Saturday, March 31, 2012
Palm Sunday
Minggu Palma adalah hari minggu dengan bobot paling tinggi dan penting dalam kalender liturgi. Tidak ada perayaan atau peringatan lain yang boleh menumpang apalagi menggeser Minggu ini. Inilah minggu terakhir Masa Prapaskah dan menjadi tanda dimulainya Pekan Suci. Peristiwa Minggu Palma disebutkan dalam empat Injil (Mk 11:1-11; Mt 21:1-11; Lk 19:28-44 dan Yoh 12:12-19). Sebuah perayaan kemenangan yang akan menjadi nyata dalam Kebangkitan Paskah. Yesus yang naik keledai dengan daun palma di tangan dilambai-lambaikan merupakan pemenuhan nubuat Nabi Zakharia (Zak 9:9). Pada zaman itu sudah menjadi tradisi bahwa raja atau bangsawan datang beriringan dalam sebuah prosesi dengan menunggang keledai. Keledai adalah simbol perdamaian. Maka, mereka yang hadir dengan membawa keledai tiada lain juga membawa pesan perdamaian. Sementara daun palma yang dilambaikan menandai kemenangan dan kemuliaan. Dalam pemahaman yang paling sempit, Minggu Palma adalah permenungan pekan terakhir hidup Yesus. Sepanjang hari-hari itu, dua hal bisa dipersiapkan: penderitaan dan kebangkitan Yesus. Mengapa dan bagaimana ‘penderitaan’ Yesus itu signifikan untuk kita? Pertama, penderitaan dan wafat Yesus menyampaikan makna penebusan. Pesan ini paling nyaring dan tampak jelas dalam Perjamuan Terakhir Kristus dengan para murid-Nya. Matius mengisahkan lahirnya Perayaan Ekaristi dengan menekankan nilai penebusan tersebut: “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (26:28). Kristus adalah Domba Paskah baru yang dikurbankan dan menjadi tebusan banyak orang. Kedua, kedatangan Yesus menandai pendamaian dosa seluruh bangsa. Yesus memperbaiki hubungan manusia dengan Allah dengan mengenyahkan dosa-dosa mereka. Tindakan Yesus yang paling menyentak dalam contoh ini adalah kunjungan Yesus ke rumah Zakeus: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lk 19: 9-10). Ketiga, ‘solidaritas’ merupakan kata kunci untuk menerangkan bagaimana penderitaan dan wafat Kristus memberikan efek pada kita semua para pendosa. Kristus menjadi manusia dan bersedia menanggung beban dosa-dosa dunia dan menjadi ‘domba tebusan salah yang membiarkan dirinya disembelih’ (Bdk Im 14:25). Dalam liturgi Jumat Agung nanti, kita akan mendengarkan dan merenungkan Kitab Yesaya (53:4-6). Bacaan ini membawa kita untuk merenungkan Kristus yang mempraktikan solidaritas sebagai satu tubuh. Gereja umat Allah adalah satu tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya. Jadi, bagaimana Minggu Palma itu penting? Bersama dengan Santo Paulus kita meyakini bahwa kita bisa memahami Yesus sebagai penebus hanya apabila kita berpartisipasi dalam penderitaan-Nya. “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24). Untuk itulah kita berharap ikut juga dalam kebangkitan dan kemuliaan-Nya.
USAILAH SUDAH KISAH MEREKA: TERIMA KASIH
Dengan ini kami sampaikan limpah terima kasih kepada teman-teman fans Gereja Katolik atas kerelaanmu untuk berjalan bersama, membaca dan merenungkan kisah santo-santa sepanjang tahun. Kalau Anda memperhatikan secara saksama maka kisah santo-santa telah terposting di wal GK sejak setahun yang lalu sehingga kemarin adalah hari terakhirnya.
Oleh karena itu, bagi teman-teman yang masih memerlukan kisah santo santa silakan mencari di wall GK. Ini memang pekerjaan sulit tapi kami telah membuktikan bahwa tidak ada yang sulit ketika ada kemauan.
Semoga kisah santo santa yang telah Anda baca semakin menumbuhkan rasa cinta dan pengorbananmu kepada Tuhanmu lewat tugas dan pekerjaan yang Anda emban dalam sisa waktu hidup yang terberi untukmu.
Anda bisa menjadi santo-santa bahkan martir sekalipun di mata Tuhan, kalau memang tidak akan pernah mendapatkan pengakuan di mata manusia.
Oleh karena itu, bagi teman-teman yang masih memerlukan kisah santo santa silakan mencari di wall GK. Ini memang pekerjaan sulit tapi kami telah membuktikan bahwa tidak ada yang sulit ketika ada kemauan.
Semoga kisah santo santa yang telah Anda baca semakin menumbuhkan rasa cinta dan pengorbananmu kepada Tuhanmu lewat tugas dan pekerjaan yang Anda emban dalam sisa waktu hidup yang terberi untukmu.
Anda bisa menjadi santo-santa bahkan martir sekalipun di mata Tuhan, kalau memang tidak akan pernah mendapatkan pengakuan di mata manusia.
"O, CINTAMU DAN CINTAKU"
"Banyak orang ingin menuai cinta tapi mereka enggan menanamnya."
"Cinta bagaikan biji yang harus ditanam, disiram, dipelihara hari demi hari. Jika ia telah berbuah maka akan menghasilkan ratusan bahkan ribuan biji baru lagi."
Hanya mau meyakinkan engkau bahwa "sesaat ketika hatimu dan hatiku bertaut dalam cinta maka cinta itu akan menjadi indah dan menjadi alasan bagi kita untuk berbahagia."
Engkau katakan, aku ini seorang pencinta. Dan, aku setuju. Tapi cintamu hanya bisa bermuara jika ada aku. Demikian pun sebaliknya. Karena itu, harus ada engkau dan aku agar kata cinta itu mendapatkan maknanya."
"Cinta bagaikan biji yang harus ditanam, disiram, dipelihara hari demi hari. Jika ia telah berbuah maka akan menghasilkan ratusan bahkan ribuan biji baru lagi."
Hanya mau meyakinkan engkau bahwa "sesaat ketika hatimu dan hatiku bertaut dalam cinta maka cinta itu akan menjadi indah dan menjadi alasan bagi kita untuk berbahagia."
Engkau katakan, aku ini seorang pencinta. Dan, aku setuju. Tapi cintamu hanya bisa bermuara jika ada aku. Demikian pun sebaliknya. Karena itu, harus ada engkau dan aku agar kata cinta itu mendapatkan maknanya."
“DALAM DIAMNYA KUTAHU DIA ADA”
Minggu, 1 April 2012
HARI MINGGU PALMA (MINGGU SENGSARAN TUHAN)
Mrk.15:22-39;
Isi renungan tentang arti dan makna Minggu Palma bisa Anda dapatkan di gerejamu masing-masing lewat kotbah para romo. Apa yang tersaji dalam renungan pagi ini, adalah tentang makna penderitaan yang juga pantas untuk direnungkan di hari ini.
Derita yang tak tertahankan membuat setiap orang berteriak; Tuhan, dimanakah Engkau? Demikian pun apa yang dilakukan oleh Yesus ketika derita mendera-Nya di kayu salib; "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Apakah Sang Bapa menjawab-Nya seperti pengalaman pembaptisan di sungai Yordan atau dalam perisitiwa transfigurasi di gunung Tabor? Tidak! Sang Bapa hanya diam seribu bahasa memandang kagum si Putra.
Lalu, kita bertanya diri; "Apakah kita yang menjadi anak berkat Yesus, Yang menjadikan Diri-Nya saudara kita mau diperlakukan oleh Sang Bapa lebih dari apa yang pernah dilakukan terhadap Sang Putra kandung-Nya? Seharusnya kita malu karena Ia menderita karena dosa-dosa kita.
Karena itu, ingatlah bahwa terhadap Putra kandung-Nya saja Sang Bapa diam. Meskipun demikian, si Putra tahu bahwa dalam diam Sang Bapa, sesungguhnya Ia memandang kagum akan ketangguhan si Putra untuk menjalankan misi penebusan. Semoga saja kita selalu dikuatkan dalam setiap derita yang mendera kita sepanjang hidup kita.
HARI MINGGU PALMA (MINGGU SENGSARAN TUHAN)
Mrk.15:22-39;
Isi renungan tentang arti dan makna Minggu Palma bisa Anda dapatkan di gerejamu masing-masing lewat kotbah para romo. Apa yang tersaji dalam renungan pagi ini, adalah tentang makna penderitaan yang juga pantas untuk direnungkan di hari ini.
Derita yang tak tertahankan membuat setiap orang berteriak; Tuhan, dimanakah Engkau? Demikian pun apa yang dilakukan oleh Yesus ketika derita mendera-Nya di kayu salib; "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Apakah Sang Bapa menjawab-Nya seperti pengalaman pembaptisan di sungai Yordan atau dalam perisitiwa transfigurasi di gunung Tabor? Tidak! Sang Bapa hanya diam seribu bahasa memandang kagum si Putra.
Lalu, kita bertanya diri; "Apakah kita yang menjadi anak berkat Yesus, Yang menjadikan Diri-Nya saudara kita mau diperlakukan oleh Sang Bapa lebih dari apa yang pernah dilakukan terhadap Sang Putra kandung-Nya? Seharusnya kita malu karena Ia menderita karena dosa-dosa kita.
Karena itu, ingatlah bahwa terhadap Putra kandung-Nya saja Sang Bapa diam. Meskipun demikian, si Putra tahu bahwa dalam diam Sang Bapa, sesungguhnya Ia memandang kagum akan ketangguhan si Putra untuk menjalankan misi penebusan. Semoga saja kita selalu dikuatkan dalam setiap derita yang mendera kita sepanjang hidup kita.
Thursday, March 29, 2012
AKU MERINDUKANMU PEREMPUAN DAYAK
Menjadi seorang pejuang apalagi sosok sebagai perempuan berjuang di tengah aneka tekanan dan ancaman berhadapan dengan komplotan sekutu penguasa dan kapitalis, adalah sebuah pilihan beresiko yang harus diambil oleh satu dari sekian ribu kaum perempuan. Pejuang kemanusia dari kalangan perempuan boleh dihitung dengan jari. Misalkan saja di Indonesia: Cut Nyak Dien, R.A. Kartini. Meski demikian tidak jarang juga ada sebagian perempuan yang sebelumnya adalah sosok pejuang namun mulai terjerat dalam perangkap partai-partai politik yang membungkam suara juang mereka.
Namun tidak bagi sosok perempuan ini. Perempuan ini tetap memilih menjadi seorang pejuang sejati yang memberdayakan kaum perempuan lainnya di kampungnya meski imingan partai banyak yang mampir di tempat kerjanya, bujuk rayu kapitalis serta ancaman para preman kapitalis terus dialami. Semuanya dipandang sebagai resiko dari sebuah perjuangan atas sebuah pilihan Nurani.
Menjadi Berarti bagi Orang Lain
Perempuan yang selalu mengenakan celana jeans panjang itu berasal dari Kampung Long Isun, keturunan asli Dayak Bahau. Penampilannya selalu sederhana, ramah dan selalu menebar senyum dibingkai canda tawa. Sebuah tas ransel hitam berisi dokumen-dokumen penting tentang kelapa sawit selalu menjadi beban di punggungnya. Tidak ada yang istimewa dalam diri sosok perempuan Dayak Bahau ini. Dia sederhana, seakan menggambarkan dirinya adalah sosok perempuan biasa. Ramah dan bergaul dengan siapa saja dan selalu memberikan waktu dan tenaganya untuk pekerjaan kemanusiaan yang diberikan kepadanya. Nuraninya seakan menjadi samudera yang menyimpan segala suara ratapan, ide dan gagasan-gagasan perjuangannya demi dan bagi orang lain khususnya bagi kaumnya masyarakat adat Dayak.
Nuraninya yang menyimpan segala kesederhanaan, keramahan dan menyimpan kekayaan ide serta gagasan perjuangan itu disingkapkan dengan sebuah sikap dan tindakan patriotisme. 13 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 1999, Sang Perempuan Dayak Bahau ini bersama beberapa rekan perempuan lainnya mulai memulai sebuah karya besar sebagai dasar perjuangan memberdayakan kaum perempuan adat Dayak dengan mendirikan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dinamakan Nurani Perempuan sebagai penjelmaan dari Nuraninya yang menjadi rahim segala ratapan kaum perempuan adat Dayak, yang mulai melahirkan sebuah wajah perjuangan mengangkat harkat dan martabat kaumnya.
Baginya; lahirnya Nurani Perempuan adalah bagian dari keprihatinannya atas persoalan sosial yang dihadapi oleh kaum perempuan Dayak dan masyarakat adat yang terkena dampak penggusuran dan limbah perusahaan kelapa sawit. Perempuan berusia 42 tahun saat ini, bersama rekan-rekan perempuan dalam rahim Nurani Perempuan mulai mengepakan sayap perjuangan, menjejakan langkah pengabdian mempertahankan peradaban adat istiadat dengan mendampingi masyarakat adat korban penggusuran perusahaan kelapa sawit, memberikan advokasi dan pemahaman pada masyarakat adat untuk tidak menjual tanah serta memberdayakan kaum perempuan adat Dayak dengan berbagai kerajinan anyaman rotan berupa gelang, tikar, lanja dan memperkenalkan pengelolaan obat-obat tradisional yang berada di hutan-hutan Dayak.
Sebuah perjuangan tak luput dari resiko, bahkan resiko itu tidak jarang datang dari sesama kaum perempuan Dayak sendiri yang hendak menggembosi gerak perjuangan Perempuan Dayak Bahau ini bahkan tidak jarang datang dari kaum lelaki preman yang menjadi kekuatan para kapitalis yang resah dan gerah dengan perjuangan para insan perempuan dari Nurani Perempuan. Segala tantangan tak pernah menyurutkan semangat juang sosok Perempuan Dayak Bahau ini untuk membelah masyarakat adat dan kaum Perempuan Adat Dayak karena baginya BERJUANG ADALAH PILIHAN HIDUP, KARENA SAYA MAU LAHIR, HADIR DAN BERARTI BAGI ORANG-ORANG KECIL YANG TERTINDAS DALAM HAL INI MASYARAKAT ADAT DAYAK, demikian ungkapnya.
18 tahun hidup dalam dunia gerakan di tengah usiaku yang makin menua, semakin membuatku untuk mendedikasikan seluruh hidupku dalam satu perjuangan NURANI untuk memanusiakan manusia dan masyarakat Adat khususnya kaum Perempuan Adat Dayak. Bahkan 18 tahun mempersembahkan hidup dan diriku dalam dunia pergerakan dan perjuangan mengangkat peradaban masyarakat adat dan kaum perempuan adat Dayak bagiku adalah sebuah “pernikahan” (meski aku sendiri tidak menikah), yang selalu membuatku merindukan kampung Dayakku, merindukan masyarakat adatku yang tertindas, merindukan kaum perempuan adatku yang semakin tersisih untuk selalu kembali merajut CINTA, menyatukan kerinduan kami bersama dalam satu tekad dan daya perjuangan yang tak kenal lelah dan kompromi.
Bagiku, perjuanganku bersama masyarakat adat dan kaum perempuan adat Dayak itulah CINTA yang menyatukan kami yang kupandang sebagai sebuah “pernikahan” yang tak mampu memisahkan kami dari satu nafas perjuangan demi keadilan dan kebenaran serta demi mempertahankan hak-hak masyarakat adat dan kaum perempuan adat Dayak meski harus menghadapi aneka macam tirani kehidupan.
Berkisah bersama perempuan Dayak Bahau yang kusapa dengan Trio Waka-Waka (masih ada dua temannya lagi); yang gigih berjuang sebagai seorang Perempuan Dayak, serta melihat semakin minimnya pilihan kaum perempuan Dayak lainnya untuk berjuang membangun keadaban dan peradaban masyarakat adat dan perempuan adat Dayak; tersulut sebuah kerinduan jiwaku; “AKU MERINDUKANMU PEREMPUAN DAYAK” untuk bangkit dan berjuang. Semoga spirit perjuangan Perempuan Adat Dayak ini, menjadi bara semangat bagi kaum perempuan adat Dayak lainnya untuk bangkit dan berjuang bagi masyarakat adat dan kaum Perempuan Adat Dayak di tengah ketidakadilan yang semakin mencengkeram hak-hak masyarakat adat dan kaum perempuan adat Dayak. Di penghujung kisah, seperti kerinduan Perempuan Dayak Bahau ini; aku merindukan sosok perempuan; “MERINDUKANMU PEREMPUAN DAYAK”.
Bangunlah wahai Bundaku untuk berjuang
Kudedikasikan untuk Sosok Perempuan Dayak
Jumad Pekan Pra Paskah V: 30 Maret 2012
Namun tidak bagi sosok perempuan ini. Perempuan ini tetap memilih menjadi seorang pejuang sejati yang memberdayakan kaum perempuan lainnya di kampungnya meski imingan partai banyak yang mampir di tempat kerjanya, bujuk rayu kapitalis serta ancaman para preman kapitalis terus dialami. Semuanya dipandang sebagai resiko dari sebuah perjuangan atas sebuah pilihan Nurani.
Menjadi Berarti bagi Orang Lain
Perempuan yang selalu mengenakan celana jeans panjang itu berasal dari Kampung Long Isun, keturunan asli Dayak Bahau. Penampilannya selalu sederhana, ramah dan selalu menebar senyum dibingkai canda tawa. Sebuah tas ransel hitam berisi dokumen-dokumen penting tentang kelapa sawit selalu menjadi beban di punggungnya. Tidak ada yang istimewa dalam diri sosok perempuan Dayak Bahau ini. Dia sederhana, seakan menggambarkan dirinya adalah sosok perempuan biasa. Ramah dan bergaul dengan siapa saja dan selalu memberikan waktu dan tenaganya untuk pekerjaan kemanusiaan yang diberikan kepadanya. Nuraninya seakan menjadi samudera yang menyimpan segala suara ratapan, ide dan gagasan-gagasan perjuangannya demi dan bagi orang lain khususnya bagi kaumnya masyarakat adat Dayak.
Nuraninya yang menyimpan segala kesederhanaan, keramahan dan menyimpan kekayaan ide serta gagasan perjuangan itu disingkapkan dengan sebuah sikap dan tindakan patriotisme. 13 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 1999, Sang Perempuan Dayak Bahau ini bersama beberapa rekan perempuan lainnya mulai memulai sebuah karya besar sebagai dasar perjuangan memberdayakan kaum perempuan adat Dayak dengan mendirikan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dinamakan Nurani Perempuan sebagai penjelmaan dari Nuraninya yang menjadi rahim segala ratapan kaum perempuan adat Dayak, yang mulai melahirkan sebuah wajah perjuangan mengangkat harkat dan martabat kaumnya.
Baginya; lahirnya Nurani Perempuan adalah bagian dari keprihatinannya atas persoalan sosial yang dihadapi oleh kaum perempuan Dayak dan masyarakat adat yang terkena dampak penggusuran dan limbah perusahaan kelapa sawit. Perempuan berusia 42 tahun saat ini, bersama rekan-rekan perempuan dalam rahim Nurani Perempuan mulai mengepakan sayap perjuangan, menjejakan langkah pengabdian mempertahankan peradaban adat istiadat dengan mendampingi masyarakat adat korban penggusuran perusahaan kelapa sawit, memberikan advokasi dan pemahaman pada masyarakat adat untuk tidak menjual tanah serta memberdayakan kaum perempuan adat Dayak dengan berbagai kerajinan anyaman rotan berupa gelang, tikar, lanja dan memperkenalkan pengelolaan obat-obat tradisional yang berada di hutan-hutan Dayak.
Sebuah perjuangan tak luput dari resiko, bahkan resiko itu tidak jarang datang dari sesama kaum perempuan Dayak sendiri yang hendak menggembosi gerak perjuangan Perempuan Dayak Bahau ini bahkan tidak jarang datang dari kaum lelaki preman yang menjadi kekuatan para kapitalis yang resah dan gerah dengan perjuangan para insan perempuan dari Nurani Perempuan. Segala tantangan tak pernah menyurutkan semangat juang sosok Perempuan Dayak Bahau ini untuk membelah masyarakat adat dan kaum Perempuan Adat Dayak karena baginya BERJUANG ADALAH PILIHAN HIDUP, KARENA SAYA MAU LAHIR, HADIR DAN BERARTI BAGI ORANG-ORANG KECIL YANG TERTINDAS DALAM HAL INI MASYARAKAT ADAT DAYAK, demikian ungkapnya.
18 tahun hidup dalam dunia gerakan di tengah usiaku yang makin menua, semakin membuatku untuk mendedikasikan seluruh hidupku dalam satu perjuangan NURANI untuk memanusiakan manusia dan masyarakat Adat khususnya kaum Perempuan Adat Dayak. Bahkan 18 tahun mempersembahkan hidup dan diriku dalam dunia pergerakan dan perjuangan mengangkat peradaban masyarakat adat dan kaum perempuan adat Dayak bagiku adalah sebuah “pernikahan” (meski aku sendiri tidak menikah), yang selalu membuatku merindukan kampung Dayakku, merindukan masyarakat adatku yang tertindas, merindukan kaum perempuan adatku yang semakin tersisih untuk selalu kembali merajut CINTA, menyatukan kerinduan kami bersama dalam satu tekad dan daya perjuangan yang tak kenal lelah dan kompromi.
