Sunday, May 13, 2012

KUPANGGIL NAMAMU KASIH...

Kasih...demikianlah nama itu selalu disebut saat kuberjumpa dengan insan dari aneka suku, budaya, daerah dan agama. Kasih demikianlah suara orang-orang menyapamu, meski aku sendiri tak pernah bersua denganmu dalam jabat tangan perkenalan. Ingin sekali aku berjumpa denganmu, menatap wajahmu seraya mengurai cerita dan kisah kehidupan ini. Aku mencarimu ke mana saja saat kudengar namamu disebut. Namun semakin aku mencarimu, yang kutemukan hanya sebuah nama sapaan insan-insanku: KASIH. Semua orang mengagungkan engkau. Setiap orang, di manapun dan kapanpun kami berada selalu berkisah tentang kelembutanmu, tentang kesabaran, tentang kerendahan hatimu, tentang ketidakcemburuanmu, tentang ketabahanmu. Begitu agung pribadimu, begitu sahaja sifat dan semangat hidupmu, demikian ungkapan rasa banggaku padamu. Aku terus mencari rimbamu, pesonamu yang memesonakan setiap insan, namun hanya namamu yang selalu kudengar dari insan-insanku yang tekun menyebut namamu, yang setia hadir dalam hidupku. Di manakah engkau Kasih...? tanyaku mencari dirimu. Ada yang mengatakan engkau ada dalam hatiku, engkau ada dalam wajah-wajah sederhana yang tekun, tabah, sabar dan setia. Ada yang mengatakan engkau adalah tangan yang memberi pertolongan, bibir yang memberikan ilham-ilham peneguhan, kaki yang melangkah mendatangi jiwa yang keluh, hati yang membuka diri menerima siapapun, diri yang mengorbankan wakt, tenaga dan perasaan untuk sesamanya. Ada yang melambangkan hadirmu dalam sekuntum mawar, dalam sebungkus cokelat atau kado ulang tahun dan lainnya. Meski terus kudengar namamu dipuji, hidupmu disanjung aku tak berhenti mencarimu. Kucari di setiap sudut-sudut ruang bathin dengan satu harapa bertemu dengamu Kasih. Semakin aku mencarimu, semakin banyak pula kutemukan khianat para insan yang membanggakanmu. Semakin aku mencarimu, aku semakin bertanya mengapa ada khianat di hati ini yang katanya ruang engkau hidup bersamaku, bersama manusia-manusiaku. Kemarin, hari ini kudengar rasa bangga tentang hidupmu, semua terpesona dengan cara hidupmu, namun mataku melihat sendiri tangan-tangan serakah memagut jiwa yang lemah, suara-suara angkuh mencaci dan mencemoh raga yang letih, ruang-ruang jiwa yang menyimpan sejuta iri, dengki, dendam dalam pohon keegoisan. Inikah jiwa yang membanggakan dan mengagungkan engkau jika namamu KASIH yang dipuja telah kehilangan makna oleh nista insan manusia? Dalam peziarahan keheningan iman dan bathin, engkau datang menyapaku dalam satu untain penyadaran; AKU BUKAN BERADA DI LUAR SANA. AKU TIDAK KE MANA-MANA. AKU TIDAK MENYEMBUNYIKAN PARASKU. AKU ADALAH ENGKAU. BERHENTILAH MENCARIKU, KARENA SEMAKIN ENGKAU MENCARIKU, KECEWA YANG KAU DAPATKAN LANTARAN ENGKAU TIDAK PERNAH MENDAPATKAN AKU. JANGAN BERHARAP BERTEMU DENGANKU. KARENA AKU YANG KAU SAPA, KAU DENGAR, KAU BANGGAKAN ADALAH ENGKAU SENDIRI YANG SEJATINYA MENGASIHI DENGAN NAMAKU KASIH UNTUK JIWA-JIWA YANG HAUS AKAN KASIH...BERHENTILAH MENCARIKU...TAPI PERGILAH DAN MASUKI JIWA-JIWA YANG TANDUS AKAN NAMAKU DENGAN HIDUPMU, DIRIMU YANG ADALAH KASIH ITU SENDIRI KARENA DIA ADALAH KASIH YANG MENGASIHIMU. Mendengar sapa suanya...aku hanya menjawab; terima kasih karena AKU BOLEH MEMANGGILMU KASIH tanpa harus mencari rimbamu, tanpa harus menunggu untuk dikasihi, lantaran KASIHMU ADALAH HIDUPKU UNTUK MENGASIHI (bdk. Yoh 15:9-17).

No comments:

Post a Comment