Manusia punya sifat yang berbeda-beda. Itulah keunikannya. Ada yang gampang tertawa, ada yang gampang menangis. Ada orang yang jika menonton sinetron saja pun bisa langsung terharu dan ikut menangis larut dalam alur cerita. Tetapi ada orang yang hanya melihat sinetron sebagai tontonan biasa tanpa perlu ikut larut di dalam jalan cerita. Tetapi ‘menangis’ bukanlah selalu pertanda sedih. Bisa juga orang yang sedang berbahagia menangis tersedu-sedu, tak ubahnya seperti seseorang yang sedih karena kehilangan seorang anggota keluarga yang meninggal. Seorang ibu kenalan lama saya, tiba-tiba menangis terisak-isak menyalam dan memelukku ketika berjumpa dalam satu acara pesta. Saya terkejut dan bertanya mengapa menangis? Saya menyangka bahwa ia sedang menghadapi masalah besar yang tidak terpecahkan, sehingga butuh bercerita denganku. Tetapi si ibu menjawab, sama sekali tidak ada masalah. Ia menangis bahagia dan bergembira bisa berjumpa lagi dengan saya setelah belasan tahun tamat SMA.
Injil hari ini mengisahkan Maria yang sedang menangis di dekat kubur Yesus. Kata ‘menangis’ muncul 4 kali dalam bacaan ini, suatu penunjuk bahwa makna yang terkandung di dalamnya amatlah penting. (Satu kata yang kerap diulang dalam Kitab Suci mempunyai arti penting). Bagaimana Maria tidak menangis jika mayat orang yang dihormatinya, dicintainya ‘hilang’ dari makam? Suatu tamparan yang hebat bagi dirinya karena air matanya belum kering setelah menyaksikan drama penyaliban yang begitu tragis pada Jumat Agung. Kini mayat yang telah dimakamkan itu hilang. Kesedihan itu berlipat ganda. Ia bukan lagi sekadar menangis tetapi sudah meratap. Maria bertanya kepada siapa saja yang ia lihat di lokasi pekuburan, termasuk kedua malaikat yang berada di sana. Ia tidak mengenal bahwa itu malaikat. Maria juga bertanya kepada Yesus yang berdiri di sana, yang ternyata ia sendiri pun tidak mengenalnya. Maria bahkan mengiranya seorang tukang kebun.
Dalam suasana dukacita yang mendalam, seseorang sering larut dan hanyut dengan perasaannya. Ia merasa terbuang tidak berarti. Dunianya serasa gelap. Ia bahkan sering tidak mengenal orang yang di sekitarnya secara jelas karena air mata bisa mengaburkan pandangannya. Hal inilah yang dialami oleh Maria. Bahkan ketika Yesus menyapanya dengan sebutan “Ibu” ia belum mengenal siapa Yesus. Sebutan ‘ibu’ memang merupakan sebutan yang umum dalam masyarakat. Tetapi pengenalan yang sesungguhnya baru terjadi setelah Yesus mengubah sapaan ‘ibu’ dengan sebutan nama “Maria”. Dengan mendengar namanya disebut, Maria serta-merta langsung mengenali Yesus dan ingin memeluk-Nya. Tetapi Yesus melarangnya untuk menyentuh diri-Nya karena Ia belum pergi ke Bapa-Nya.
Suara itu tidak asing lagi di telinga Maria. Ia sungguh mengenal-Nya hanya ketika Yesus menyebut nama Maria. Kisah ini bisa dengan spontan mengingatkan kita akan kisah gembala dengan domba. Domba yang baik pasti mengenal suara gembalanya dan demikian sebaliknya. Pengalaman Maria menggambarkan situasi hidup harian kita. Di kala kita dalam kesusahan dan kesedihan yang mendalam, kita sering merasa terbuang, merasa tidak berharga, merasa ditinggalkan Allah. Kita bisa menangis meraung-raung serasa dunia mau runtuh. Kehadiran sahabat-sahabat yang menghibur kita pun kadang tidak sanggup membantu kita untuk lepas dari rasa dukacita dan kesedihan. Berapa banyak pun kata-kata penghiburan yang dihaturkan terkadang tidak cukup membantu kita. Tetapi yakinlah bahwa Yesus juga hadir lewat sesama dan saudara-saudara kita. Karena kita larut dalam perasaan dan diri kita sendiri, maka kehadiran mereka kerap tidak kita perhatikan. Kita baru sadar ketika nama kita disebutkan. Seseorang memanggil nama kita mengandaikan bahwa ia mengenal kita. Yesus mengenal nama kita satu per satu dan setiap saat Ia memanggil nama itu. Pertanyaan bagi kita: Apakah kita cukup peka mendengar suara Yesus yang memanggil nama kita setiap saat? Apakah kita menyediakan waktu hening agar suara Yesus itu makin jelas di telinga kita? Mari kita membuka hati dan telinga kita, sehingga kita mendengar suara Yesus memanggil kita. Amen
No comments:
Post a Comment