Bagiku, perjuanganku bersama masyarakat adat dan kaum perempuan adat Dayak itulah CINTA yang menyatukan kami yang kupandang sebagai sebuah “pernikahan” yang tak mampu memisahkan kami dari satu nafas perjuangan demi keadilan dan kebenaran serta demi mempertahankan hak-hak masyarakat adat dan kaum perempuan adat Dayak meski harus menghadapi aneka macam tirani kehidupan.
Berkisah bersama perempuan Dayak Bahau yang kusapa dengan Trio Waka-Waka (masih ada dua temannya lagi); yang gigih berjuang sebagai seorang Perempuan Dayak, serta melihat semakin minimnya pilihan kaum perempuan Dayak lainnya untuk berjuang membangun keadaban dan peradaban masyarakat adat dan perempuan adat Dayak; tersulut sebuah kerinduan jiwaku; “AKU MERINDUKANMU PEREMPUAN DAYAK” untuk bangkit dan berjuang. Semoga spirit perjuangan Perempuan Adat Dayak ini, menjadi bara semangat bagi kaum perempuan adat Dayak lainnya untuk bangkit dan berjuang bagi masyarakat adat dan kaum Perempuan Adat Dayak di tengah ketidakadilan yang semakin mencengkeram hak-hak masyarakat adat dan kaum perempuan adat Dayak. Di penghujung kisah, seperti kerinduan Perempuan Dayak Bahau ini; aku merindukan sosok perempuan; “MERINDUKANMU PEREMPUAN DAYAK”.
Bangunlah wahai Bundaku untuk berjuang
Kudedikasikan untuk Sosok Perempuan Dayak
Jumad Pekan Pra Paskah V: 30 Maret 2012
Menjadi Orang Yang Cakap
Ayat bacaan: Amsal 22:29
===================
"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina."
menjadi orang yang cakapMelihat istri memasak menjadi sebuah hiburan tersendiri buat saya. Saya melihat bagaimana ia meracik berbagai bahan untuk kemudian tampil menjadi makanan yang lezat. Tidak jarang saya membantunya dalam urusan potong memotong atau iris mengiris, lalu terkagum-kagum melihat hasil potongan atau irisan saya tampil sebagai hidangan nikmat di meja makan. Bayangkan seandainya anda memakan telur mentah, atau memasukkan garam sesendok teh langsung ke mulut, tentu rasanya tidak akan enak. Gula yang manis pun tidak akan enak anda rasa apabila anda memakannya langsung sesendok penuh. Tetapi racikan bahan-bahan dasar itu ketika diolah dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang tidak saja lezat rasanya tetapi juga bermanfaat bagi tubuh kita.
Melanjutkan renungan kemarin mengenai pentingnya untuk mencari tahu atau mengenali talenta-talenta yang sudah disediakan Tuhan dalam hidup kita, hari ini saya ingin mengajak anda untuk menyadari bahwa anda tidak akan bisa berbuat banyak tanpa terlebih dahulu mengolah talenta atau keahlian-keahlian khusus yang telah Dia anugerahkan dalam hidup anda. Talenta seringkali bagaikan "raw material" alias bahan mentah yang perlu terlebih dahulu diasah untuk bisa menciptakan sebuah potensi luar biasa untuk keluar dari diri anda. Jika anda tidak tahu apa yang ada pada diri anda, bagaimana anda bisa mengasahnya? Itulah sebabnya kita perlu terlebih dahulu memeriksa dengan seksama apa sebenarnya yang telah Tuhan sediakan bagi kita, dan tentunya berdoa untuk mengetahui apa yang menjadi rencana Tuhan sesungguhnya untuk kita masing-masing. Setiap orang punya panggilannya sendiri dan yang terbaik tentunya menjalani hidup segaris dengan rencana Tuhan sejak semula bagi kita. Tuhan telah menyediakan talenta-talenta tersendiri bagi kita, dan itu harus kita asah, latih atau bentuk terus agar bisa menjadi kekuatan bagi kita untuk mencapai sukses. Mengetahui, mengasah, mengembangkan dan mempergunakan potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan dan di dalamnya memuliakan Tuhan. Itu intinya.
Tuhan tidak pernah menginginkan anak-anakNya untuk menjadi orang yang suka bekerja setengah-setengah. Jika anda terus mengasah potensi yang ada dalam diri anda, mengasah keterampilan, bakat atau kemampuan-kemampuan khusus dalam diri anda dan dengan sungguh-sungguh mempergunakannya, maka anda akan tampil menjadi orang-orang yang cakap di bidangnya. Itulah yang Tuhan inginkan. Tuhan ingin kita menjadi orang-orang yang cakap di bidang masing-masing. Tuhan suka bekerja lewat kesungguhan dan keseriusan kita, bukan memanjakan kita secara instan. Itu tidak mendidik dan tidak bagus buat kita. Tuhan senang memberkati kita lewat kesungguhan atau keuletan kita dalam bekerja. Bahkan Tuhan ingin kita bisa menjadi contoh dan teladan bagi orang lain lewat segala sesuatu yang kita lakukan, dimana kemuliaanNya akan tercermin terang dan jelas disana.
Salomo mengajukan sebuah kalimat penting mengenai hal ini dalam bentuk pertanyaan kepada kita. "Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." (Amsal 22:29). Perhatikan kata "cakap". Bukan hanya sekedar bekerja saja, tetapi dilengkapi dengan kata "cakap". Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "dilligent and skillful", alias "rajin dan ahli." Itulah yang dimaksudkan lewat kata "cakap", dan itu seharusnya menjadi gambaran dari orang-orang percaya. Bukan setengah-setengah, bukan asal jadi dan bukan pula pas-pasan. Memberi yang terbaik dalam pekerjaan, usaha, atau belajar dan sebagainya, itu merupakan sebuah keharusan. Disana tercakup hal mengetahui potensi dalam diri kita, lalu mengolah, mengasah dan mempergunakannya dengan baik, untuk tujuan baik. Inilah gambaran orang-orang yang cakap, dan mereka yang cakap tentu akan berdiri di posisi tinggi dan terhormat.
Tuhan memandang penting akan sejauh mana kita mengetahui apa yang telah Dia berikan pada kita. Tuhan menghargai usaha keras yang dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh. Dia siap memberkati kita yang selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk terus meningkat naik lebih tinggi lagi. Ini sesuai dengan apa yang dijanjikan Tuhan pula. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia." (Ulangan 28:13). Tuhan menjanjikan keberhasilan, bukan kegagalan. Tuhan menjanjikan masa depan yang gemilang bukan yang buruk. Kita didesain sebagai kepala bukan ekor, dimaksudkan untuk terus naik dan bukan turun. Ini akan kita peroleh jika kita mau mendengarkan perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia. Mencari tahu apa yang ada pada diri kita, bekerja secara serius dan sungguh-sungguh, itu pun merupakan bagian dari melakukan perintah Tuhan dengan setia, dan itu akan membuat kita memperoleh keberhasilan demi keberhasilan dalam karir, keluarga, pelayanan atau dalam apapun yang sedang kita lakukan.
Seperti yang telah kita lihat kemarin, perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30) menggambarkan dengan jelas bahwa Tuhan telah memberikan kita keistimewaan-keistimewaan tersendiri. Semua itu ia titipkan kepada kita agar kita bisa melakukan pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya, dan bukan untuk bekerja asal jadi. Semua itu merupakan bekal yang sangat besar gunanya bagi kita untuk dipergunakan demi kebaikan kita dan kemuliaan Tuhan. Dan ingatlah bahwa semua itu pada suatu ketika haruslah kita pertanggungjawabkan. Banyak tidaknya talenta yang telah Dia titipkan bukan masalah sama sekali. Berapapun yang dipercayakan Tuhan kepada kita merupakan hal yang patut kita syukuri, dan kita harus sadar pula bahwa itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuat kita bisa berhasil dalam setiap apa yang kita kerjakan. Perhatikan rangkaian berikut ini: Tuhan ingin kita sukses, Tuhan memberikan bekal buat kita untuk itu, dan Tuhan siap memberkati pekerjaan kita. Bukankah itu merupakan sebuah kesatuan yang luar biasa indahnya? Dengan bekerja serius maka berarti kita menghargai Tuhan, sebaliknya bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang yang bersyukur apabila kita tidak mau serius dalam bekerja? Menjadi cakap itu artinya kita memuliakanNya, tetapi bagaimana kita mengaku mengasihi Tuhan kalau kita terlalu malas untuk mengasah dan mengolah potensi diri kita, atau bahkan tidak tahu apa yang kita miliki sama sekali?
Selanjutnya ingatlah bahwa Tuhan pun sudah menegaskan kita agar bekerja serius seperti melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Tuhan memandang penting arti sebuah keseriusan dari diri kita. Jika kita melakukannya dengan sebaik mungkin dan memuliakan Tuhan di dalamnya, tentu Tuhan pun tidak akan sungkan-sungkan untuk memberkati kita tepat seperti apa yang Dia rindukan. Bayangkan betapa senangnya Tuhan apabila melihat anak-anakNya menjadi orang-orang yang berpengaruh dalam bidangnya masing-masing, menjadi teladan bagi pekerja lain, serta rajin, jujur dan setia dalam setiap yang dikerjakan. Orang tua kita saja akan merasa sangat bangga, apalagi Bapa kita di Surga. Cari tahu terlebih dahulu potensi apa yang kita miliki, lalu mengasah dan mengolahnya, dan pergunakan dengan baik, untuk tujuan baik. Jangan lupa pula untuk mencari tahu apa rencana Tuhan sesungguhnya atas diri kita masing-masing dan mendoakan setiap langkah agar seturut kehendak Tuhan. Ini akan membuat anda tampil sebagai orang yang dikatakan cakap, dan disanalah anda akan menggenapi posisi anda yang sesungguhnya seperti yang diinginkan Tuhan.
Perhatikanlah performance anda saat ini. Sudahkah anda memberikan yang terbaik dalam pekerjaan atau studi anda? Sudahkah anda melakukan yang terbaik bagi keluarga anda? Pedulikah anda akan kecakapan, maukah anda terus melatih diri agar menjadi lebih cakap lagi? Ketahuilah bahwa Tuhan akan selalu siap memperbesar kapasitas dari orang-orang yang cakap di bidangnya masing-masing. Keberhasilan merupakan bagian dari kehidupan anak-anak Tuhan, dan itu akan bisa dicapai apabila kita mau menghargai segala talenta yang diberikan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan mempergunakannya dengan baik dalam pekerjaan kita. Ada masa depan yang indah penuh dengan keberhasilan bagi kita semua, dan itu semua akan bisa dicapai apabila kita mau mempergunakan talenta-talenta dari Tuhan yang sudah terasah dengan baik untuk kemuliaanNya.
Jadilah orang cakap yang akan menempati posisi terhormat di bidang kita masing-masing
===================
"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina."
menjadi orang yang cakapMelihat istri memasak menjadi sebuah hiburan tersendiri buat saya. Saya melihat bagaimana ia meracik berbagai bahan untuk kemudian tampil menjadi makanan yang lezat. Tidak jarang saya membantunya dalam urusan potong memotong atau iris mengiris, lalu terkagum-kagum melihat hasil potongan atau irisan saya tampil sebagai hidangan nikmat di meja makan. Bayangkan seandainya anda memakan telur mentah, atau memasukkan garam sesendok teh langsung ke mulut, tentu rasanya tidak akan enak. Gula yang manis pun tidak akan enak anda rasa apabila anda memakannya langsung sesendok penuh. Tetapi racikan bahan-bahan dasar itu ketika diolah dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang tidak saja lezat rasanya tetapi juga bermanfaat bagi tubuh kita.
Melanjutkan renungan kemarin mengenai pentingnya untuk mencari tahu atau mengenali talenta-talenta yang sudah disediakan Tuhan dalam hidup kita, hari ini saya ingin mengajak anda untuk menyadari bahwa anda tidak akan bisa berbuat banyak tanpa terlebih dahulu mengolah talenta atau keahlian-keahlian khusus yang telah Dia anugerahkan dalam hidup anda. Talenta seringkali bagaikan "raw material" alias bahan mentah yang perlu terlebih dahulu diasah untuk bisa menciptakan sebuah potensi luar biasa untuk keluar dari diri anda. Jika anda tidak tahu apa yang ada pada diri anda, bagaimana anda bisa mengasahnya? Itulah sebabnya kita perlu terlebih dahulu memeriksa dengan seksama apa sebenarnya yang telah Tuhan sediakan bagi kita, dan tentunya berdoa untuk mengetahui apa yang menjadi rencana Tuhan sesungguhnya untuk kita masing-masing. Setiap orang punya panggilannya sendiri dan yang terbaik tentunya menjalani hidup segaris dengan rencana Tuhan sejak semula bagi kita. Tuhan telah menyediakan talenta-talenta tersendiri bagi kita, dan itu harus kita asah, latih atau bentuk terus agar bisa menjadi kekuatan bagi kita untuk mencapai sukses. Mengetahui, mengasah, mengembangkan dan mempergunakan potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan dan di dalamnya memuliakan Tuhan. Itu intinya.
Tuhan tidak pernah menginginkan anak-anakNya untuk menjadi orang yang suka bekerja setengah-setengah. Jika anda terus mengasah potensi yang ada dalam diri anda, mengasah keterampilan, bakat atau kemampuan-kemampuan khusus dalam diri anda dan dengan sungguh-sungguh mempergunakannya, maka anda akan tampil menjadi orang-orang yang cakap di bidangnya. Itulah yang Tuhan inginkan. Tuhan ingin kita menjadi orang-orang yang cakap di bidang masing-masing. Tuhan suka bekerja lewat kesungguhan dan keseriusan kita, bukan memanjakan kita secara instan. Itu tidak mendidik dan tidak bagus buat kita. Tuhan senang memberkati kita lewat kesungguhan atau keuletan kita dalam bekerja. Bahkan Tuhan ingin kita bisa menjadi contoh dan teladan bagi orang lain lewat segala sesuatu yang kita lakukan, dimana kemuliaanNya akan tercermin terang dan jelas disana.
Salomo mengajukan sebuah kalimat penting mengenai hal ini dalam bentuk pertanyaan kepada kita. "Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." (Amsal 22:29). Perhatikan kata "cakap". Bukan hanya sekedar bekerja saja, tetapi dilengkapi dengan kata "cakap". Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "dilligent and skillful", alias "rajin dan ahli." Itulah yang dimaksudkan lewat kata "cakap", dan itu seharusnya menjadi gambaran dari orang-orang percaya. Bukan setengah-setengah, bukan asal jadi dan bukan pula pas-pasan. Memberi yang terbaik dalam pekerjaan, usaha, atau belajar dan sebagainya, itu merupakan sebuah keharusan. Disana tercakup hal mengetahui potensi dalam diri kita, lalu mengolah, mengasah dan mempergunakannya dengan baik, untuk tujuan baik. Inilah gambaran orang-orang yang cakap, dan mereka yang cakap tentu akan berdiri di posisi tinggi dan terhormat.
Tuhan memandang penting akan sejauh mana kita mengetahui apa yang telah Dia berikan pada kita. Tuhan menghargai usaha keras yang dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh. Dia siap memberkati kita yang selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk terus meningkat naik lebih tinggi lagi. Ini sesuai dengan apa yang dijanjikan Tuhan pula. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia." (Ulangan 28:13). Tuhan menjanjikan keberhasilan, bukan kegagalan. Tuhan menjanjikan masa depan yang gemilang bukan yang buruk. Kita didesain sebagai kepala bukan ekor, dimaksudkan untuk terus naik dan bukan turun. Ini akan kita peroleh jika kita mau mendengarkan perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia. Mencari tahu apa yang ada pada diri kita, bekerja secara serius dan sungguh-sungguh, itu pun merupakan bagian dari melakukan perintah Tuhan dengan setia, dan itu akan membuat kita memperoleh keberhasilan demi keberhasilan dalam karir, keluarga, pelayanan atau dalam apapun yang sedang kita lakukan.
Seperti yang telah kita lihat kemarin, perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30) menggambarkan dengan jelas bahwa Tuhan telah memberikan kita keistimewaan-keistimewaan tersendiri. Semua itu ia titipkan kepada kita agar kita bisa melakukan pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya, dan bukan untuk bekerja asal jadi. Semua itu merupakan bekal yang sangat besar gunanya bagi kita untuk dipergunakan demi kebaikan kita dan kemuliaan Tuhan. Dan ingatlah bahwa semua itu pada suatu ketika haruslah kita pertanggungjawabkan. Banyak tidaknya talenta yang telah Dia titipkan bukan masalah sama sekali. Berapapun yang dipercayakan Tuhan kepada kita merupakan hal yang patut kita syukuri, dan kita harus sadar pula bahwa itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuat kita bisa berhasil dalam setiap apa yang kita kerjakan. Perhatikan rangkaian berikut ini: Tuhan ingin kita sukses, Tuhan memberikan bekal buat kita untuk itu, dan Tuhan siap memberkati pekerjaan kita. Bukankah itu merupakan sebuah kesatuan yang luar biasa indahnya? Dengan bekerja serius maka berarti kita menghargai Tuhan, sebaliknya bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang yang bersyukur apabila kita tidak mau serius dalam bekerja? Menjadi cakap itu artinya kita memuliakanNya, tetapi bagaimana kita mengaku mengasihi Tuhan kalau kita terlalu malas untuk mengasah dan mengolah potensi diri kita, atau bahkan tidak tahu apa yang kita miliki sama sekali?
Selanjutnya ingatlah bahwa Tuhan pun sudah menegaskan kita agar bekerja serius seperti melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Tuhan memandang penting arti sebuah keseriusan dari diri kita. Jika kita melakukannya dengan sebaik mungkin dan memuliakan Tuhan di dalamnya, tentu Tuhan pun tidak akan sungkan-sungkan untuk memberkati kita tepat seperti apa yang Dia rindukan. Bayangkan betapa senangnya Tuhan apabila melihat anak-anakNya menjadi orang-orang yang berpengaruh dalam bidangnya masing-masing, menjadi teladan bagi pekerja lain, serta rajin, jujur dan setia dalam setiap yang dikerjakan. Orang tua kita saja akan merasa sangat bangga, apalagi Bapa kita di Surga. Cari tahu terlebih dahulu potensi apa yang kita miliki, lalu mengasah dan mengolahnya, dan pergunakan dengan baik, untuk tujuan baik. Jangan lupa pula untuk mencari tahu apa rencana Tuhan sesungguhnya atas diri kita masing-masing dan mendoakan setiap langkah agar seturut kehendak Tuhan. Ini akan membuat anda tampil sebagai orang yang dikatakan cakap, dan disanalah anda akan menggenapi posisi anda yang sesungguhnya seperti yang diinginkan Tuhan.
Perhatikanlah performance anda saat ini. Sudahkah anda memberikan yang terbaik dalam pekerjaan atau studi anda? Sudahkah anda melakukan yang terbaik bagi keluarga anda? Pedulikah anda akan kecakapan, maukah anda terus melatih diri agar menjadi lebih cakap lagi? Ketahuilah bahwa Tuhan akan selalu siap memperbesar kapasitas dari orang-orang yang cakap di bidangnya masing-masing. Keberhasilan merupakan bagian dari kehidupan anak-anak Tuhan, dan itu akan bisa dicapai apabila kita mau menghargai segala talenta yang diberikan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan mempergunakannya dengan baik dalam pekerjaan kita. Ada masa depan yang indah penuh dengan keberhasilan bagi kita semua, dan itu semua akan bisa dicapai apabila kita mau mempergunakan talenta-talenta dari Tuhan yang sudah terasah dengan baik untuk kemuliaanNya.
Jadilah orang cakap yang akan menempati posisi terhormat di bidang kita masing-masing
MEMBANGUN DUNIA YANG BARU DAN DAMAI: BUAH NYATA EKARISTI
(Lanjutan permenungan menjelang paskah, dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)
Paus Yohanes Paulus II berkata:
20 Konsekuensi penting dari tegangan eskatologis sebagaimana terdapat dalam Ekaristi adalah juga kenyataan panduannya terhadap peziarahan kita sepanjang sejarah, dan serentak menyemaikan benih pengharapan yang hidup dalam komitmen harian kita untuk melakukan pekerjaan kita. Pastilah visi kristiani mengarah kepada penantian “langit dan bumi yang baru” (Why 21:1). Hal itu justru menambah, dan bukan mengurangi, ‘rasa tanggung jawab kita terhadap dunia dewasa ini’ [bdk. GS 39]. Saya ingin sungguh-sungguh menegaskan pada awal millennium baru ini, agar umat kristiani lebih merasa wajib melaksanakan tugasnya, dan tidak melupakannya sebagai warga dunia. Dalam terang Injil, mereka wajib menyumbang bagi pembangunan dunia yang lebih manusiawi, bagi dunia yang lebih sesuai dengan rencana Allah.
