhan peserta. Siapa yang berhasil mendapatkannya akan dinobatkan sebagai juara.
Pemenangnya adalah seorang bapak yang menggunakan umpan yang lain daripada yang lain. Jika orang lain menggunakan cacing atau pelet, ia menggunakan donat sebagai pemikat ikan yang akan dipancingnya. Dan ia berhasil. Waktu bertanya di dalam hati mengapa akhirnya ia memenangi lomba itu, imajinasi saya mulai berjalan.
Saya membayangkan gurame itu sedang berenang kian kemari di bawah permukaan kolam. Tiba-tiba perhatiannya tertuju kepada benda-benda yang masuk ke dalam kolam. Ia mulai mendekati salah satunya. "Ehm... cacing. Ah, kemarin teman yang lain mendadak hilang ketika mencaploknya," katanya dalam hati. Ia memutuskan untuk meninggalkannya. Hal yang sama ia lakukan ketika menghampiri pelet, tetapi ia mulai terseret dan terpikat ketika yang dijumpainya adalah donat. Ia lalu mencoba mencaploknya dan cerita akhirnya bisa ditebak: ia terperangkap.
Iblis juga ahli dalam hal jebak-menjebak begini. Ia tahu persis di mana letak kelemahan kita, lalu mengolahnya menjadi bahan yang setiap saat dilontarkan untuk menyeret dan memikat kita. Yang perlu kita lakukan adalah sadar dan berjaga senantiasa menghadapi segala kemungkinan jebakan. Waspadalah!
Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.
No comments:
Post a Comment