Banyak masalah telah meredupkan cakrawala dewasa ini. Kita wajib memikirkan kebutuhan yang mendesak bagi perdamaian, mendasarkan hubungan antar-bangsa atas premis-premis keadilan dan solidaritas yang tangguh, serta membela hidup manusia sejak kandungan hingga akhir alaminya. Dan apa yang patut kita katakan mengenai inkonsistensi-inkonsistensi “globalisasi” dunia, di mana orang lemah, yang paling tidak berdaya dan paling miskin, hampir tidak punya harapan. Justru dalam dunia seperti ini, pengharapan Kristen harus lebih bersinar! Inilah juga alasan, mengapa Tuhan ingin tinggal bersama kita dalam Ekaristi, sembari menjadikan kehadiran-Nya dalam santapan dan kurban menjadi janji kemanusiaan yang diperbaharui oleh kasih. Dengan penuh makna, dalam kisah Perjamuan Malam, Injil sinoptis mengisahkan pelembagaan Ekaristi, sedangkan Injil Yohanes melaporkan, sebagai pengungkapan maknanya yang dalam, kisah “pembasuhan kaki”. Di sana Yesus tampil sebagai Guru dan Hamba persekutuan (lih Yoh 13:1-20). Rasul Paulus, pada gilirannya, berkata bahwa “tidak layaklah” komunitas kristiani ambil bagian dalam Perjamuan Tuhan, bila mereka bertikai atau acuh tak acuh terhadap orang miskin (lih 1Kor 11:17-22, 27-34). [bdk. Ensiklik Sri Paus Yohanes Paulus II, ‘Keprihatinan Sosial’ (Sollicitudo Rei Socialis) (30 Desember 1987), 31: AAS 80 (1988), 553-556].
Pewartaan wafat Tuhan “sampai Ia datang kembali” (1Kor 11:26) membawa sertanya juga agar semua yang ambil bagian dalam Ekaristi berkomitmen mengubah hidup dan menjadikannya sama sekali bersifat Ekaristi. Justru buah inilah dari eksistensi yang telah diubahkan dan komitmen untuk mengubah dunia sesuai Injil yang menjadi hiasan indah tegangan eskatologis sebagaimana terkandung dalam perayaan Ekaristi dan dalam hidup kristiani sebagai keseluruhan: “Datanglah, Tuhan Yesus!” (Why 22:20).
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Paus Yohanes Paulus II berkata:
20 Konsekuensi penting dari tegangan eskatologis sebagaimana terdapat dalam Ekaristi adalah juga kenyataan panduannya terhadap peziarahan kita sepanjang sejarah, dan serentak menyemaikan benih pengharapan yang hidup dalam komitmen harian kita untuk melakukan pekerjaan kita. Pastilah visi kristiani mengarah kepada penantian “langit dan bumi yang baru” (Why 21:1). Hal itu justru menambah, dan bukan mengurangi, ‘rasa tanggung jawab kita terhadap dunia dewasa ini’ [bdk. GS 39]. Saya ingin sungguh-sungguh menegaskan pada awal millennium baru ini, agar umat kristiani lebih merasa wajib melaksanakan tugasnya, dan tidak melupakannya sebagai warga dunia. Dalam terang Injil, mereka wajib menyumbang bagi pembangunan dunia yang lebih manusiawi, bagi dunia yang lebih sesuai dengan rencana Allah.
Banyak masalah telah meredupkan cakrawala dewasa ini. Kita wajib memikirkan kebutuhan yang mendesak bagi perdamaian, mendasarkan hubungan antar-bangsa atas premis-premis keadilan dan solidaritas yang tangguh, serta membela hidup manusia sejak kandungan hingga akhir alaminya. Dan apa yang patut kita katakan mengenai inkonsistensi-inkonsistensi “globalisasi” dunia, di mana orang lemah, yang paling tidak berdaya dan paling miskin, hampir tidak punya harapan. Justru dalam dunia seperti ini, pengharapan Kristen harus lebih bersinar! Inilah juga alasan, mengapa Tuhan ingin tinggal bersama kita dalam Ekaristi, sembari menjadikan kehadiran-Nya dalam santapan dan kurban menjadi janji kemanusiaan yang diperbaharui oleh kasih. Dengan penuh makna, dalam kisah Perjamuan Malam, Injil sinoptis mengisahkan pelembagaan Ekaristi, sedangkan Injil Yohanes melaporkan, sebagai pengungkapan maknanya yang dalam, kisah “pembasuhan kaki”. Di sana Yesus tampil sebagai Guru dan Hamba persekutuan (lih Yoh 13:1-20). Rasul Paulus, pada gilirannya, berkata bahwa “tidak layaklah” komunitas kristiani ambil bagian dalam Perjamuan Tuhan, bila mereka bertikai atau acuh tak acuh terhadap orang miskin (lih 1Kor 11:17-22, 27-34). [bdk. Ensiklik Sri Paus Yohanes Paulus II, ‘Keprihatinan Sosial’ (Sollicitudo Rei Socialis) (30 Desember 1987), 31: AAS 80 (1988), 553-556].
Pewartaan wafat Tuhan “sampai Ia datang kembali” (1Kor 11:26) membawa sertanya juga agar semua yang ambil bagian dalam Ekaristi berkomitmen mengubah hidup dan menjadikannya sama sekali bersifat Ekaristi. Justru buah inilah dari eksistensi yang telah diubahkan dan komitmen untuk mengubah dunia sesuai Injil yang menjadi hiasan indah tegangan eskatologis sebagaimana terkandung dalam perayaan Ekaristi dan dalam hidup kristiani sebagai keseluruhan: “Datanglah, Tuhan Yesus!” (Why 22:20).
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Orang kudus (santo-santa) hari ini, 30 maret 2012
"Hidup dan nyawa diserahkan kepada Tuhan. Pelayanan adalah wujud nyata dari cinta mereka. Semoga kita pun selalu tergerak untuk melakukan kebaikan selama hidup terberi kepada kita."
Santo Yohanes Klimakus, Pertapa
Kisah masa kecil dan masa muda Yohanes Klimakus kurang diketahui dengan pasti. Banyak orang menduga bahwa ia berasal dari Palestina dan telah berkeluarga sewaktu memasuki biara pertapaan di gunung Sinai. Ia dikenal sebagai seseorang yang mampu bertahan terhadap aneka macam cobaan. Ia mampu mengekang dirinya terhadap segala macam godaan. Setelah selesai masa novisiatnya selama 4 tahun, ia mengikrarkan kaulnya. Melihat kepribadiannya yang menarik, Abbas biara itu meramalkan bahwa Yohanes akan menjadi Terang Besar bagi Gereja.
Beberapa tahun setelah kaulnya, Yohanes mengundurkan diri dari pertapaan gunung Sinai itu dan memencilkan diri ke gurun pasir yang sunyi. Disana ia mempelajari riwayat para Kudus serta berbagai tulisan mereka. Usaha ini berhasil membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang bijaksana dan suci. Banyak orang yang tertarik dengan kepribadiannya yang rajin datang meminta nasehat dan bimbingannya. Ia sendiripun sangat sering mengunjungi para pertapa lain di Mesir. Tentang para pertapa Mesir itu, Yohanes berkata: Kebanyakan mereka sudah tua; rambut mereka sudah putih termakan usia; kulit mereka berkerut keriput; tetapi wajah mereka ceria dan memancarkan kebijaksanaan hidup yang mendalam; keramahan dan kegembiraan mereka membuat saya senang berada diantara mereka; hati mereka tertuju kepada Allah dalam kepolosan dan kemurnian.
Dalam usia 70 tahun, Yohanes dipilih sebagai Abbas di tempat pertapaan di Gunung Sinai. Ia menulis sebuah buku mengenai kesempurnaan hidup Kristiani, yang terkenal selama berabad - abad. Pada hari- hari menjelang kematiannya, ia mengundurkan diri ketempat sunyi untuk berdoa dan bertapa. Ia meninggal pada tahun 649.
Santa Roswita, Pengaku Iman
Roswita hidup antara tahun 935- 1000. orang tuanya yang kaya itu memasukan dia dalam biara Gandersheim di Jerman untuk dididik oleh suster- suster di biara itu. Mereka berharap anaknya bisa memperoleh pendidikan yang baik. Sesudah dewasa, Roswita memutuskan untuk menjadi suster di biara itu. Suster Roswita pandai menggubah syair dan mengarang buku- buku roman dan buku- buku keagamaan.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
Santo Yohanes Klimakus, Pertapa
Kisah masa kecil dan masa muda Yohanes Klimakus kurang diketahui dengan pasti. Banyak orang menduga bahwa ia berasal dari Palestina dan telah berkeluarga sewaktu memasuki biara pertapaan di gunung Sinai. Ia dikenal sebagai seseorang yang mampu bertahan terhadap aneka macam cobaan. Ia mampu mengekang dirinya terhadap segala macam godaan. Setelah selesai masa novisiatnya selama 4 tahun, ia mengikrarkan kaulnya. Melihat kepribadiannya yang menarik, Abbas biara itu meramalkan bahwa Yohanes akan menjadi Terang Besar bagi Gereja.
Beberapa tahun setelah kaulnya, Yohanes mengundurkan diri dari pertapaan gunung Sinai itu dan memencilkan diri ke gurun pasir yang sunyi. Disana ia mempelajari riwayat para Kudus serta berbagai tulisan mereka. Usaha ini berhasil membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang bijaksana dan suci. Banyak orang yang tertarik dengan kepribadiannya yang rajin datang meminta nasehat dan bimbingannya. Ia sendiripun sangat sering mengunjungi para pertapa lain di Mesir. Tentang para pertapa Mesir itu, Yohanes berkata: Kebanyakan mereka sudah tua; rambut mereka sudah putih termakan usia; kulit mereka berkerut keriput; tetapi wajah mereka ceria dan memancarkan kebijaksanaan hidup yang mendalam; keramahan dan kegembiraan mereka membuat saya senang berada diantara mereka; hati mereka tertuju kepada Allah dalam kepolosan dan kemurnian.
Dalam usia 70 tahun, Yohanes dipilih sebagai Abbas di tempat pertapaan di Gunung Sinai. Ia menulis sebuah buku mengenai kesempurnaan hidup Kristiani, yang terkenal selama berabad - abad. Pada hari- hari menjelang kematiannya, ia mengundurkan diri ketempat sunyi untuk berdoa dan bertapa. Ia meninggal pada tahun 649.
Santa Roswita, Pengaku Iman
Roswita hidup antara tahun 935- 1000. orang tuanya yang kaya itu memasukan dia dalam biara Gandersheim di Jerman untuk dididik oleh suster- suster di biara itu. Mereka berharap anaknya bisa memperoleh pendidikan yang baik. Sesudah dewasa, Roswita memutuskan untuk menjadi suster di biara itu. Suster Roswita pandai menggubah syair dan mengarang buku- buku roman dan buku- buku keagamaan.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
LETAK KEKUATAN
Ada kekuatan di dalam kasih,
dan orang yang sanggup mengasihi adalah orang yang kuat
karena ia bisa mengalahkan keinginannya untuk mementingkan diri sendiri.
Ada kekuatan dalam sukacita,
dan orang yang bersukacita adalah orang yang kuat
karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan.
Ada kekuatan di dalam damai sejahtera,
dan orang yang dirinya penuh damai sejahtera adalah orang yang kuat
karena ia tidak pernah tergoyahkan dan tidak mudah diombang-ambingkan.
Ada kekuatan di dalam kesabaran,
dan orang yang sabar adalah orang yang kuat
karena ia sanggup menanggung segala sesuatu
dan ia tidak pernah merasa disakiti.
Ada kekuatan di dalam kemurahan,
dan orang yang murah hati adalah orang yang kuat
karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya
untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.
Ada kekuatan di dalam kebaikan,
dan orang yang baik adalah orang yang kuat
karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik bagi semua orang.
Ada kekuatan di dalam kesetiaan,
dan orang yang setia adalah orang yang kuat
karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi
dengan kesetiaannya kepada Allah dan sesama.
Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan,
dan orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat
karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.
Ada kekuatan di dalam penguasaan diri,
dan orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat
karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.
Disitulah semua letak-letak dimana kekuatan sejati berada.
Dan sadarlah bahwa kita juga memiliki cukup kekuatan
untuk mengatasi segala masalah kita.
Di manapun juga, seberat dan serumit apapun juga.
" Tetapi buah Roh ialah : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5 : 22-23)
Diposkan oleh Kasih Yesus di dalam hidupku di 10:29 AM
dan orang yang sanggup mengasihi adalah orang yang kuat
karena ia bisa mengalahkan keinginannya untuk mementingkan diri sendiri.
Ada kekuatan dalam sukacita,
dan orang yang bersukacita adalah orang yang kuat
karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan.
Ada kekuatan di dalam damai sejahtera,
dan orang yang dirinya penuh damai sejahtera adalah orang yang kuat
karena ia tidak pernah tergoyahkan dan tidak mudah diombang-ambingkan.
Ada kekuatan di dalam kesabaran,
dan orang yang sabar adalah orang yang kuat
karena ia sanggup menanggung segala sesuatu
dan ia tidak pernah merasa disakiti.
Ada kekuatan di dalam kemurahan,
dan orang yang murah hati adalah orang yang kuat
karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya
untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.
Ada kekuatan di dalam kebaikan,
dan orang yang baik adalah orang yang kuat
karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik bagi semua orang.
Ada kekuatan di dalam kesetiaan,
dan orang yang setia adalah orang yang kuat
karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi
dengan kesetiaannya kepada Allah dan sesama.
Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan,
dan orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat
karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.
Ada kekuatan di dalam penguasaan diri,
dan orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat
karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.
Disitulah semua letak-letak dimana kekuatan sejati berada.
Dan sadarlah bahwa kita juga memiliki cukup kekuatan
untuk mengatasi segala masalah kita.
Di manapun juga, seberat dan serumit apapun juga.
" Tetapi buah Roh ialah : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5 : 22-23)
Diposkan oleh Kasih Yesus di dalam hidupku di 10:29 AM
Wednesday, March 28, 2012
ARTI DARI SEBUAH NAMA BARU
Renungan hari Kamis, 29 Maret 2012
Nama baru biasanya menandai hidup baru. Ada nama baru yang bagus-bagus. Dulunya ia bernama Pitunem, setelah menjadi suster namanya: Maria Lucia. Dulunya namanya mas Kliwon, setelah menjadi Bruder, namanya: Stefanus. Panggilannya Bruder Stef! Sementara itu banyak pelawak lebih popular dengan nama barunya (nama panggilannya) yang terdengar lucu daripada nama aslinya. Kita lebih mengenal Tukul Arwana daripada nama lengkapnya Tukul Riyanto. Nama itu memang bermakna, dan nama menjadi indentitas diri seseorang.
Bacaan pertama hari ini mengisahkan perjanjian Allah dengan Abraham. Tanda perjanjian tersebut ialah perubahan nama Abram yang menjadi Abraham. Kata Abraham berarti “bapa banyak bangsa”. Dari sini tampaklah, bahwa nama baru selain mengungkapkan hidup dan status baru, juga mengungkapkan ikatan perjanjian yang mestinya menjadi panggilan dan perutusan seseorang. Abram menjadi Abraham karena ia akan menjadi bapa segala bangsa, yakni bapa semua orang beriman. Untuk itu Abraham mesti memegang perjanjian dengan Allah. Abraham sendiri akan mati, tetapi siapa yang memegang dan menghidupi apa yang dihidupi Abraham, yaitu Firman Allah, akan tetap hidup. Itulah Sabda Yesus dalam Injil Yohanes hari ini. Barangsiapa menuruti Firman Tuhan tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.
Dengan baptisan, kita menerima tambahan nama baru, entah itu Maria, Cecilia, Lucia, Yohanna, Petrus, Gregorius, dan lain-lain. Nama baptis kita bukan mau gagah-gagahan. Nama baptis itu punya makna bagi kita supaya perilaku dan cara hidup kita bisa mengikuti teladan orang kudus yang namanya kita ambil. Nama baptisan itu menyatakan tugas panggilan dan perutusan kita, yakni untuk hidup setia mengikuti Kristus dengan menuruti segala Sabda-Nya. Kita akan menjadi berkat bagi siapa pun, bila kita menghidupi status hidup baru kita sebagai murid-murid. Marilah hari ini kita merenung-renung konsekuensi nama baptisan kita. Apakah kita berlaku seperti orang kudus yang namanya menjadi nama baptis kita? Ehh.., omong-omong, Anda sudah mengenal santo atau santa pelindung Anda dengan baik, atau belum? Apakah Anda punya nama baptis atau tidak? Semoga nama baptis yang dikenakan dalam diri kita membuat kita menjadi orang yang semakin beriman akan Kristus dan sekaligus menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memberkati.
Nama baru biasanya menandai hidup baru. Ada nama baru yang bagus-bagus. Dulunya ia bernama Pitunem, setelah menjadi suster namanya: Maria Lucia. Dulunya namanya mas Kliwon, setelah menjadi Bruder, namanya: Stefanus. Panggilannya Bruder Stef! Sementara itu banyak pelawak lebih popular dengan nama barunya (nama panggilannya) yang terdengar lucu daripada nama aslinya. Kita lebih mengenal Tukul Arwana daripada nama lengkapnya Tukul Riyanto. Nama itu memang bermakna, dan nama menjadi indentitas diri seseorang.
Bacaan pertama hari ini mengisahkan perjanjian Allah dengan Abraham. Tanda perjanjian tersebut ialah perubahan nama Abram yang menjadi Abraham. Kata Abraham berarti “bapa banyak bangsa”. Dari sini tampaklah, bahwa nama baru selain mengungkapkan hidup dan status baru, juga mengungkapkan ikatan perjanjian yang mestinya menjadi panggilan dan perutusan seseorang. Abram menjadi Abraham karena ia akan menjadi bapa segala bangsa, yakni bapa semua orang beriman. Untuk itu Abraham mesti memegang perjanjian dengan Allah. Abraham sendiri akan mati, tetapi siapa yang memegang dan menghidupi apa yang dihidupi Abraham, yaitu Firman Allah, akan tetap hidup. Itulah Sabda Yesus dalam Injil Yohanes hari ini. Barangsiapa menuruti Firman Tuhan tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.
Dengan baptisan, kita menerima tambahan nama baru, entah itu Maria, Cecilia, Lucia, Yohanna, Petrus, Gregorius, dan lain-lain. Nama baptis kita bukan mau gagah-gagahan. Nama baptis itu punya makna bagi kita supaya perilaku dan cara hidup kita bisa mengikuti teladan orang kudus yang namanya kita ambil. Nama baptisan itu menyatakan tugas panggilan dan perutusan kita, yakni untuk hidup setia mengikuti Kristus dengan menuruti segala Sabda-Nya. Kita akan menjadi berkat bagi siapa pun, bila kita menghidupi status hidup baru kita sebagai murid-murid. Marilah hari ini kita merenung-renung konsekuensi nama baptisan kita. Apakah kita berlaku seperti orang kudus yang namanya menjadi nama baptis kita? Ehh.., omong-omong, Anda sudah mengenal santo atau santa pelindung Anda dengan baik, atau belum? Apakah Anda punya nama baptis atau tidak? Semoga nama baptis yang dikenakan dalam diri kita membuat kita menjadi orang yang semakin beriman akan Kristus dan sekaligus menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memberkati.
EKARISTI: SECERCAH PENAMPAKAN SURGA DI ATAS BUMI
(Lanjutan permenungan menjelang paskah, dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)
Paus Yohanes Paulus II berkata:
18 Aklamasi umat, menyusul konsekrasi, dengan tepat mengakhiri perayaan Ekaristi dengan visi eskatologis (lih 1Kor 11:26): “sampai Tuhan datang dalam kemuliaan”. Ekaristi adalah upaya mengejar tujuan, pencicipan citarasa kepenuhan sukacita yang dijanjikan oleh Kristus (lih Yoh 15:11). Dalam satu cara inilah antisipasi surga, “meterai kemuliaan yang akan datang.” [lih Perayaan Tubuh dan Darah Kristus, Ibadat Sore II, Antifon Madah]. Dalam Ekaristi, segala makhluk berdendang penuh penantian, akan “pengharapan sukacita kedatangan Juruselamat Yesus Kristus.” [lih Misale Romawi, Embolisme sesudah Bapa Kami]. Para penyantap tubuh Kristus dalam Ekaristi tidak perlu menunggu akhir dunia menerima hidup kekal: ‘mereka telah memilikinya di dunia ini’, sebagai buah sulung kepenuhan yang akan datang, yang memuaskan manusia tak kurang suatu apa. Sebab dalam Ekaristi juga kita menerima jaminan kebangkitan tubuh pada akhir dunia: “Barangsiapa makan tubuh-Ku dan minum darah-Ku memiliki hidup kekal, dan Aku akan membangkitkannya pada hari akhir” (Yoh 6:54). Jaminan kebangkitan kita kelak beroleh dasarnya pada kenyataan bahwa tubuh Putera Manusia, yang kita santap, adalah tubuh mulia Tuhan yang membangkitkan. Kita seolah mencernakan “rahasia” kebangkitan. Itulah sebabnya, Santo Ignasius Antiokhia dengan tepat merumuskan Roti Ekaristi sebagai “penawar ketidakmatian, penangkal kematian.” [lih Misale Surat Efese, 20: PG 5:661].
19 Tegangan eskatologis, sebagaimana dirangsang oleh Ekaristi, ‘mengungkapkan dan mendorong persekutuan kita dengan Gereja surgawi’. Tidaklah kebetulan bahwa Anafora Gereja Timur dan Doa Ekaristi Gereja Latin menyeru Maria, sang Bunda Perawan Yesus Kristus Tuhan dan Allah, para malaekat, para rasul kudus dan martir mulia serta semua orang kudus. Inilah salah satu segi dari Ekaristi, yang patut kita simak: dalam merayakan kurban Anak Domba, kita dipersatukan dengan “liturgi” surgawi, dan menjadi bagian dari kawanan besar, yang berseru: “Pujian bagi Tuhan kita yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” (Why 7:10). Sungguh Ekaristi adalah secercah penampakan surga di atas bumi. Ekaristi adalah seberkas sinar mulia dari Yerusalem surgawi yang menembus awan sejarah dan menerangi peziarahan kita.
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Paus Yohanes Paulus II berkata:
18 Aklamasi umat, menyusul konsekrasi, dengan tepat mengakhiri perayaan Ekaristi dengan visi eskatologis (lih 1Kor 11:26): “sampai Tuhan datang dalam kemuliaan”. Ekaristi adalah upaya mengejar tujuan, pencicipan citarasa kepenuhan sukacita yang dijanjikan oleh Kristus (lih Yoh 15:11). Dalam satu cara inilah antisipasi surga, “meterai kemuliaan yang akan datang.” [lih Perayaan Tubuh dan Darah Kristus, Ibadat Sore II, Antifon Madah]. Dalam Ekaristi, segala makhluk berdendang penuh penantian, akan “pengharapan sukacita kedatangan Juruselamat Yesus Kristus.” [lih Misale Romawi, Embolisme sesudah Bapa Kami]. Para penyantap tubuh Kristus dalam Ekaristi tidak perlu menunggu akhir dunia menerima hidup kekal: ‘mereka telah memilikinya di dunia ini’, sebagai buah sulung kepenuhan yang akan datang, yang memuaskan manusia tak kurang suatu apa. Sebab dalam Ekaristi juga kita menerima jaminan kebangkitan tubuh pada akhir dunia: “Barangsiapa makan tubuh-Ku dan minum darah-Ku memiliki hidup kekal, dan Aku akan membangkitkannya pada hari akhir” (Yoh 6:54). Jaminan kebangkitan kita kelak beroleh dasarnya pada kenyataan bahwa tubuh Putera Manusia, yang kita santap, adalah tubuh mulia Tuhan yang membangkitkan. Kita seolah mencernakan “rahasia” kebangkitan. Itulah sebabnya, Santo Ignasius Antiokhia dengan tepat merumuskan Roti Ekaristi sebagai “penawar ketidakmatian, penangkal kematian.” [lih Misale Surat Efese, 20: PG 5:661].
19 Tegangan eskatologis, sebagaimana dirangsang oleh Ekaristi, ‘mengungkapkan dan mendorong persekutuan kita dengan Gereja surgawi’. Tidaklah kebetulan bahwa Anafora Gereja Timur dan Doa Ekaristi Gereja Latin menyeru Maria, sang Bunda Perawan Yesus Kristus Tuhan dan Allah, para malaekat, para rasul kudus dan martir mulia serta semua orang kudus. Inilah salah satu segi dari Ekaristi, yang patut kita simak: dalam merayakan kurban Anak Domba, kita dipersatukan dengan “liturgi” surgawi, dan menjadi bagian dari kawanan besar, yang berseru: “Pujian bagi Tuhan kita yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” (Why 7:10). Sungguh Ekaristi adalah secercah penampakan surga di atas bumi. Ekaristi adalah seberkas sinar mulia dari Yerusalem surgawi yang menembus awan sejarah dan menerangi peziarahan kita.
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
86.400 Detik per-Hari
Ayat bacaan: Efesus 5:16
===================
"dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."
memanfaatkan, mengisi waktuMembaca kisah-kisah sukses berbagai tokoh selalu membawa kekaguman tersendiri bagi saya. Rata-rata dari mereka harus melalui masa-masa sulit penuh penderitaan sebelum akhirnya mencapai sukses. Kegagalan bukannya tidak pernah ada, tapi yang membedakan adalah keteguhan tekat dan semangat pantang menyerah untuk terus mencoba. Jika mereka bisa sukses, mengapa kita tidak? Apakah waktu yang diberikan kepada mereka jauh lebih besar dari kita? Apakah Bunda Teresa, Leonardo da Vinci hingga Bill Gates memiliki waktu yang berbeda ukuran dengan kita? Tentu saja tidak. Kita hidup di dunia yang sama, kita sama-sama manusia seperti mereka dengan ukuran dan kapasitas otak yang sama. Ada 86.400 detik yang dihadiahkan Tuhan kepada kita setiap harinya, dan itu berlaku sama bagi semua orang. Kalikan itu dengan umur kita sekarang, maka kita akan terkejut melihat angkanya. Apa yang kita pakai untuk mengisi milyaran atau trilyunan detik yang sudah kita lalui hingga saat ini? Satu pembelajaran yang selalu saya dapati dari kisah sukses para tokoh adalah komitmen mereka untuk tidak membuang-buang waktu. Mereka selalu mempergunakan segala waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, tidak menyia-nyiakan kesempatan yang mereka peroleh. Dan seringkali membuang-buang waktu menjadi masalah utama yang membuat kita tidak kunjung berhasil.
Baik dalam Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru kita mendapati peringatan berulang-ulang lewat firman Tuhan untuk menghargai waktu dengan sebaik-baiknya. Membuang-buang waktu jelas bukan karakter yang dimiliki oleh orang percaya, tapi nyatanya masih banyak diantara kita sendiri yang terus melewatkan kesempatan dan menyia-nyiakan waktu yang seharusnya bisa kita pergunakan, baik untuk berhasil dalam hidup, untuk memberkati sesama atau bahkan untuk sekedar mengucap syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan penyertaanNya. Sebuah bagian dari doa Musa yang dicatat dalam kitab Mazmur menggambarkan kesadarannya akan betapa pentingnya waktu yang telah disediakan bagi kita. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Dibandingkan kekekalan yang menanti kita, hidup di dunia ini memanglah singkat. Tetapi bukankah 86.400 detik sehari seharusnya lebih dari cukup bagi kita untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan?
Dalam panggilan untuk hidup sebagai anak-anak terang yang disampaikan Paulus dalam surat Efesus 5:1-21 kita bisa melihat dengan jelas bagaimana kita bisa mengisi dan memanfaatkan waktu kita dengan baik. Bacalah rangkaian ayat yang terdapat disana untuk mendapatkan apa saja yang harus kita lakukan untuk menggambarkan kehidupan sebagai anak terang yang berkenan di hadapan Tuhan. Hidup dalam kasih (ay 2), menjauhi rupa-rupa kecemaran (ay 3), menghindari perkataan kotor, kosong, sembrono atau tidak pantas (ay 4), menjaga pergaulan kita (ay 6-7) dan banyak lagi hal yang bisa kita lakukan dalam rentang waktu yang telah disediakan bagi kita. Intinya, "pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (ay 16). Kita juga diingatkan agar terus berusaha menangkap apa yang dikehandaki Tuhan. "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (ay 17). Peringatan yang sama bisa kita lihat pula dalam Kolose. Disana dikatakan: "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada." (Kolose 4:5). Bukannya terpengaruh terhadap perilaku orang yang tidak mengenal Tuhan, tetapi hadapilah dengan penuh hikmat, dan pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Ini tugas kita sebagai anak-anak Tuhan yang seharusnya membawa terang ke sekeliling kita.
86.400 detik per-hari. Dengan apa kita mengisinya? Sudahkah kita mempergunakan setidaknya sedikit dari detik-detik itu untuk mengucap syukur kepada Tuhan? Sudahkah kita mempergunakannya untuk berdoa dan terus membangun hubungan yang lebih dalam lagi kepada Tuhan? Berapa banyak waktu yang kita pakai untuk mempergunakan semua talenta yang diberikan Tuhan demi memuliakanNya, menapak naik untuk sukses dan memberkati sesama dengan apa yang kita miliki? Atau pikirkanlah ini: seberapa penting kita menganggap waktu yang ada? Waktu yang sudah lewat tidak akan pernah bisa kembali lagi. Jika kita masih terbiasa membuang-buang waktu, ini saatnya untuk berubah. "supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah." (1 Petrus 4:2). Mari kita memanfaatkan waktu yang masih ada dengan sebaik-baiknya. Pastikan bahwa 86.400 detik per-hari itu kita pergunakan dengan baik.
Pergunakanlah waktu dengan bijaksana, jangan sia-siakan
===================
"dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."
memanfaatkan, mengisi waktuMembaca kisah-kisah sukses berbagai tokoh selalu membawa kekaguman tersendiri bagi saya. Rata-rata dari mereka harus melalui masa-masa sulit penuh penderitaan sebelum akhirnya mencapai sukses. Kegagalan bukannya tidak pernah ada, tapi yang membedakan adalah keteguhan tekat dan semangat pantang menyerah untuk terus mencoba. Jika mereka bisa sukses, mengapa kita tidak? Apakah waktu yang diberikan kepada mereka jauh lebih besar dari kita? Apakah Bunda Teresa, Leonardo da Vinci hingga Bill Gates memiliki waktu yang berbeda ukuran dengan kita? Tentu saja tidak. Kita hidup di dunia yang sama, kita sama-sama manusia seperti mereka dengan ukuran dan kapasitas otak yang sama. Ada 86.400 detik yang dihadiahkan Tuhan kepada kita setiap harinya, dan itu berlaku sama bagi semua orang. Kalikan itu dengan umur kita sekarang, maka kita akan terkejut melihat angkanya. Apa yang kita pakai untuk mengisi milyaran atau trilyunan detik yang sudah kita lalui hingga saat ini? Satu pembelajaran yang selalu saya dapati dari kisah sukses para tokoh adalah komitmen mereka untuk tidak membuang-buang waktu. Mereka selalu mempergunakan segala waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, tidak menyia-nyiakan kesempatan yang mereka peroleh. Dan seringkali membuang-buang waktu menjadi masalah utama yang membuat kita tidak kunjung berhasil.
Baik dalam Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru kita mendapati peringatan berulang-ulang lewat firman Tuhan untuk menghargai waktu dengan sebaik-baiknya. Membuang-buang waktu jelas bukan karakter yang dimiliki oleh orang percaya, tapi nyatanya masih banyak diantara kita sendiri yang terus melewatkan kesempatan dan menyia-nyiakan waktu yang seharusnya bisa kita pergunakan, baik untuk berhasil dalam hidup, untuk memberkati sesama atau bahkan untuk sekedar mengucap syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan penyertaanNya. Sebuah bagian dari doa Musa yang dicatat dalam kitab Mazmur menggambarkan kesadarannya akan betapa pentingnya waktu yang telah disediakan bagi kita. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Dibandingkan kekekalan yang menanti kita, hidup di dunia ini memanglah singkat. Tetapi bukankah 86.400 detik sehari seharusnya lebih dari cukup bagi kita untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan?
Dalam panggilan untuk hidup sebagai anak-anak terang yang disampaikan Paulus dalam surat Efesus 5:1-21 kita bisa melihat dengan jelas bagaimana kita bisa mengisi dan memanfaatkan waktu kita dengan baik. Bacalah rangkaian ayat yang terdapat disana untuk mendapatkan apa saja yang harus kita lakukan untuk menggambarkan kehidupan sebagai anak terang yang berkenan di hadapan Tuhan. Hidup dalam kasih (ay 2), menjauhi rupa-rupa kecemaran (ay 3), menghindari perkataan kotor, kosong, sembrono atau tidak pantas (ay 4), menjaga pergaulan kita (ay 6-7) dan banyak lagi hal yang bisa kita lakukan dalam rentang waktu yang telah disediakan bagi kita. Intinya, "pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (ay 16). Kita juga diingatkan agar terus berusaha menangkap apa yang dikehandaki Tuhan. "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (ay 17). Peringatan yang sama bisa kita lihat pula dalam Kolose. Disana dikatakan: "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada." (Kolose 4:5). Bukannya terpengaruh terhadap perilaku orang yang tidak mengenal Tuhan, tetapi hadapilah dengan penuh hikmat, dan pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Ini tugas kita sebagai anak-anak Tuhan yang seharusnya membawa terang ke sekeliling kita.
86.400 detik per-hari. Dengan apa kita mengisinya? Sudahkah kita mempergunakan setidaknya sedikit dari detik-detik itu untuk mengucap syukur kepada Tuhan? Sudahkah kita mempergunakannya untuk berdoa dan terus membangun hubungan yang lebih dalam lagi kepada Tuhan? Berapa banyak waktu yang kita pakai untuk mempergunakan semua talenta yang diberikan Tuhan demi memuliakanNya, menapak naik untuk sukses dan memberkati sesama dengan apa yang kita miliki? Atau pikirkanlah ini: seberapa penting kita menganggap waktu yang ada? Waktu yang sudah lewat tidak akan pernah bisa kembali lagi. Jika kita masih terbiasa membuang-buang waktu, ini saatnya untuk berubah. "supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah." (1 Petrus 4:2). Mari kita memanfaatkan waktu yang masih ada dengan sebaik-baiknya. Pastikan bahwa 86.400 detik per-hari itu kita pergunakan dengan baik.
Pergunakanlah waktu dengan bijaksana, jangan sia-siakan
CINTA BERTASBIH...
Tanggal 19 Maret 2012, sekitar jam 16.30, seorang teman saya mengantarkan ole-ole dari salah seorang sahabatku yang baru pulang umroh dari tanah suci. Ole-ole itu berupa sebuah tasbih, gelang, minyak wangi khas Arab dan buah kurma. Kuucapkan syukur dan terima kasih padaNya atas ole-ole berharga dari sahabatku ini yang mengingatkan aku akan makna sebuah doa melalui sebuah tasbih (sarana doa saudara dan saudariku umat Islam), minyak wangi yang melambangkan keharuman persahabatan dalam setiap suka maupun duka, dan buah kurma simbol kebersamaan berbagi bersama dari apa yang kita nikmati.
Lingkaran tasbih, juga gelang menjadi simbol lingkaran kasih yang mempersatukan meski ada derita yang dialami, namun tasbih juga gelang menjadi sebuah ikatan komitmen untuk berjuang bersama dalam kekuatan doa sebagai lambang persatuan dengan Yang Maha Esa yang pada gilirannya menebarkan aroma wangi untuk berbagi dan menikmati hasil sebuah perjuangan bersama. Merenungkan ole-ole sahabatku ini yang bagiku tidak sekedar ole-ole, tetapi lebih dari itu adalah simbol Kasih yang mempersatukan mengantarkan pada sebuah permenungan akan Kasih Kristus yang sangat heroik di mana pengorbanan Yesus di atas kayu salib menjadi jalan lingkaran kasih yang mempersatukan umat manusia dengan Yang Maha Esa, umat manusia dengan umat manusia lainnya dan dengan ciptaan yang lain. Artinya penderitaan Yesus dalam sebuah doa kepasrahan justru menjadi jalan yang mempersatukan untuk ikut merasakan dan mengalami penderitaanNya yang menebarkan aroma wangi keselamatan untuk dinikmati bersama.
Lingkaran tasbih dari sahabatku ini mengingatkan bahwa derita yang dialami sesama saat ini seharusnya mengundang kita untuk ikut menderita membangun sebuah lingkaran Perjuangan atas dasar kasih untuk bersatu dalam satu komitmen bersama agar aroma wangi keselamatan itu dapat dinikmati bersama meski hanya sebagian kecil seperti buah kurma. Lingkaran tasbih dari sahabatku ini mengingatkan aku akan pentingnya sebuah doa sebagai bentuk penyatuan komitmen Allah dengan manusia untuk tetap setia dalam segala situasi seperti Abraham yang menunjukkan kesetiaan imannya pada Allah karena Allah sendiri lebih dahulu menunjukan janji kesetiaan kepada umatNya (Kej 17:3-9) dan sebagaimana Yesus yang menujukan kesetiaanNya dengan menerima salib penderitaan demi kemuliaan BapaNya dan keselamatan manusia (Yoh 8:51-59).
Lingkaran tasbih dari sahabatku adalah simbol persatuan atas dasar doa yang mempersatukan. Lingkaran tasbih adalah makna kesatuan Kasih untuk berjuang dan berbagi tanpa ada sedikitpun jurang perbedaan yang memutuskan lingkaran nafas perjuangan meski derita yang dialami karena yang diberikan adalah CINTA yang menyatukan komitmen untuk berjuang bersama. Lingkaran tasbih adalah simbol persatuan yang darinya menyatukan kami dalam satu nyanyian; “CINTA BERTASBIH” untuk berbagi dari sebuah perbedaan yang menyatukan kami seperti CINTA KRISTUS sendiri yang melalui penderitaan dan kebangkitanNya menyatukan semua umat manusia dari segala perbedaan sebagaimana yang dikehendaki BapaNya. Semoga di masa Pra Paskah menjelang Tri hari Suci, kitapun menyanyikan CINTA KRISTUS dipadu CINTA Bertasbih untuk membangun persatuan dan kesatuan dalam semangat berbagi tanpa melihat perbedaan agar aroma wangi keselamatan Allah dialami oleh semua orang dan boleh menikmati buah kurma kasih kita, sebab tidak ada yang paling indah di masa Tri Hari Suci, selain tindakan nyata dari CINTA KRISTUS dari kita bagi sesama dalam nyanyian peneguhan CINTA BERTASBIH untuk berbagi suka maupun duka.
Lingkaran tasbih, juga gelang menjadi simbol lingkaran kasih yang mempersatukan meski ada derita yang dialami, namun tasbih juga gelang menjadi sebuah ikatan komitmen untuk berjuang bersama dalam kekuatan doa sebagai lambang persatuan dengan Yang Maha Esa yang pada gilirannya menebarkan aroma wangi untuk berbagi dan menikmati hasil sebuah perjuangan bersama. Merenungkan ole-ole sahabatku ini yang bagiku tidak sekedar ole-ole, tetapi lebih dari itu adalah simbol Kasih yang mempersatukan mengantarkan pada sebuah permenungan akan Kasih Kristus yang sangat heroik di mana pengorbanan Yesus di atas kayu salib menjadi jalan lingkaran kasih yang mempersatukan umat manusia dengan Yang Maha Esa, umat manusia dengan umat manusia lainnya dan dengan ciptaan yang lain. Artinya penderitaan Yesus dalam sebuah doa kepasrahan justru menjadi jalan yang mempersatukan untuk ikut merasakan dan mengalami penderitaanNya yang menebarkan aroma wangi keselamatan untuk dinikmati bersama.
Lingkaran tasbih dari sahabatku ini mengingatkan bahwa derita yang dialami sesama saat ini seharusnya mengundang kita untuk ikut menderita membangun sebuah lingkaran Perjuangan atas dasar kasih untuk bersatu dalam satu komitmen bersama agar aroma wangi keselamatan itu dapat dinikmati bersama meski hanya sebagian kecil seperti buah kurma. Lingkaran tasbih dari sahabatku ini mengingatkan aku akan pentingnya sebuah doa sebagai bentuk penyatuan komitmen Allah dengan manusia untuk tetap setia dalam segala situasi seperti Abraham yang menunjukkan kesetiaan imannya pada Allah karena Allah sendiri lebih dahulu menunjukan janji kesetiaan kepada umatNya (Kej 17:3-9) dan sebagaimana Yesus yang menujukan kesetiaanNya dengan menerima salib penderitaan demi kemuliaan BapaNya dan keselamatan manusia (Yoh 8:51-59).
Lingkaran tasbih dari sahabatku adalah simbol persatuan atas dasar doa yang mempersatukan. Lingkaran tasbih adalah makna kesatuan Kasih untuk berjuang dan berbagi tanpa ada sedikitpun jurang perbedaan yang memutuskan lingkaran nafas perjuangan meski derita yang dialami karena yang diberikan adalah CINTA yang menyatukan komitmen untuk berjuang bersama. Lingkaran tasbih adalah simbol persatuan yang darinya menyatukan kami dalam satu nyanyian; “CINTA BERTASBIH” untuk berbagi dari sebuah perbedaan yang menyatukan kami seperti CINTA KRISTUS sendiri yang melalui penderitaan dan kebangkitanNya menyatukan semua umat manusia dari segala perbedaan sebagaimana yang dikehendaki BapaNya. Semoga di masa Pra Paskah menjelang Tri hari Suci, kitapun menyanyikan CINTA KRISTUS dipadu CINTA Bertasbih untuk membangun persatuan dan kesatuan dalam semangat berbagi tanpa melihat perbedaan agar aroma wangi keselamatan Allah dialami oleh semua orang dan boleh menikmati buah kurma kasih kita, sebab tidak ada yang paling indah di masa Tri Hari Suci, selain tindakan nyata dari CINTA KRISTUS dari kita bagi sesama dalam nyanyian peneguhan CINTA BERTASBIH untuk berbagi suka maupun duka.
JADIKAN HIDUPMU PERSEMBAHAN BAGI ORANG LAIN
(Aku tidak memerlukan hormat dari manusia: Yoh 5:41)
Malam setelah melayani penerimaan Sakramen Tobat di Paroki St. Theresia Sengata (21 Maret 2012), saya mampir ke rumah om saya (adik mamaku). Omku sekeluarga bersama beberapa tetangga sudah menantiku untuk makan malam bersama. Sebelum santap malam bersama, kami sejenak berceritera banyak hal salah satunya tentang Pelayanan Imam sebagai Pelayan.
Saat itu Omku mengatakan sekaligus sebagai pesan bijak buat saya. Pastor (demikian Om menyapa saya); jangan pernah melayani hanya untuk mencari kehormatan. Karena untuk kehormatan semua orang bisa mendapatkannnya meski demi cara picik bahkan kompromi. Tetapi hendaklah kamu melayani karena demi kebaikan banyak orang. Saat ini pelayanan tulus semakin sulit. Maka jangan pernah pandai mengajarkan kepada saya Ommu dan umat lainnya tentang Isi Kitab Suci, tetapi ajarilah kami untuk melayani dengan tulus dalam tindakan nyata sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Maka di dalam melayani; harus berani pasang badan, meski saat itu pastor mungkin tidak memiliki apa-apa. Harus berani seperti yang juga dipesankan oleh kakek dan nenekmu. Jangan pernah membuat perhitungan, tetapi biarlah orang lain melihat dan kemudian melakukannya karena teladanmu...itulah pekerjaan mulia bukan karena demi penghormatan melainkan karena pelayanan.
Kata-kata omku ini mengajarkan kepadaku, kepada para sahabat untuk menjadikan hidup kita persembahan bagi orang lain, meski kita sendiri sedang dirundung kesulitan. Menjadikan hidup kita sebagai persembahan bagi orang lain, itu berarti bukan penghormatan yang kita cari melainkan keselamatan, kebahagiaan yang kita berikan dari sebuah pelayanan tanpa pamri dan kompromi, pekerjaan tulus yang darinya orang bisa melihat sebagai pelaksanaan pekerjaan Allah sendiri yang dalam bahasa kita sebagai pelaksanaan dari ungkapan kasih yang selama ini dikumadangkan.
Menjadikan hidup kita sebagai persembahan bagi orang lain pertama-tama bukan karena dia istri, suami, anak, saudara, sahabat atau umat saya melainkan, karena kita hidup, kita ada bukan bagi diri kita sendiri melainkan bagi dan bersama orang lain. Artinya persembahan hidup bagi orang lain karena Iman di mana Tuhan Yesus menunjukan teladan bagi kita yang menyerahkan nyawaNya demi keselamatan manusia karena kita secitra dengan Allah. Maka persembahan hidup kita bagi orang lain pertama-tama karena kita ini secitra dengan Allah yang mau melaksanakan KehendakNya: apa yang dilaksanakan Allah melalui Yesus PuteraNya, dilaksanakan juga oleh kita para pengikutNya di mana bukan mencari pengormatan atau pujian melainkan demi terlaksananya Kehendak Allah sendiri di tengah keluarga, komunitas dan masyarakat yaitu Keselamatan.
Persembahan hidup kita bagi orang lain akan memiliki nilai iman ketika ada keberanian menghalau ketakutan untuk berbagi, tidak ada keluh saat lelah dan kesulitan menghampiri hidup kita sendiri, melainkan SYUKUR mengiringi setiap persembahan hidup kita karena kita masih memiliki waktu dan tenaga sebagai anugerah dari Allah untuk BERBAGI dengan sesama sebagai pelaksanaan dari pekerjaan Allah sendiri. Semoga....selamat Merenung
Malam setelah melayani penerimaan Sakramen Tobat di Paroki St. Theresia Sengata (21 Maret 2012), saya mampir ke rumah om saya (adik mamaku). Omku sekeluarga bersama beberapa tetangga sudah menantiku untuk makan malam bersama. Sebelum santap malam bersama, kami sejenak berceritera banyak hal salah satunya tentang Pelayanan Imam sebagai Pelayan.
Saat itu Omku mengatakan sekaligus sebagai pesan bijak buat saya. Pastor (demikian Om menyapa saya); jangan pernah melayani hanya untuk mencari kehormatan. Karena untuk kehormatan semua orang bisa mendapatkannnya meski demi cara picik bahkan kompromi. Tetapi hendaklah kamu melayani karena demi kebaikan banyak orang. Saat ini pelayanan tulus semakin sulit. Maka jangan pernah pandai mengajarkan kepada saya Ommu dan umat lainnya tentang Isi Kitab Suci, tetapi ajarilah kami untuk melayani dengan tulus dalam tindakan nyata sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Maka di dalam melayani; harus berani pasang badan, meski saat itu pastor mungkin tidak memiliki apa-apa. Harus berani seperti yang juga dipesankan oleh kakek dan nenekmu. Jangan pernah membuat perhitungan, tetapi biarlah orang lain melihat dan kemudian melakukannya karena teladanmu...itulah pekerjaan mulia bukan karena demi penghormatan melainkan karena pelayanan.
Kata-kata omku ini mengajarkan kepadaku, kepada para sahabat untuk menjadikan hidup kita persembahan bagi orang lain, meski kita sendiri sedang dirundung kesulitan. Menjadikan hidup kita sebagai persembahan bagi orang lain, itu berarti bukan penghormatan yang kita cari melainkan keselamatan, kebahagiaan yang kita berikan dari sebuah pelayanan tanpa pamri dan kompromi, pekerjaan tulus yang darinya orang bisa melihat sebagai pelaksanaan pekerjaan Allah sendiri yang dalam bahasa kita sebagai pelaksanaan dari ungkapan kasih yang selama ini dikumadangkan.
Menjadikan hidup kita sebagai persembahan bagi orang lain pertama-tama bukan karena dia istri, suami, anak, saudara, sahabat atau umat saya melainkan, karena kita hidup, kita ada bukan bagi diri kita sendiri melainkan bagi dan bersama orang lain. Artinya persembahan hidup bagi orang lain karena Iman di mana Tuhan Yesus menunjukan teladan bagi kita yang menyerahkan nyawaNya demi keselamatan manusia karena kita secitra dengan Allah. Maka persembahan hidup kita bagi orang lain pertama-tama karena kita ini secitra dengan Allah yang mau melaksanakan KehendakNya: apa yang dilaksanakan Allah melalui Yesus PuteraNya, dilaksanakan juga oleh kita para pengikutNya di mana bukan mencari pengormatan atau pujian melainkan demi terlaksananya Kehendak Allah sendiri di tengah keluarga, komunitas dan masyarakat yaitu Keselamatan.
Persembahan hidup kita bagi orang lain akan memiliki nilai iman ketika ada keberanian menghalau ketakutan untuk berbagi, tidak ada keluh saat lelah dan kesulitan menghampiri hidup kita sendiri, melainkan SYUKUR mengiringi setiap persembahan hidup kita karena kita masih memiliki waktu dan tenaga sebagai anugerah dari Allah untuk BERBAGI dengan sesama sebagai pelaksanaan dari pekerjaan Allah sendiri. Semoga....selamat Merenung
Tuesday, March 27, 2012
EKARISTI MENJADIKAN KITA SATU TUBUH DAN SATU ROH DENGAN KRISTUS
(Lanjutan permenungan menjelang paskah, dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)
Paus Yohanes Paulus II berkata:
16 Daya menyelamatkan dari kurban ini (Ekaristi) baru terwujud secara penuh tatkala kita menyambut tubuh dan darah Tuhan dalam komuni. Kurban Ekaristi dalam dirinya terarahkan kepada kesatuan batin antara pengiman dengan Kristus dalam komuni; kita menyambut Dia sendiri yang dikurbankan bagi kita di kayu salib, serta darah-Nya yang dicurahkan bagi pengampunan dosa banyak orang” (Mt 26:28). Kita diingatkan oleh sabda-Nya: “Bapa yang hidup telah mengutus Aku, Aku hidup dalam Bapa, barangsiapa makan tubuh-Ku akan hidup dalam Aku” (Yoh 6:57). Yesus sendiri memastikan bahwa kesatuan ini, yang dibandingkan-Nya dengan hidup Allah Tritunggal, sungguh-sungguh terwujud. ‘Ekaristi adalah sungguh-sungguh perjamuan’, di mana Kristus mempersembahkan diri sebagai santapan kita. Tatkala pertama kali Yesus menyebut makanan ini, para pendengarnya terkejut dan sangsi, sehingga Guru terpaksa menegaskan kebenaran obyektif dari sabda-Nya: “Sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu, bila kamu tidak makan tubuh Putera Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak memiliki hidup” (Yoh 6:53). Ini bukanlah perlambangan makanan: “Tubuh-Ku adalah sungguh-sungguh makanan, dan darah-Ku sungguh-sungguh minuman” (Yoh 6:55).
17 Lewat persatuan kita dengan tubuh dan darah-Nya, Kristus juga mencurahkan Roh-Nya. Santo Efrem menulis: “Ia menyebut roti tubuh-Nya yang hidup dan Ia memenuhinya dengan diri-Nya sendiri dan Roh-Nya… Barangsiapa memakannya dalam iman, ia memakan Api dan Roh… Terimalah dan makanlah, dan makanlah Roh Kudus juga. Sebab ini sungguh tubuh-Ku, dan barangsiapa memakannya akan beroleh hidup yang kekal.” Gereja memohon Karunia ilahi ini, sumber segala karunia lain, dalam epiklese Ekaristi. Misalnya dalam ‘Liturgi Ilahi’ Santo Yohanes Krisostomos, kita temukan doa ini: “Kami seru, kami mohon dan kami pinta: utuslah Roh Kudus atas kami semua dan atas persembahan ini… agar semua yang ambil bagian di dalamnya beroleh penyucian jiwa, pengampunan dosa dan menerima Roh Kudus.” Dan dalam ‘Misale Romawi’ selebran berdoa: “Berilah agar kami yang menerima santapan tubuh dan darah-Nya dipenuhi dengan Roh-Nya, sehingga menjadi satu tubuh dan satu roh dalam Kristus.” Demikianlah oleh pemberian tubuh dan darah-Nya, Kristus menambahkan kepada kita karunia Roh, yang sudah dicurahkan, dalam baptisan, dan disampaikan sebagai “meterai” dalam Sakramen Panguatan.
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Paus Yohanes Paulus II berkata:
16 Daya menyelamatkan dari kurban ini (Ekaristi) baru terwujud secara penuh tatkala kita menyambut tubuh dan darah Tuhan dalam komuni. Kurban Ekaristi dalam dirinya terarahkan kepada kesatuan batin antara pengiman dengan Kristus dalam komuni; kita menyambut Dia sendiri yang dikurbankan bagi kita di kayu salib, serta darah-Nya yang dicurahkan bagi pengampunan dosa banyak orang” (Mt 26:28). Kita diingatkan oleh sabda-Nya: “Bapa yang hidup telah mengutus Aku, Aku hidup dalam Bapa, barangsiapa makan tubuh-Ku akan hidup dalam Aku” (Yoh 6:57). Yesus sendiri memastikan bahwa kesatuan ini, yang dibandingkan-Nya dengan hidup Allah Tritunggal, sungguh-sungguh terwujud. ‘Ekaristi adalah sungguh-sungguh perjamuan’, di mana Kristus mempersembahkan diri sebagai santapan kita. Tatkala pertama kali Yesus menyebut makanan ini, para pendengarnya terkejut dan sangsi, sehingga Guru terpaksa menegaskan kebenaran obyektif dari sabda-Nya: “Sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu, bila kamu tidak makan tubuh Putera Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak memiliki hidup” (Yoh 6:53). Ini bukanlah perlambangan makanan: “Tubuh-Ku adalah sungguh-sungguh makanan, dan darah-Ku sungguh-sungguh minuman” (Yoh 6:55).
17 Lewat persatuan kita dengan tubuh dan darah-Nya, Kristus juga mencurahkan Roh-Nya. Santo Efrem menulis: “Ia menyebut roti tubuh-Nya yang hidup dan Ia memenuhinya dengan diri-Nya sendiri dan Roh-Nya… Barangsiapa memakannya dalam iman, ia memakan Api dan Roh… Terimalah dan makanlah, dan makanlah Roh Kudus juga. Sebab ini sungguh tubuh-Ku, dan barangsiapa memakannya akan beroleh hidup yang kekal.” Gereja memohon Karunia ilahi ini, sumber segala karunia lain, dalam epiklese Ekaristi. Misalnya dalam ‘Liturgi Ilahi’ Santo Yohanes Krisostomos, kita temukan doa ini: “Kami seru, kami mohon dan kami pinta: utuslah Roh Kudus atas kami semua dan atas persembahan ini… agar semua yang ambil bagian di dalamnya beroleh penyucian jiwa, pengampunan dosa dan menerima Roh Kudus.” Dan dalam ‘Misale Romawi’ selebran berdoa: “Berilah agar kami yang menerima santapan tubuh dan darah-Nya dipenuhi dengan Roh-Nya, sehingga menjadi satu tubuh dan satu roh dalam Kristus.” Demikianlah oleh pemberian tubuh dan darah-Nya, Kristus menambahkan kepada kita karunia Roh, yang sudah dicurahkan, dalam baptisan, dan disampaikan sebagai “meterai” dalam Sakramen Panguatan.
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Orang kudus (santo-santa) hari ini, 28 Maret;
Mengabdi kepada Allah lewat pelayanan kepada sesama adalah ciri khas santo-santa. Semoga kita pun mau dan rela memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama kita di sisa hidup kita.
Santo Doroteus dari Gaza, Pengaku Iman
Selagi dalam pendidikan Doroteus bosan dengan segala macam pelajaran di sekolah. Lebih baik aku memegang ular daripada membolak balik buku pelajaran, katanya. Tetapi lama kelamaan ia merobah sikapnya yang konyol itu dan berjuang menghilangkannya. Hasilnya ialah ia kemudian menjadi orang yang amat rajin dan suka belajar dan membaca.
Semangat baru ini kemudian menghantar dia kedalam kehidupan membiara pada tahun 530 di sebuah biara di Palestina. Kepada rekan- rekannya ia mengatakan: Jika kita dapat mengalahkan perasaan bosan dan segan belajar sehigga kita menjadi orang yang suka belajar, maka tentunya kita juga dapat mengalahkan hawa nafsu dan menjadi orang yang Kudus. Kata- kata ini menunjuk pada tekadnya yang keras membaja untuk mencapai kesempurnaan hidup lewat cara hidup membiara. Salah satu caranya adalah senantiasa bersikap terus terang, dan terbuka hati dan pikiran kepada atasan dan rekan- rekannya. Dengan cara ini ia memperoleh ketenangan batin dan semangat dalam menjalani cara hidup membiara. Dalam bukunya ia menulis: Barangsiapa rajin berdoa dan bermati- raga serta berusaha sungguh- sungguh menguasai kehendaknya, ia akan mencapai ketenteraman batin yang membahagiakan.
Dorotues mencapai kemajuan pesat dalam hidup rahaninya dan kemudian mendirikan dan memimpin sebuah biara pertapaan di Gaza. Ia berusaha memajukan pertapaannya dengan menjalankan pekerjaan- pekerjaannya dengan baik dan menciptakan persaudaraan antar para rahib. Ia selalu berlaku ramah kepada rekan- rekannya. Tahun- tahun terakhir hidupnya, ia mengalami banyak masalah. Godaan dan penyakit merupakan percobaan besar baginya. Namun ia tetap riang. Kepada rekan- rekannya ia mengatakan: Tidaklah sukar mencari dan menemukan sebab musabab dari semua itu. Baiklah kalau kita mempercayakan diri kepada Tuhan sebab Ia tahu apa yang penting dan berguna bagi kita. Tulisan- tulisan rohaninya sangat bagus, sehingga pada abad ke 17 tulisan- tulisan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan Inggris.
Bagi Doroteus, kesucian tidaklah sama dengan mengejakan mukzijat- mukzijat dan / atau menjalankan puasa dan tapa. Semuanya itu memang baik dan berguna, kesucian itu suatu tindakan menyangkal diri sendiri dan menundukkan kehendak pribadi kepada kehendak Tuhan atau menhendaki semata- mata apa yang dikehendaki oleh Tuhan, demi cinta kasih akan Dia. Dengan berusaha mencapai tujuan inilah, maka Doroteus akhirnya menjadi orang Kudus.
S. Tutilo
Tutilo hidup di akhir abad kesembilan dan awal abad kesepuluh. Ia mendapatkan pendidikan di Biara Benediktine Saint-Gall. Dua teman sekelasnya telah digeari “beato”. Ketiga orang ini menjadi biarawan di biara di mana mereka mengenyam pendidikan.
St Tutilo adalah seorang dengan banyak bakat. Ia seorang penyair, pelukis potret, pematung, orator dan arsitek. Ia juga seorang ahli mesin. Bakatnya yang terutama adalah musik. Ia dapat memainkan semua alat musik yang dipergunakan para biarawan untuk liturgi mereka. Ia dan temannya, B. Notker, menggubah lagu-lagu tanggapan liturgi. Hanya tiga puisi dan satu nyanyian tersisa dari seluruh karya Tutilo. Tetapi lukisan dan patung-patungnya masih dapat ditemukan sekarang di beberapa kota di Eropa. Lukisan-lukisan dan patung-patungnya diidentifikasikan sebagai karyanya karena ia senantiasa menandai karyanya dengan sebuah motto.
Akan tetapi, Tutilo tidak dimaklumkan sebagai seorang kudus karena bakat-bakatnya yang banyak itu. Ia seorang rendah hati yang ingin hidup hanya untuk Tuhan. Ia memuliakan Tuhan dengan cara-cara yang ia tahu: dengan melukis, membuat patung dan menggubah musik. Tutilo dimaklumkan sebagai seorang kudus sebab ia melewatkan hidupnya dengan memuji dan mengasihi Allah. St Tutilo wafat pada tahun 915.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
Santo Doroteus dari Gaza, Pengaku Iman
Selagi dalam pendidikan Doroteus bosan dengan segala macam pelajaran di sekolah. Lebih baik aku memegang ular daripada membolak balik buku pelajaran, katanya. Tetapi lama kelamaan ia merobah sikapnya yang konyol itu dan berjuang menghilangkannya. Hasilnya ialah ia kemudian menjadi orang yang amat rajin dan suka belajar dan membaca.
Semangat baru ini kemudian menghantar dia kedalam kehidupan membiara pada tahun 530 di sebuah biara di Palestina. Kepada rekan- rekannya ia mengatakan: Jika kita dapat mengalahkan perasaan bosan dan segan belajar sehigga kita menjadi orang yang suka belajar, maka tentunya kita juga dapat mengalahkan hawa nafsu dan menjadi orang yang Kudus. Kata- kata ini menunjuk pada tekadnya yang keras membaja untuk mencapai kesempurnaan hidup lewat cara hidup membiara. Salah satu caranya adalah senantiasa bersikap terus terang, dan terbuka hati dan pikiran kepada atasan dan rekan- rekannya. Dengan cara ini ia memperoleh ketenangan batin dan semangat dalam menjalani cara hidup membiara. Dalam bukunya ia menulis: Barangsiapa rajin berdoa dan bermati- raga serta berusaha sungguh- sungguh menguasai kehendaknya, ia akan mencapai ketenteraman batin yang membahagiakan.
Dorotues mencapai kemajuan pesat dalam hidup rahaninya dan kemudian mendirikan dan memimpin sebuah biara pertapaan di Gaza. Ia berusaha memajukan pertapaannya dengan menjalankan pekerjaan- pekerjaannya dengan baik dan menciptakan persaudaraan antar para rahib. Ia selalu berlaku ramah kepada rekan- rekannya. Tahun- tahun terakhir hidupnya, ia mengalami banyak masalah. Godaan dan penyakit merupakan percobaan besar baginya. Namun ia tetap riang. Kepada rekan- rekannya ia mengatakan: Tidaklah sukar mencari dan menemukan sebab musabab dari semua itu. Baiklah kalau kita mempercayakan diri kepada Tuhan sebab Ia tahu apa yang penting dan berguna bagi kita. Tulisan- tulisan rohaninya sangat bagus, sehingga pada abad ke 17 tulisan- tulisan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan Inggris.
Bagi Doroteus, kesucian tidaklah sama dengan mengejakan mukzijat- mukzijat dan / atau menjalankan puasa dan tapa. Semuanya itu memang baik dan berguna, kesucian itu suatu tindakan menyangkal diri sendiri dan menundukkan kehendak pribadi kepada kehendak Tuhan atau menhendaki semata- mata apa yang dikehendaki oleh Tuhan, demi cinta kasih akan Dia. Dengan berusaha mencapai tujuan inilah, maka Doroteus akhirnya menjadi orang Kudus.
S. Tutilo
Tutilo hidup di akhir abad kesembilan dan awal abad kesepuluh. Ia mendapatkan pendidikan di Biara Benediktine Saint-Gall. Dua teman sekelasnya telah digeari “beato”. Ketiga orang ini menjadi biarawan di biara di mana mereka mengenyam pendidikan.
St Tutilo adalah seorang dengan banyak bakat. Ia seorang penyair, pelukis potret, pematung, orator dan arsitek. Ia juga seorang ahli mesin. Bakatnya yang terutama adalah musik. Ia dapat memainkan semua alat musik yang dipergunakan para biarawan untuk liturgi mereka. Ia dan temannya, B. Notker, menggubah lagu-lagu tanggapan liturgi. Hanya tiga puisi dan satu nyanyian tersisa dari seluruh karya Tutilo. Tetapi lukisan dan patung-patungnya masih dapat ditemukan sekarang di beberapa kota di Eropa. Lukisan-lukisan dan patung-patungnya diidentifikasikan sebagai karyanya karena ia senantiasa menandai karyanya dengan sebuah motto.
Akan tetapi, Tutilo tidak dimaklumkan sebagai seorang kudus karena bakat-bakatnya yang banyak itu. Ia seorang rendah hati yang ingin hidup hanya untuk Tuhan. Ia memuliakan Tuhan dengan cara-cara yang ia tahu: dengan melukis, membuat patung dan menggubah musik. Tutilo dimaklumkan sebagai seorang kudus sebab ia melewatkan hidupnya dengan memuji dan mengasihi Allah. St Tutilo wafat pada tahun 915.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
Think Like a Champion
Ayat bacaan: Roma 8:37
===================
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."
think like a championHari ini saya melihat sebuah buku karya Donald Trump berjudul "Think Like a Champion." Saya tidak sempat membuka-buka halaman di dalamnya, tetapi saya percaya Trump berusaha mengajak kita untuk mengubah paradigma berpikir kita agar bisa mencapai sukses. Saya setuju dengan Trump. Betapa seringnya kita gagal justru sejak awal. Belum apa-apa kita sudah yakin kalah. Bagaimana mungkin kita berani melakukan sesuatu jika paradigma berpikir kita sudah seperti orang yang kalah? Untuk memiliki mental pemenang kita harus memulainya dari cara berpikir seperti layaknya seorang pemenang pula. Jika tidak, maka kita tidak akan pernah bisa memulai apapun.
Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana mereka bisa berpikir seperti seorang pemenang atau juara jika saya ini tidak ada apa-apanya? Jika sarjana bahkan yang S2 sekalipun masih banyak yang menganggur, apalagi saya yang hanya lulusan SMA? Ada banyak orang yang terjebak pada pola pemikiran seperti ini. Mereka hanya fokus kepada kekurangan mereka dan melupakan bahwa Tuhan telah menciptakan kita masing-masing dengan talenta dan keistimewaan tersendiri. Sudahkah kita sadar bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mulai melakukan sesuatu dan menuai sukses seperti yang direncanakan Allah sejak semula? Mungkin kita hanya tamat SMA, tetapi bukankah kita memiliki anggota tubuh yang berfungsi baik? Jika ada anggota tubuh kita yang ternyata cacat atau kurang sempurna, bukankah masih ada anggota-anggota tubuh lainnya yang kondisinya baik? Sudah terlalu banyak orang yang gagal mencapai impian mereka justru karena mereka memandang diri mereka sendiri jauh lebih rendah dari pandangan Tuhan yang sebenarnya tentang diri mereka. Kita selalu memfokuskan diri kepada kekurangan kita dan mengabaikan apa yang menjadi kelebihan atau keistimewaan kita.
Apa sebenarnya yang direncanakan Tuhan atas kita? Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi pecundang, orang-orang yang gagal. Tuhan tidak pernah merencanakan kita untuk memiliki mental yang mudah menyerah dan hidup tanpa semangat. Apa yang dicanangkan Tuhan justru sebaliknya. Alkitab menyebutkan begini "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Perhatikanlah bahwa kita seharusnya sadar bahwa kita bukan cuma sekedar pemenang, tetapi dikatakan lebih dari pemenang! Dalam bahasa Inggrisnya lebih dari pemenang disebutkan dengan "More than conquerors and gain surpassing victory", memperoleh kemenangan melewati batas yang kita harapkan. Dari mana kita bisa memperolehnya? Alkitab menyebutkan jelas, lewat Kristus yang telah mengasihi kita, through Him who loved us.
Selanjutnya mari kita lihat janji Tuhan lainnya. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun." (Ulangan 28:13) Itu yang menjadi kerinduan Allah bagi kita. Menjadi kepala dan bukan ekor, tetap mengalami peningkatan dan bukan penurunan. Lihatlah kata yang dipakai adalah "TUHAN AKAN", dan bukan "Tuhan bisa" atau "Tuhan mungkin berkenan". Kata akan disana memberi jaminan kepastian bahwa Dia menginginkan itu untuk terjadi pada anak-anakNya, termasuk saya dan anda. Bagaimana caranya? sambungan ayat di atas memberitahukan cara untuk memperolehnya. ".. apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (ay 13-14).
Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Atau tanamkan pula ayat ini dalam-dalam di benak kita. "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Lihatlah bahwa untuk mencapai sebuah tingkatan "lebih dari pemenang", "to gain a surpassing victory", kita bukannya dibiarkan berjuang sendirian, tetapi Tuhan sendiri berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Jangan lupa pula bahwa Roh Kudus telah dianugerahkan kepada orang-orang percaya. Kehadiran Roh Kudus akan membuat kita mampu melakukan hal-hal yang jauh lebih daripada apa yang kita pikirkan, melebihi apa yang kita anggap sebagai batas kesanggupan kita. Bagaimana jika kita masih juga takut? Bagaimana jika tetap menganggap bahwa kita bukan siapa-siapa, bahkan tidak ada orang yang memperhatikan keberadaan kita sekalipun? Lihatlah apa jawaban Tuhan akan hal ini. "Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau"; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:8-10).
Ayat di atas berkata jelas. Kita tidak boleh takut. Mengapa? Sebab Tuhan menyertai kita. Kita tidak boleh ragu, alias setengah yakin menang setengah lagi yakin kalah. Mengapa? Karena kita punya Allah yang memiliki kuasa di atas segalanya. Kita tidak pula perlu khawatir, karena Tuhan berjanji pula untuk meneguhkan dan menolong kita. Dia memegang kita dengan tangan kananNya dan hal itu akan mampu membawa kita masuk ke dalam sebuah kemenangan yang lebih dari apa yang kita pikir sanggup untuk kita peroleh. Dengan merenungkan semua ini, masih pantaskah kita menilai diri kita sendiri rendah? Masihkah kita harus terus hidup dengan pemikiran dan mental seperti orang yang gagal atau kalah? Berhati-hatilah agar kita jangan sampai menilai diri kita sendiri rendah dan tidak ada apa-apanya, karena Firman Tuhan mengingatkan kita ""Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (dalam versi King James dikatakan"For as he thinketh in his heart, so is he." atau dalam bahasa sederhana diartikan sebagai "we are what we think."). Sesungguhnya apa yang diberikan Tuhan sudah lebih dari cukup untuk kita olah dan pakai hingga mencapai sebuah kesuksesan besar. Kita harus mulai mengubah pola pikir kita terhadap diri sendiri sejak awal. Mulailah berpikir sebagai pemenang atau juara, karena itulah yang diinginkan Tuhan sejak awal bagi kita semua. Bukan ekor tetapi kepala, tidak menurun melainkan terus meningkat. Semua itu tidak akan bisa terlaksana tanpa dimulai dari pembenahan pola pikir kita. So, let us all start to think like a champion!
Bukan cuma pemenang, tetapi lebih dari pemenang, itulah yang dirindukan Tuhan untuk kita (RHO)
===================
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."
think like a championHari ini saya melihat sebuah buku karya Donald Trump berjudul "Think Like a Champion." Saya tidak sempat membuka-buka halaman di dalamnya, tetapi saya percaya Trump berusaha mengajak kita untuk mengubah paradigma berpikir kita agar bisa mencapai sukses. Saya setuju dengan Trump. Betapa seringnya kita gagal justru sejak awal. Belum apa-apa kita sudah yakin kalah. Bagaimana mungkin kita berani melakukan sesuatu jika paradigma berpikir kita sudah seperti orang yang kalah? Untuk memiliki mental pemenang kita harus memulainya dari cara berpikir seperti layaknya seorang pemenang pula. Jika tidak, maka kita tidak akan pernah bisa memulai apapun.
Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana mereka bisa berpikir seperti seorang pemenang atau juara jika saya ini tidak ada apa-apanya? Jika sarjana bahkan yang S2 sekalipun masih banyak yang menganggur, apalagi saya yang hanya lulusan SMA? Ada banyak orang yang terjebak pada pola pemikiran seperti ini. Mereka hanya fokus kepada kekurangan mereka dan melupakan bahwa Tuhan telah menciptakan kita masing-masing dengan talenta dan keistimewaan tersendiri. Sudahkah kita sadar bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mulai melakukan sesuatu dan menuai sukses seperti yang direncanakan Allah sejak semula? Mungkin kita hanya tamat SMA, tetapi bukankah kita memiliki anggota tubuh yang berfungsi baik? Jika ada anggota tubuh kita yang ternyata cacat atau kurang sempurna, bukankah masih ada anggota-anggota tubuh lainnya yang kondisinya baik? Sudah terlalu banyak orang yang gagal mencapai impian mereka justru karena mereka memandang diri mereka sendiri jauh lebih rendah dari pandangan Tuhan yang sebenarnya tentang diri mereka. Kita selalu memfokuskan diri kepada kekurangan kita dan mengabaikan apa yang menjadi kelebihan atau keistimewaan kita.
Apa sebenarnya yang direncanakan Tuhan atas kita? Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi pecundang, orang-orang yang gagal. Tuhan tidak pernah merencanakan kita untuk memiliki mental yang mudah menyerah dan hidup tanpa semangat. Apa yang dicanangkan Tuhan justru sebaliknya. Alkitab menyebutkan begini "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Perhatikanlah bahwa kita seharusnya sadar bahwa kita bukan cuma sekedar pemenang, tetapi dikatakan lebih dari pemenang! Dalam bahasa Inggrisnya lebih dari pemenang disebutkan dengan "More than conquerors and gain surpassing victory", memperoleh kemenangan melewati batas yang kita harapkan. Dari mana kita bisa memperolehnya? Alkitab menyebutkan jelas, lewat Kristus yang telah mengasihi kita, through Him who loved us.
Selanjutnya mari kita lihat janji Tuhan lainnya. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun." (Ulangan 28:13) Itu yang menjadi kerinduan Allah bagi kita. Menjadi kepala dan bukan ekor, tetap mengalami peningkatan dan bukan penurunan. Lihatlah kata yang dipakai adalah "TUHAN AKAN", dan bukan "Tuhan bisa" atau "Tuhan mungkin berkenan". Kata akan disana memberi jaminan kepastian bahwa Dia menginginkan itu untuk terjadi pada anak-anakNya, termasuk saya dan anda. Bagaimana caranya? sambungan ayat di atas memberitahukan cara untuk memperolehnya. ".. apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (ay 13-14).
Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Atau tanamkan pula ayat ini dalam-dalam di benak kita. "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Lihatlah bahwa untuk mencapai sebuah tingkatan "lebih dari pemenang", "to gain a surpassing victory", kita bukannya dibiarkan berjuang sendirian, tetapi Tuhan sendiri berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Jangan lupa pula bahwa Roh Kudus telah dianugerahkan kepada orang-orang percaya. Kehadiran Roh Kudus akan membuat kita mampu melakukan hal-hal yang jauh lebih daripada apa yang kita pikirkan, melebihi apa yang kita anggap sebagai batas kesanggupan kita. Bagaimana jika kita masih juga takut? Bagaimana jika tetap menganggap bahwa kita bukan siapa-siapa, bahkan tidak ada orang yang memperhatikan keberadaan kita sekalipun? Lihatlah apa jawaban Tuhan akan hal ini. "Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau"; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:8-10).
Ayat di atas berkata jelas. Kita tidak boleh takut. Mengapa? Sebab Tuhan menyertai kita. Kita tidak boleh ragu, alias setengah yakin menang setengah lagi yakin kalah. Mengapa? Karena kita punya Allah yang memiliki kuasa di atas segalanya. Kita tidak pula perlu khawatir, karena Tuhan berjanji pula untuk meneguhkan dan menolong kita. Dia memegang kita dengan tangan kananNya dan hal itu akan mampu membawa kita masuk ke dalam sebuah kemenangan yang lebih dari apa yang kita pikir sanggup untuk kita peroleh. Dengan merenungkan semua ini, masih pantaskah kita menilai diri kita sendiri rendah? Masihkah kita harus terus hidup dengan pemikiran dan mental seperti orang yang gagal atau kalah? Berhati-hatilah agar kita jangan sampai menilai diri kita sendiri rendah dan tidak ada apa-apanya, karena Firman Tuhan mengingatkan kita ""Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (dalam versi King James dikatakan"For as he thinketh in his heart, so is he." atau dalam bahasa sederhana diartikan sebagai "we are what we think."). Sesungguhnya apa yang diberikan Tuhan sudah lebih dari cukup untuk kita olah dan pakai hingga mencapai sebuah kesuksesan besar. Kita harus mulai mengubah pola pikir kita terhadap diri sendiri sejak awal. Mulailah berpikir sebagai pemenang atau juara, karena itulah yang diinginkan Tuhan sejak awal bagi kita semua. Bukan ekor tetapi kepala, tidak menurun melainkan terus meningkat. Semua itu tidak akan bisa terlaksana tanpa dimulai dari pembenahan pola pikir kita. So, let us all start to think like a champion!
Bukan cuma pemenang, tetapi lebih dari pemenang, itulah yang dirindukan Tuhan untuk kita (RHO)
“BEBASKANLAH JIWAMU”
Rabu, 28 Maret 2012
Peringatan St. Doroteus dari Gaza dan St. Tutilo
Yoh.8:31-42;
Penjara yang paling menyengsarakan bahkan mematikan adalah dosa. Dosa merusak hubungan kita dengan Allah, sesama, bahkan merusak citra kita sebagai anak-anak Allah, bahkan gambaran Allah.
Hari ini, Yesus memberikan jalan/cara kepada saudara dan saya bagaimana harus memulihkan citra Allah di dalam diri kita yang telah tercemar oleh noda dan dosa itu. Ia mengajak kita untuk mendengarkan Firman-Nya serta melakukannya dalam hidup. Yesus membuktikan bahwa hubungan dengan Allah sebagai Bapa-Nya menjadi jaminan bahwa citra Allah takan pernah pudar akibat dosa dan kesalahan. Ia berkata; Aku datang karena kehendak Allah, Bapa-Ku. Yesus sungguh patuh dan taat melakukan kehendak Bapa-Nya, sehingga tak mengherankan jika suara Bapa-Nya terdengar: "Inilah Putra-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
Hanya dengan mendengarkan Sabda Tuhan serta melakukannya dalam hiduplah yang membuat kita bangga menyebut diri sebagai anak-anak Allah. Akan tetapi, ketika kita tidak mampu melakukannya, masih pantaskah kita menyebut sebagai anak Allah?
Ini rahasianya; Kesalahan dan bahkan dosa pun tidak akan memisahkan engkau dari Allahmu asalkan pertobatan batin yang sungguh Anda dapat lakukan saat ini. Hanya dengan pertobatan yang sungguh Anda dapat membebaskan jiwamu dari belenggu dosa.
Peringatan St. Doroteus dari Gaza dan St. Tutilo
Yoh.8:31-42;
Penjara yang paling menyengsarakan bahkan mematikan adalah dosa. Dosa merusak hubungan kita dengan Allah, sesama, bahkan merusak citra kita sebagai anak-anak Allah, bahkan gambaran Allah.
Hari ini, Yesus memberikan jalan/cara kepada saudara dan saya bagaimana harus memulihkan citra Allah di dalam diri kita yang telah tercemar oleh noda dan dosa itu. Ia mengajak kita untuk mendengarkan Firman-Nya serta melakukannya dalam hidup. Yesus membuktikan bahwa hubungan dengan Allah sebagai Bapa-Nya menjadi jaminan bahwa citra Allah takan pernah pudar akibat dosa dan kesalahan. Ia berkata; Aku datang karena kehendak Allah, Bapa-Ku. Yesus sungguh patuh dan taat melakukan kehendak Bapa-Nya, sehingga tak mengherankan jika suara Bapa-Nya terdengar: "Inilah Putra-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
Hanya dengan mendengarkan Sabda Tuhan serta melakukannya dalam hiduplah yang membuat kita bangga menyebut diri sebagai anak-anak Allah. Akan tetapi, ketika kita tidak mampu melakukannya, masih pantaskah kita menyebut sebagai anak Allah?
Ini rahasianya; Kesalahan dan bahkan dosa pun tidak akan memisahkan engkau dari Allahmu asalkan pertobatan batin yang sungguh Anda dapat lakukan saat ini. Hanya dengan pertobatan yang sungguh Anda dapat membebaskan jiwamu dari belenggu dosa.
Menanam Benih Hingga Tumbuh
Ayat bacaan: Markus 4:26
==================
"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah"
menanam benihKecintaan istri saya yang baru saja tumbuh terhadap tanaman membuat saya mulai mengamati berbagai jenis tanaman termasuk cara menanam dan mengurusnya. Ada tanaman yang harus ditaruh di luar rumah, ada pula yang bisa diletakkan di dalam ruangan. Ada yang dibeli dengan kondisi sudah bertumbuh lumayan besar, ada pula yang dari benih. Saya melihat istri saya terlebih dahulu merendam benih di air panas lalu setelah beberapa saat memindahkannya ke dalam gelas plastik kecil yang sudah diisi dengan tanah. Ketika ia mulai melihat tunas mencuat dari dalam tanah, saya pun menyaksikan kegembiraan dan rasa puas terpancar dari wajahnya. Tidak semua memang berhasil tumbuh. Ada yang mengeluarkan tunas tetapi tidak sedikit pula yang gagal.
Menarik melihat bagaimana Yesus mencoba menyederhanakan pengertian mengenai Kerajaan Allah untuk diajarkan kepada orang banyak lewat perumpamaan mengenai menanam benih. Yesus memulainya dengan "Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah." (Markus 4:26). Agar sebuah tumbuhan bisa tumbuh, tentu terlebih dahulu kita harus menanam atau menaburkan benih. Tidak akan ada tanaman yang bisa tumbuh tanpa berawal dari benih. Inilah yang sering menjadi titik permasalahan utama. Ketika kita mengeluh mengapa kita tidak kunjung bertumbuh lebih baik dari hari kemarin kita sering terburu-buru menyalahkan Tuhan. Padahal masalahnya ada pada kita. Kita mengira dan terus membiarkan Tuhan untuk menghasilkan pertumbuhan pada kita. Prosesnya bukanlah seperti itu. Kita harus memulainya dengan menanam benih, kemudian menyiram, memupuk dan mengurusnya terlebih dahulu. Kemudian dari sana kita akan mulai bertunas dan pada akhirnya dengan ketekunan kita akan mampu memperoleh berkat-berkat Tuhan yang membuat kita subur dan terus berbuah sepanjang musim. Baik dalam keadaan suka maupun duka, keadaan bahagia atau sedang menghadapi masalah, apabila benih yang kita tanam bertumbuh subur dan rimbun, maka tidak ada hal apapun yang bisa menghentikan kita dari terus berbuah. Kuncinya adalah satu: benih. Benih itulah nantinya yang akan bertumbuh sehingga Kerajaan Allah bisa turun atas diri kita saat ini juga, tidak perlu menunggu hingga kita dipanggil Tuhan terlebih dahulu.
Ada banyak orang yang salah kaprah dan mengira bahwa Tuhan akan memberikan itu semua meski mereka tidak serius berbuat apa-apa. Mereka hanya duduk diam bermalas-malasan bagai menunggu durian jatuh. Ini sebuah konsep yang salah. Kita harus menyadari betul bahwa Tuhan tidak bekerja UNTUK kita, tetapi bekerja DENGAN kita. Ada perbedaan yang nyata di antara kedua hal ini. Bekerja DENGAN kita, itu artinya kita harus melakukan sesuatu. We have to do our part and then we let God to do His part.
Ketika Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu seperti layaknya orang menanam benih, itu artinya ada sebuah proses kontinu yang harus kita lakukan mulai dari proses menanam, memupuk, menyiram, mengurus hingga merawat sampai tanaman itu tumbuh sehat dan subur. Pertama-tama tentu kita harus memulainya dengan menanam atau menabur benih firman dalam iman. Kita harus mulai mencari dan mendapatkan janji-janji berharga Allah yang telah Dia nyatakan lewat firman-firmanNya, lalu mulai menanam itu semua di dalam hati kita, dalam diri kita. Lalu kemudian kita harus serius memupuk dan menyiramnya. Lewat apa? Lewat puji-pujian dan ucapan syukur kita. Lewat ketekunan kita mengisi diri kita dengan lebih banyak lagi firman Tuhan. Dengan merenungkan, memperkatakan dan melakukan. Semua itu perlu kita buat untuk memupuk dan menyirami tunas yang mulai tumbuh agar bisa semakin besar dan sehat.
Lalu seperti halnya tanaman manapun, akan selalu ada gulma atau tanaman liar yang tumbuh disekitarnya, yang akan mampu merebut nutrisi sehingga tanaman kita sulit bertumbuh secara baik. Semua ini harus kita cabut, bersihkan hingga ke akar-akarnya. Seperti apa gulma yang bisa menghambat pertumbuhan kita? Kebimbangan, ketakutan, kekhawatiran, putus asa, perbuatan-perbuatan dosa yang kita tolerir dalam hidup kita, berbagai perilaku negatif atau kebiasaan buruk, itu semua akan menjadi tanaman liar atau gulma yang bisa menghambat laju pertumbuhan kita. Semua itu haruslah dibersihkan sampai tuntas, dan lakukan sejak dini sebelum mereka semua bertumbuh semakin subur dan menghancurkan kita.
Perhatikanlah bahwa perumpamaan yang diberikan Yesus ini sungguh luar biasa tepat. Dalam bentuk yang sangat sederhana kita akan mampu mengerti bagaimana kita bisa memperoleh Kerajaan Allah untuk turun dan terjadi atas kita sejak ketika kita masih berada di dunia ini. Dari perumpamaan ini jelas kita lihat bahwa untuk memperoleh itu semua dibutuhkan usaha keras yang serius, butuh kerajinan dan ketekunan. Tidak ada orang yang berhak berharap untuk memperoleh tanaman subur tanpa melakukan apa-apa bukan? Seperti itu pulalah proses yang seharusnya kita lakukan agar benih firman yang kita tanam bisa menghasilkan buah-buah yang manis untuk hidup kita dan orang-orang lain di sekitar kita. Kita harus terus mengawasi lahan di mana kita menanam, memastikan bahwa tunas itu bisa bertumbuh tanpa gangguan tanaman-tanaman liar dan hama, dan terus berusaha untuk memberi pupuk, menyiram dan merawatnya. Hanya dengan melakukan itu barulah kita bisa mengharapkan hasil yang baik. Apa yang dijanjikan Tuhan jelas. "Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar." (Mazmur 92:15). Siapa yang bisa memperoleh janji ini? Ayat sebelumnya menyebutkan demikian: "Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita." (ay 13-14). Orang-orang benar, orang-orang yang benar-benar melakukan sebuah proses serius dan berkesinambungan, orang-orang yang tidak berpangku tangan melainkan mau sungguh-sungguh menabur/menanam benih, menyiangi, menyirami, memupuk secara teratur. Orang-orang seperti itulah yang akan mampu menghasilkan buah yang gemuk dan segar bahkan hingga masa tuanya. Dan semua itu tidak akan terpengaruh oleh musim atau keadaan lingkungan sekitar. Sekali lagi, ingatlah bahwa Tuhan bukan bekerja untuk kita. Dia bekerja DENGAN kita. Mari lakukan bagian kita, dan percayakan Tuhan untuk melakukan bagianNya.
Seperti kita menabur benih, demikianlah Kerajaan Allah bertumbuh dalam hidup kita.
==================
"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah"
menanam benihKecintaan istri saya yang baru saja tumbuh terhadap tanaman membuat saya mulai mengamati berbagai jenis tanaman termasuk cara menanam dan mengurusnya. Ada tanaman yang harus ditaruh di luar rumah, ada pula yang bisa diletakkan di dalam ruangan. Ada yang dibeli dengan kondisi sudah bertumbuh lumayan besar, ada pula yang dari benih. Saya melihat istri saya terlebih dahulu merendam benih di air panas lalu setelah beberapa saat memindahkannya ke dalam gelas plastik kecil yang sudah diisi dengan tanah. Ketika ia mulai melihat tunas mencuat dari dalam tanah, saya pun menyaksikan kegembiraan dan rasa puas terpancar dari wajahnya. Tidak semua memang berhasil tumbuh. Ada yang mengeluarkan tunas tetapi tidak sedikit pula yang gagal.
Menarik melihat bagaimana Yesus mencoba menyederhanakan pengertian mengenai Kerajaan Allah untuk diajarkan kepada orang banyak lewat perumpamaan mengenai menanam benih. Yesus memulainya dengan "Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah." (Markus 4:26). Agar sebuah tumbuhan bisa tumbuh, tentu terlebih dahulu kita harus menanam atau menaburkan benih. Tidak akan ada tanaman yang bisa tumbuh tanpa berawal dari benih. Inilah yang sering menjadi titik permasalahan utama. Ketika kita mengeluh mengapa kita tidak kunjung bertumbuh lebih baik dari hari kemarin kita sering terburu-buru menyalahkan Tuhan. Padahal masalahnya ada pada kita. Kita mengira dan terus membiarkan Tuhan untuk menghasilkan pertumbuhan pada kita. Prosesnya bukanlah seperti itu. Kita harus memulainya dengan menanam benih, kemudian menyiram, memupuk dan mengurusnya terlebih dahulu. Kemudian dari sana kita akan mulai bertunas dan pada akhirnya dengan ketekunan kita akan mampu memperoleh berkat-berkat Tuhan yang membuat kita subur dan terus berbuah sepanjang musim. Baik dalam keadaan suka maupun duka, keadaan bahagia atau sedang menghadapi masalah, apabila benih yang kita tanam bertumbuh subur dan rimbun, maka tidak ada hal apapun yang bisa menghentikan kita dari terus berbuah. Kuncinya adalah satu: benih. Benih itulah nantinya yang akan bertumbuh sehingga Kerajaan Allah bisa turun atas diri kita saat ini juga, tidak perlu menunggu hingga kita dipanggil Tuhan terlebih dahulu.
Ada banyak orang yang salah kaprah dan mengira bahwa Tuhan akan memberikan itu semua meski mereka tidak serius berbuat apa-apa. Mereka hanya duduk diam bermalas-malasan bagai menunggu durian jatuh. Ini sebuah konsep yang salah. Kita harus menyadari betul bahwa Tuhan tidak bekerja UNTUK kita, tetapi bekerja DENGAN kita. Ada perbedaan yang nyata di antara kedua hal ini. Bekerja DENGAN kita, itu artinya kita harus melakukan sesuatu. We have to do our part and then we let God to do His part.
Ketika Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu seperti layaknya orang menanam benih, itu artinya ada sebuah proses kontinu yang harus kita lakukan mulai dari proses menanam, memupuk, menyiram, mengurus hingga merawat sampai tanaman itu tumbuh sehat dan subur. Pertama-tama tentu kita harus memulainya dengan menanam atau menabur benih firman dalam iman. Kita harus mulai mencari dan mendapatkan janji-janji berharga Allah yang telah Dia nyatakan lewat firman-firmanNya, lalu mulai menanam itu semua di dalam hati kita, dalam diri kita. Lalu kemudian kita harus serius memupuk dan menyiramnya. Lewat apa? Lewat puji-pujian dan ucapan syukur kita. Lewat ketekunan kita mengisi diri kita dengan lebih banyak lagi firman Tuhan. Dengan merenungkan, memperkatakan dan melakukan. Semua itu perlu kita buat untuk memupuk dan menyirami tunas yang mulai tumbuh agar bisa semakin besar dan sehat.
Lalu seperti halnya tanaman manapun, akan selalu ada gulma atau tanaman liar yang tumbuh disekitarnya, yang akan mampu merebut nutrisi sehingga tanaman kita sulit bertumbuh secara baik. Semua ini harus kita cabut, bersihkan hingga ke akar-akarnya. Seperti apa gulma yang bisa menghambat pertumbuhan kita? Kebimbangan, ketakutan, kekhawatiran, putus asa, perbuatan-perbuatan dosa yang kita tolerir dalam hidup kita, berbagai perilaku negatif atau kebiasaan buruk, itu semua akan menjadi tanaman liar atau gulma yang bisa menghambat laju pertumbuhan kita. Semua itu haruslah dibersihkan sampai tuntas, dan lakukan sejak dini sebelum mereka semua bertumbuh semakin subur dan menghancurkan kita.
Perhatikanlah bahwa perumpamaan yang diberikan Yesus ini sungguh luar biasa tepat. Dalam bentuk yang sangat sederhana kita akan mampu mengerti bagaimana kita bisa memperoleh Kerajaan Allah untuk turun dan terjadi atas kita sejak ketika kita masih berada di dunia ini. Dari perumpamaan ini jelas kita lihat bahwa untuk memperoleh itu semua dibutuhkan usaha keras yang serius, butuh kerajinan dan ketekunan. Tidak ada orang yang berhak berharap untuk memperoleh tanaman subur tanpa melakukan apa-apa bukan? Seperti itu pulalah proses yang seharusnya kita lakukan agar benih firman yang kita tanam bisa menghasilkan buah-buah yang manis untuk hidup kita dan orang-orang lain di sekitar kita. Kita harus terus mengawasi lahan di mana kita menanam, memastikan bahwa tunas itu bisa bertumbuh tanpa gangguan tanaman-tanaman liar dan hama, dan terus berusaha untuk memberi pupuk, menyiram dan merawatnya. Hanya dengan melakukan itu barulah kita bisa mengharapkan hasil yang baik. Apa yang dijanjikan Tuhan jelas. "Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar." (Mazmur 92:15). Siapa yang bisa memperoleh janji ini? Ayat sebelumnya menyebutkan demikian: "Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita." (ay 13-14). Orang-orang benar, orang-orang yang benar-benar melakukan sebuah proses serius dan berkesinambungan, orang-orang yang tidak berpangku tangan melainkan mau sungguh-sungguh menabur/menanam benih, menyiangi, menyirami, memupuk secara teratur. Orang-orang seperti itulah yang akan mampu menghasilkan buah yang gemuk dan segar bahkan hingga masa tuanya. Dan semua itu tidak akan terpengaruh oleh musim atau keadaan lingkungan sekitar. Sekali lagi, ingatlah bahwa Tuhan bukan bekerja untuk kita. Dia bekerja DENGAN kita. Mari lakukan bagian kita, dan percayakan Tuhan untuk melakukan bagianNya.
Seperti kita menabur benih, demikianlah Kerajaan Allah bertumbuh dalam hidup kita.
Monday, March 26, 2012
TRANSUBSTANSIASI: DARI ROTI-ANGGUR MENJADI TUBUH-DARAH KRISTUS
(Lanjutan permenungan menjelang trihari paskah, dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)
Paus Yohanes Paulus II berkata:
15 Penghadiran sakramental kurban Kristus, yang dimahkotai oleh kebangkitan-Nya, dalam Misa menyangkut kehadiran yang sangat istimewa, yang – dalam kata-kata Sri Paus Paulus VI – “disebut REAL, bukan untuk menolak segala jenis kehadiran lain seolah-olah tidak nyata, melainkan sebab kehadiran pada Misa ini adalah yang paling penuh: kehadiran substansial, di mana Kristus, Allah-Manusia, seluruhnya hadir secara penuh.” [lih. Ensiklik Misterium Fidei (3 September 1965): AAS 57 (1965), 764]. Sekali lagi, ini meneruskan ajaran abadi yang sah dari Konsili Trente: “konsekrasi roti dan anggur menyebabkan pengubahan seluruh substansi roti menjadi tubuh Kristus Tuhan, dan seluruh substansi anggur menjadi substansi darah-Nya. Dan Gereja Katolik yang kudus secara tepat dan khas menyebut perubahan ini TRANSUBSTANSIASI” [lih. Sesi XIII, Dekret tentang Ekaristi Mahakudus (Decretum de SS, Eucharistia), ps. 4: DS 1642]. Sungguh Ekaristi adalah ‘misteri iman’, misteri yang mengatasi pemahaman kita dan hanya dapat diterima oleh iman, sebagaimana sering dikemukakan oleh Bapak-bapak Gereja mengenai sakramen ilahi ini: “Dalam roti dan anggur – kata St. Sirillus dari Yerusalem – janganlah hanya melihat unsur alamiah, sebab Tuhan telah tegas mengatakan bahwa itu adalah tubuh dan darah-Nya: iman memastikan bagimu, kendati indera menunjuk kepada yang lain.” [lih. Katekese Mistagogis (Chatecheses Mystagogica), IV, 6: SCH 126, 138].
‘Adoro te devote, latens Deitas’ [takwa kusujud, Allah yang tersembunyi] terus kita dendangkan bersama Doktor Angelicuslus. Di depan misteri kasih ini, budi manusia sungguh sadar akan keterbatasannya. Maka sadarlah kita mengapa berabad-abad lamanya, kebenaran ini telah mendorong teologi berupaya memahaminya lebih mendalam.
Upaya ini pantas dipuji, sebab semuanya itu membantu memahami sejauh mana mereka sanggup menyumbangkan pemikiran kritis terhadap “iman yang hidup” dari Gereja, sebagai “karisma kebenaran yang pasti” atau “pemahaman mesra atas hal-hal rohani” (DV 8) dari Magisterium, yang terutama dicapai oleh para Kudus. Di sana masih terdapat jarak, sebagaimana ditunjukkan oleh Sri Paus Paulus VI: “Setiap penjelasan teologis yang berupaya memahami misteri ini, agar serasi dengan iman Katolik, haruslah teguh yakin bahwa dalam realitas objektif, lepas dari budi kita, roti dan anggur telah tiada sesudah konsekrasi, sedemikian bahwa yang ada di hadapan kita adalah tubuh dan darah mulia Tuhan dalam rupa sakramental roti dan anggur” [lih. Ensiklik Profesi Iman Meriah (Sollemnis Proffessio Fidei), 30 Juni 1968, 25: AAS 60 (1968), 442-443].
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Paus Yohanes Paulus II berkata:
15 Penghadiran sakramental kurban Kristus, yang dimahkotai oleh kebangkitan-Nya, dalam Misa menyangkut kehadiran yang sangat istimewa, yang – dalam kata-kata Sri Paus Paulus VI – “disebut REAL, bukan untuk menolak segala jenis kehadiran lain seolah-olah tidak nyata, melainkan sebab kehadiran pada Misa ini adalah yang paling penuh: kehadiran substansial, di mana Kristus, Allah-Manusia, seluruhnya hadir secara penuh.” [lih. Ensiklik Misterium Fidei (3 September 1965): AAS 57 (1965), 764]. Sekali lagi, ini meneruskan ajaran abadi yang sah dari Konsili Trente: “konsekrasi roti dan anggur menyebabkan pengubahan seluruh substansi roti menjadi tubuh Kristus Tuhan, dan seluruh substansi anggur menjadi substansi darah-Nya. Dan Gereja Katolik yang kudus secara tepat dan khas menyebut perubahan ini TRANSUBSTANSIASI” [lih. Sesi XIII, Dekret tentang Ekaristi Mahakudus (Decretum de SS, Eucharistia), ps. 4: DS 1642]. Sungguh Ekaristi adalah ‘misteri iman’, misteri yang mengatasi pemahaman kita dan hanya dapat diterima oleh iman, sebagaimana sering dikemukakan oleh Bapak-bapak Gereja mengenai sakramen ilahi ini: “Dalam roti dan anggur – kata St. Sirillus dari Yerusalem – janganlah hanya melihat unsur alamiah, sebab Tuhan telah tegas mengatakan bahwa itu adalah tubuh dan darah-Nya: iman memastikan bagimu, kendati indera menunjuk kepada yang lain.” [lih. Katekese Mistagogis (Chatecheses Mystagogica), IV, 6: SCH 126, 138].
‘Adoro te devote, latens Deitas’ [takwa kusujud, Allah yang tersembunyi] terus kita dendangkan bersama Doktor Angelicuslus. Di depan misteri kasih ini, budi manusia sungguh sadar akan keterbatasannya. Maka sadarlah kita mengapa berabad-abad lamanya, kebenaran ini telah mendorong teologi berupaya memahaminya lebih mendalam.
Upaya ini pantas dipuji, sebab semuanya itu membantu memahami sejauh mana mereka sanggup menyumbangkan pemikiran kritis terhadap “iman yang hidup” dari Gereja, sebagai “karisma kebenaran yang pasti” atau “pemahaman mesra atas hal-hal rohani” (DV 8) dari Magisterium, yang terutama dicapai oleh para Kudus. Di sana masih terdapat jarak, sebagaimana ditunjukkan oleh Sri Paus Paulus VI: “Setiap penjelasan teologis yang berupaya memahami misteri ini, agar serasi dengan iman Katolik, haruslah teguh yakin bahwa dalam realitas objektif, lepas dari budi kita, roti dan anggur telah tiada sesudah konsekrasi, sedemikian bahwa yang ada di hadapan kita adalah tubuh dan darah mulia Tuhan dalam rupa sakramental roti dan anggur” [lih. Ensiklik Profesi Iman Meriah (Sollemnis Proffessio Fidei), 30 Juni 1968, 25: AAS 60 (1968), 442-443].
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Sunday, March 25, 2012
PASKAH: SENGSARA, WAFAT DAN KEBANGKITAN
(Lanjutan permenungan prapaskah dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)
Paus Yohanes Paulus II berkata:
14 Paskah Kristus mencakup bukan hanya sengsara dan wafat-Nya, melainkan juga kebangkitan-Nya. Ini dikumandangkan oleh aklamasi umat sesudah konsekrasi: “Kebangkitan-Mu kami muliakan.” Kurban Ekaristi menghadirkan bukan saja misteri sengsara dan wafat Juruselamat, tetapi juga misteri kebangkitan-Nya, yang memahkotai pengurbanan-Nya. Adalah sebagai Seorang yang hidup dan bangkit, Kristus dapat menjadi Ekaristi, “roti kehidupan” (Yoh 6:35, 48), “roti yang hidup” (Yoh 6:51). Santo Ambrosius mengingatkan para terbaptis baru mengenai pengenaan peristiwa kebangkitan kepada hidup mereka: “Hari ini Kristus menjadi milikmu, kendati Ia bangkit lagi setiap hari bagimu” [Tentang Sakramen (De Sacramentis), V, 4, 26: CSEL 73, 70]. St. Sirillus dari Aleksandria memberi juga penegasan bahwa ambil-bagian dalam misteri suci “adalah pengakuan sejati dan peringatan bahwa Tuhan telah wafat dan hidup kembali bagi kita dan sebagai pengganti diri kita” [Konstitusi tentang Injil Yohanes, XII, 20: PG 74, 726].
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Paus Yohanes Paulus II berkata:
14 Paskah Kristus mencakup bukan hanya sengsara dan wafat-Nya, melainkan juga kebangkitan-Nya. Ini dikumandangkan oleh aklamasi umat sesudah konsekrasi: “Kebangkitan-Mu kami muliakan.” Kurban Ekaristi menghadirkan bukan saja misteri sengsara dan wafat Juruselamat, tetapi juga misteri kebangkitan-Nya, yang memahkotai pengurbanan-Nya. Adalah sebagai Seorang yang hidup dan bangkit, Kristus dapat menjadi Ekaristi, “roti kehidupan” (Yoh 6:35, 48), “roti yang hidup” (Yoh 6:51). Santo Ambrosius mengingatkan para terbaptis baru mengenai pengenaan peristiwa kebangkitan kepada hidup mereka: “Hari ini Kristus menjadi milikmu, kendati Ia bangkit lagi setiap hari bagimu” [Tentang Sakramen (De Sacramentis), V, 4, 26: CSEL 73, 70]. St. Sirillus dari Aleksandria memberi juga penegasan bahwa ambil-bagian dalam misteri suci “adalah pengakuan sejati dan peringatan bahwa Tuhan telah wafat dan hidup kembali bagi kita dan sebagai pengganti diri kita” [Konstitusi tentang Injil Yohanes, XII, 20: PG 74, 726].
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
MATI UNTUK HIDUP
Renungan hari Minggu prapaskah kelima, 25 Maret 2012
Hari ini adalah hari Minggu Prapaskah kelima. Dari tradisi liturgis yang kuno, corpus Yesus pada salib biasanya diselubungi. Demikian juga patung-patung orang kudus di dalam gereja diselubungi. Hanya saja, tradisi ini kurang begitu familiar sekarang ini. Umumnya penyelubungan salib dilakukan sesudah misa kamis putih malam hari. Yang mau disampaikan dengan acara penutupan/penyelubungan corpus di salib sejak minggu prapaskah kelima ini adalah untuk menandakan bahwa kita telah memasuki minggu sengsara yaitu pekan Prapaskah kelima dan sebentar lagi akan masuk Pekan Suci. Selama masa penderitaan dan sengsara-Nya itu, Yesus tampil sebagai manusia yang sangat menderita. Keallahan Yesus nampak terselubung atau tidak tampak. Hal itu sangat jelas dalam bacaan-bacaan yang ditampilkan dalam pekan-pekan ini. Dalam penderitaan-Nya, Yesus tampil sebagai sosok manusia yang sangat menderita.
Itu pula yang dikatakan pada bacaan kedua hari ini dari Kitab Ibrani: “Kristus, dalam hidup-Nya sebagai manusia, telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibr 5:7). Pernyataan itu mau menunjukkan sisi kemanusiaan Yesus yang juga bisa menangis, bisa mengalami rasa takut sama seperti kita. Namun bukan berarti Ia tidak sanggup melawannya.
Dengan penderitan-Nya itu, Yesus adalah sang biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati, namun Ia akan hidup dan menghasilkan banyak buah. Dalam Injil Yohanes, kematian Yesus di salib justru merupakan peristiwa peninggian atau pemuliaan Yesus Kristus sendiri. Kendatipun secara manusiawi Yesus menangis seperti yang tertulis dalam Ibrani, tetapi dalam Injil Ia sendiri menunjukkan keallahan-Nya dengan menyatakan perlunya kematian untuk menghasilkan buah melimpah. Buah yang tidak jatuh ke atas tanah, akan tetaplah tinggal sebiji dan tidak berkembang. Sementara buah yang jatuh ke tanah akan nampak sia-sia karena mati, tetapi justru di situlah ia akan bertumbuh untuk berbuah.
Bagi Yesus, penderitaan dan kematian bukanlah suatu moment yang menakutkan dan menegangkan untuk dihadapi. Kematian adalah suatu peristiwa alamiah yang setiap makhluk hidup akan mengalaminya juga. ‘Kita mati untuk hidup’, itulah yang dimaksudkan Yesus. Semoga Sabda Yesus hari ini semakin memampukan kita memahami arti kematian bukan sebagai kebinasaan, tetapi sebagai hidup baru. Selamat minggu prapaskah kelima. Amen.
Hari ini adalah hari Minggu Prapaskah kelima. Dari tradisi liturgis yang kuno, corpus Yesus pada salib biasanya diselubungi. Demikian juga patung-patung orang kudus di dalam gereja diselubungi. Hanya saja, tradisi ini kurang begitu familiar sekarang ini. Umumnya penyelubungan salib dilakukan sesudah misa kamis putih malam hari. Yang mau disampaikan dengan acara penutupan/penyelubungan corpus di salib sejak minggu prapaskah kelima ini adalah untuk menandakan bahwa kita telah memasuki minggu sengsara yaitu pekan Prapaskah kelima dan sebentar lagi akan masuk Pekan Suci. Selama masa penderitaan dan sengsara-Nya itu, Yesus tampil sebagai manusia yang sangat menderita. Keallahan Yesus nampak terselubung atau tidak tampak. Hal itu sangat jelas dalam bacaan-bacaan yang ditampilkan dalam pekan-pekan ini. Dalam penderitaan-Nya, Yesus tampil sebagai sosok manusia yang sangat menderita.
Itu pula yang dikatakan pada bacaan kedua hari ini dari Kitab Ibrani: “Kristus, dalam hidup-Nya sebagai manusia, telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” (Ibr 5:7). Pernyataan itu mau menunjukkan sisi kemanusiaan Yesus yang juga bisa menangis, bisa mengalami rasa takut sama seperti kita. Namun bukan berarti Ia tidak sanggup melawannya.
Dengan penderitan-Nya itu, Yesus adalah sang biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati, namun Ia akan hidup dan menghasilkan banyak buah. Dalam Injil Yohanes, kematian Yesus di salib justru merupakan peristiwa peninggian atau pemuliaan Yesus Kristus sendiri. Kendatipun secara manusiawi Yesus menangis seperti yang tertulis dalam Ibrani, tetapi dalam Injil Ia sendiri menunjukkan keallahan-Nya dengan menyatakan perlunya kematian untuk menghasilkan buah melimpah. Buah yang tidak jatuh ke atas tanah, akan tetaplah tinggal sebiji dan tidak berkembang. Sementara buah yang jatuh ke tanah akan nampak sia-sia karena mati, tetapi justru di situlah ia akan bertumbuh untuk berbuah.
Bagi Yesus, penderitaan dan kematian bukanlah suatu moment yang menakutkan dan menegangkan untuk dihadapi. Kematian adalah suatu peristiwa alamiah yang setiap makhluk hidup akan mengalaminya juga. ‘Kita mati untuk hidup’, itulah yang dimaksudkan Yesus. Semoga Sabda Yesus hari ini semakin memampukan kita memahami arti kematian bukan sebagai kebinasaan, tetapi sebagai hidup baru. Selamat minggu prapaskah kelima. Amen.
"KEBENARAN TIDAK AKAN MATI WALAUPUN IA DIMATIKAN"
Orang jujur disingkirkan, orang benar disalahkan, yang kecil diperlakukan dengan tidak adil, lalu mereka berpesta ria karena mereka berkata; Lihat...kejujuran telah hilang, kebenaran telah punah, dan keadilan telah sirna. Akan tetapi mereka tidak sadar bahwa benih itu harus mati agar ia bisa bertumbuh menjadi banyak. Sang Kebenarana Sejati telah dimatikan hanya karena fitnah dan rasa iri yang mencekam tapi Ia lalu bangkit menjadi pemenang.
Saudaraku, engkau pasti pernah mengalaminya dalam rentang hidupmu, tapi sore/malam ini kudatang yakinkan engkau bahwa sesungguhnya "engkaulah benih yang harus mati dalam pengorbanan yang telah engkau tunjukkan di mana pun engkau berada saat ini. Jangan takut, karena seperti Sang Kebenaran Sejati telah bangkit maka engkau pun akan keluar sebagai pemenang di akhir pertandingan ini.
Saudaraku, engkau pasti pernah mengalaminya dalam rentang hidupmu, tapi sore/malam ini kudatang yakinkan engkau bahwa sesungguhnya "engkaulah benih yang harus mati dalam pengorbanan yang telah engkau tunjukkan di mana pun engkau berada saat ini. Jangan takut, karena seperti Sang Kebenaran Sejati telah bangkit maka engkau pun akan keluar sebagai pemenang di akhir pertandingan ini.
Saturday, March 24, 2012
Orang kudus (santo-santa), 25 Maret:
Kabar gembira bagi manusia karena akan lahir seorang Penyelamat, tapi tahukah engkau bahwa Maria harus berjuang dengan kemanusiaannya untuk menerima kabar tersebut. Kiranya rasa syukur dari bibir dan terlebih hati kita menjadi ungkapan yang pantas terberi kepada Maria.
Maria menerima Kabar gembira dari Malaikat Gabriel
Salam engkau yang penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau diantara wanita. Demikianlah salam Malaikat Gabriel kepada Maria. Selanjutnya Malaikat Allah itu berkata: Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki- laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus.
Gereja merayakan peristiwa ini secara khusus mengingat arti dan maknanya bagi keselamatan manusia. Boleh dikatakan peristiwa Sabda menjadi daging berawal pada saat Maria menyatakan kesediaannya dan persetujuannya kepada Malaikat Gabriel, pembawa khabar gembira itu, dan semenjak itu pula Maria menjadi Bunda Allah. Satu hal yang harus kita camkan dalam hati ialah hormat Allah pada Maria sebagaimana terlihat dalam permintaan kesediaan Maria untuk menerima Sabda Allah dalam rahimnya. Disini Allah tidak memaksa Maria, tetapi meminta kesediaannya. Maria sendiri menyadari bahwa Tuhan memilih dia karena menganggap dia layak untuk menerima khabar gembira itu. Tetapi sebagai manusia, Maria masih tampak ragu- ragu akan makna khabar itu. Oleh karena itu, ia menanyakan lebih lanjut keterangan dari malaikat Allah itu: Bagaimana hal ini mungkin terjadi ? Dan ketika ia sudah merasa pasti akan makna khabar gembira malaikat itu, Maria berkata: Aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataan Mu.
Semoga hari raya Khabar Sukacita ini menumbuhkan dalam diri kita semangat ketaatan ada Allah dan kesediaan berkerja sama dengan Allah dalam karya penyelamatan Nya.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
Maria menerima Kabar gembira dari Malaikat Gabriel
Salam engkau yang penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau diantara wanita. Demikianlah salam Malaikat Gabriel kepada Maria. Selanjutnya Malaikat Allah itu berkata: Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki- laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus.
Gereja merayakan peristiwa ini secara khusus mengingat arti dan maknanya bagi keselamatan manusia. Boleh dikatakan peristiwa Sabda menjadi daging berawal pada saat Maria menyatakan kesediaannya dan persetujuannya kepada Malaikat Gabriel, pembawa khabar gembira itu, dan semenjak itu pula Maria menjadi Bunda Allah. Satu hal yang harus kita camkan dalam hati ialah hormat Allah pada Maria sebagaimana terlihat dalam permintaan kesediaan Maria untuk menerima Sabda Allah dalam rahimnya. Disini Allah tidak memaksa Maria, tetapi meminta kesediaannya. Maria sendiri menyadari bahwa Tuhan memilih dia karena menganggap dia layak untuk menerima khabar gembira itu. Tetapi sebagai manusia, Maria masih tampak ragu- ragu akan makna khabar itu. Oleh karena itu, ia menanyakan lebih lanjut keterangan dari malaikat Allah itu: Bagaimana hal ini mungkin terjadi ? Dan ketika ia sudah merasa pasti akan makna khabar gembira malaikat itu, Maria berkata: Aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataan Mu.
Semoga hari raya Khabar Sukacita ini menumbuhkan dalam diri kita semangat ketaatan ada Allah dan kesediaan berkerja sama dengan Allah dalam karya penyelamatan Nya.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
"KETIKA AKU MASIH HIDUP"
Banyak orang ingin hidupnya lama alias diperpanjang,
dan memang Tuhan memberi kepada mereka umur yang panjang, rezeki yang cukup, dan....
Namun..........
hidup tak selamanya diisi dengan kebaikan, cinta dan pengampunan; Cinta dibatasi, kebaikan dipertimbangkan untuk diberikan dan pengampunan susah untuk dilakukan...
Seandainya....
Pagi ini Tuhan berkata kepadamu;
Anak-Ku, sudah cukuplah anugrah rahmat kehidupan bagimu..
Engkau harus kembali kepada-Ku...
Lalu....
Apakah manusia menyambut undangan Tuhannya dengan penuh suka cita?
Ataukah, manusia akan berkata kepada-Nya;
Tuhan, berilah aku kesempatan sekali lagi untuk
melakukan kebaikan, cinta dan pengampunan
yang belum kulakukan sampai saat ini.
Dan, Tuhan pun tersenyum memandangmu dan berkata;
Iya, putra-Ku, Aku akan memberimu kesempatan
untuk melakukannya lagi....
Saudara,......
Karena itu, jika engkau mendapati bahwa pagi ini engkau masih hidup, maka itulah tandanya bahwa Tuhan telah mengabulkan permohonanmu, bukan semata karena Ia ingin menyaksikan perbuatan-perbuatanmu, melainkan semuanya karena Ia sungguh mencintaimu. Ia yang adalah Sumber Kehidupan telah dan sedang memberi nafas hidup kepadamu agar engkau pun tetap hidup sampai ajalmu tiba.
Dengarlah bisikanku; "Jangan lewatkan kesempatan hidup yang terberi kepadamu saat ini, karena pada waktu berikut Ia takan memberi kesempatan untuk hidup di dunia ini lagi, melainkan di akhirat sesuai dengan janji-Nya; "Aku ingin agar di tempat di mana Aku berada kamu pun berada."
dan memang Tuhan memberi kepada mereka umur yang panjang, rezeki yang cukup, dan....
Namun..........
hidup tak selamanya diisi dengan kebaikan, cinta dan pengampunan; Cinta dibatasi, kebaikan dipertimbangkan untuk diberikan dan pengampunan susah untuk dilakukan...
Seandainya....
Pagi ini Tuhan berkata kepadamu;
Anak-Ku, sudah cukuplah anugrah rahmat kehidupan bagimu..
Engkau harus kembali kepada-Ku...
Lalu....
Apakah manusia menyambut undangan Tuhannya dengan penuh suka cita?
Ataukah, manusia akan berkata kepada-Nya;
Tuhan, berilah aku kesempatan sekali lagi untuk
melakukan kebaikan, cinta dan pengampunan
yang belum kulakukan sampai saat ini.
Dan, Tuhan pun tersenyum memandangmu dan berkata;
Iya, putra-Ku, Aku akan memberimu kesempatan
untuk melakukannya lagi....
Saudara,......
Karena itu, jika engkau mendapati bahwa pagi ini engkau masih hidup, maka itulah tandanya bahwa Tuhan telah mengabulkan permohonanmu, bukan semata karena Ia ingin menyaksikan perbuatan-perbuatanmu, melainkan semuanya karena Ia sungguh mencintaimu. Ia yang adalah Sumber Kehidupan telah dan sedang memberi nafas hidup kepadamu agar engkau pun tetap hidup sampai ajalmu tiba.
Dengarlah bisikanku; "Jangan lewatkan kesempatan hidup yang terberi kepadamu saat ini, karena pada waktu berikut Ia takan memberi kesempatan untuk hidup di dunia ini lagi, melainkan di akhirat sesuai dengan janji-Nya; "Aku ingin agar di tempat di mana Aku berada kamu pun berada."
"DOA DAN KARYA MELAHIRKAN MUJIZAT"
Setelah memposting tentang kisah keponakanku, seorang teman mengsharingkan pengalamannya yang luar biasa tentang kekuatan doa sebagai berikut:
Romo...saya jadi inget, tahun lalu anakku (cowo) tak bisa ikut sidang skripsi karena ngga punya uang... Di hari terakhir batas waktu yang diberikan dia sms "pa...ma...ini hari terakhir, kalo hari ini aku belum bisa juga membayar maka aku pasti tak lulus...aku hanya bisa berdoa ma, pa..."
Saat itu kami memang ngga punya apa2 karena baru tertimpa musibah (rumah terbakar, habis semuanya, tapi masih bersyukur ngga ada korban jiwa), beruntung, kami punya banyak teman yang sudah membantu dengan banyak cara...
Di hari yang sama dengan batas waktu terakhir menyetor uang ke kampusnya, kami dikunjungi tamu, tamu kami minta tolong pinjam uang untuk membayar biaya perawatan di RS, masih sisa 500 ribu, tanpa berpikir panjang saya memberinya 550 ribu...
20 menit kemudian, anakku telpon..."pa, ma...aku bisa ikut sidang hari ini, aku ketemu teman papa (angt.DPRD) yang kebetulan ke kampus, beliau beri aku uang 5 juta..."
Saya mau yakinkan teman-teman bahwa dimana dan dalam keadaan apapun, tetaplah berdoa... Doa orang "teraniaya" besar kuasanya ? Trims Romo...
Romo...saya jadi inget, tahun lalu anakku (cowo) tak bisa ikut sidang skripsi karena ngga punya uang... Di hari terakhir batas waktu yang diberikan dia sms "pa...ma...ini hari terakhir, kalo hari ini aku belum bisa juga membayar maka aku pasti tak lulus...aku hanya bisa berdoa ma, pa..."
Saat itu kami memang ngga punya apa2 karena baru tertimpa musibah (rumah terbakar, habis semuanya, tapi masih bersyukur ngga ada korban jiwa), beruntung, kami punya banyak teman yang sudah membantu dengan banyak cara...
Di hari yang sama dengan batas waktu terakhir menyetor uang ke kampusnya, kami dikunjungi tamu, tamu kami minta tolong pinjam uang untuk membayar biaya perawatan di RS, masih sisa 500 ribu, tanpa berpikir panjang saya memberinya 550 ribu...
20 menit kemudian, anakku telpon..."pa, ma...aku bisa ikut sidang hari ini, aku ketemu teman papa (angt.DPRD) yang kebetulan ke kampus, beliau beri aku uang 5 juta..."
Saya mau yakinkan teman-teman bahwa dimana dan dalam keadaan apapun, tetaplah berdoa... Doa orang "teraniaya" besar kuasanya ? Trims Romo...
Thursday, March 22, 2012
Orang kudus hari ini, 23 Maret;
Pengorbanan diri adalah ciri khas orang kudus, santo dan santa. Mereka selalu percaya bahwa Yesus takan pernah meninggalkan mereka. Semoga kita pun selalu tergerak untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama kita.
Santo Alfonsus Toribio dari Mongroveyo, Uskup
Alfonsus Toribio dikenal sebagai seorang awam Katolik yang saleh, jujur dan bijaksana. Di Granada Spanyol, ia menjabat sebagai ketua Mahkamah Agung dan Mahaguru dibidang hukum. Kisah tentang pengangkatannya sebagai Uskup Agung kota Lima, Peru sungguh menarik. Kehidupan imamat tidak menarik hatinya selama ia giat dalam dinas kenegaraan dan kegiatan lainnya. Tetapi Tuhan mempunyai rencana khusus atas dirinya diluar kehendaknya sendiri. Sepeninggal Uskup Agung Lima pada tahun 1850, tahkta keuskupan mengalami kekosongan. Suasana kota menjadi semakin buruk tertama di kalangan angkatan bersenjata. Hal ini sungguh memalukan raja Philip yang saleh dan taat beragama. Jalan keluar untuk mengatasi masalah ini ialah memilih seorang Uskup Agung yang berwibawa, saleh, jujur, pintar dan berpengaruh di masyarakat terutama di kalangan pembesar dan angkatan bersenjata.
Orang yang cocok untuk jabatan uskup agung ini ialah Alfonsus Toribio. Semula penunjukkan atas dirinya sebagai Uskup Agung ditolaknya dengan keras mengingat statusnya sebagai seorang awam. Namun atas desakan raja dan semua rakyat, Alfonsus tergerak juga untuk menerima penunjukkan ini. Ia sadar bahwa penunjukkan itu adalah kehendak Allah. Ia lalu di tabhiskan menjadi Uskup Agung pada tahun 1581. Dari Spanyol, ia berlayar ke Peru, sebuah negeri yang bergunung- gunung di pantai lautan Pasifik. Tindakan pertama yang ditempuhnya ialah mengunjungi semua wilayah paroki dalam keuskupannya hingga ke pelosok- pelosok. Kadang- kadang ia berjalan kaki, menuruni gunung dan bukit guna menyaksikan kehidupan umatnya.
Ia melihat banyak hal selama kunjungan- kunjungannya. Orang - orang Spanyol terutama tentara- tentara dikenal berwatak bejat. Orang Indian dikenal bodoh; sedangkan imam- imamnya malas dan mempunyai banyak isteri. Hal ini menggerakkan dia untuk segera mengadakan pembaharuan total dalam keuskupannya. Terhadap orang- orang Spanyol yang bejat moralnya, ia tidak segan- segan menjatuhkan hukuman yang setimpal. Untuk orang- orang indian yang bodoh, ia berusaha mendirikan sekolah- sekolah. Untuk mendapatkan tenaga- tenaga imam bagi pelayanan umat, ia mendirikan sebuah seminari, yang dikenal sebagai seminari pertama di Amerika. Para imam dibinanya agar kembali sadar akan keluhuran panggilannya dan tugasnya sebagai pelayan umat.
Toribio dengan tekun mempelajari bahasa daerah dan adat istiadat setempat. Orang- orang Indian yang masih terbelakang mendapat perhatian yang khusus. Ia membela mereka dari segala tindak jahat orang Spanyol. Usahaya untuk memperbaharui kehidupan imam umat sangat berhasil. Ia dibantu oleh rekannya santo Fransiskus Solanus. Selama 25 tahun memimpin gereja Peru sebagai uskup Agung, Toribio berhasil menghantar kembali orang- orang Spanyol kepada tata cara hidup Kristiani. Demikian juga orang- orang Indian. Ia meninggal tahun 1606.
Santa Sibilina Biscossi OP, Pengaku Iman
Sibilina hidup antara tahun 1287- 1367. Ia sudah menjadi anak yatim- piatu sejak kecil. Untuk menyambung hidupnya ia kemudian bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pada usia 12 tahun ia menjadi buta. Sibilina kemudian diterima dalam sebuah biara dan menjadi sekluse (pertapa di ruangan kecil yang dikunci selamanya) di samping gereja. Banyak orang yang minta doa dan nasehatnya.
Santo Dismas, Pengaku Iman
Konon, Dismas adalah penyamun, yang disalibkan di sebelah kanan Yesus dan bertobat sebagaimana dikatakan Lukas: Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkan diri Mu dan kami. Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah. Lalu ia berkata: Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja, kata Yesus kepadanya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama sama dengan Aku di dalam Firdaus. (Luk23:3943).
Tentang Dismas ada sebuah legenda berkisah sebagai berikut: Ketika Maria dan Yosef bersama Kanak- kanak Yesus dalam perjalanan pengungsian ke Mesir untuk menghindari rencana pembunuhan Herodes, tiba- tiba mereka di dekati dan disapa oleh dua orang penyamun: Titus dan Dumachus. Titus biasanya dipanggil Dismas, dan Dumachus dipanggil Gestas. Dismas mengajak temannya Gestas untuk membantu Maria dan Yusuf dalam perjalanan itu. Menyaksikan kebaikan hati Dismas, Maria berkata: Tuhan akan mengangkat engkau dengan tangan kanan Nya dan memberikan pengampunan atas dosa- dosamu.
Sedangkan kepada ibu Nya, Kanak- Kanak Yesus berkata meramal: Ibu, setelah Aku berusia 30 tahun, orang- orang Yahudi akan menyalibkan Aku di Yerusalem, dan dua penyamun itu akan ditinggikan juga bersama Aku: Titus disebelah kanan Ku dan Dumachus di sebelah kiri Ku. Dan setelah itu Titus akan masuk bersama Ku ke dalam Firdaus. Dismas dihormati sebagai pelindung orang- orang yang perlu bertobat secara sempurna dan santo pelindung orang yang dihukum mati.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
Santo Alfonsus Toribio dari Mongroveyo, Uskup
Alfonsus Toribio dikenal sebagai seorang awam Katolik yang saleh, jujur dan bijaksana. Di Granada Spanyol, ia menjabat sebagai ketua Mahkamah Agung dan Mahaguru dibidang hukum. Kisah tentang pengangkatannya sebagai Uskup Agung kota Lima, Peru sungguh menarik. Kehidupan imamat tidak menarik hatinya selama ia giat dalam dinas kenegaraan dan kegiatan lainnya. Tetapi Tuhan mempunyai rencana khusus atas dirinya diluar kehendaknya sendiri. Sepeninggal Uskup Agung Lima pada tahun 1850, tahkta keuskupan mengalami kekosongan. Suasana kota menjadi semakin buruk tertama di kalangan angkatan bersenjata. Hal ini sungguh memalukan raja Philip yang saleh dan taat beragama. Jalan keluar untuk mengatasi masalah ini ialah memilih seorang Uskup Agung yang berwibawa, saleh, jujur, pintar dan berpengaruh di masyarakat terutama di kalangan pembesar dan angkatan bersenjata.
Orang yang cocok untuk jabatan uskup agung ini ialah Alfonsus Toribio. Semula penunjukkan atas dirinya sebagai Uskup Agung ditolaknya dengan keras mengingat statusnya sebagai seorang awam. Namun atas desakan raja dan semua rakyat, Alfonsus tergerak juga untuk menerima penunjukkan ini. Ia sadar bahwa penunjukkan itu adalah kehendak Allah. Ia lalu di tabhiskan menjadi Uskup Agung pada tahun 1581. Dari Spanyol, ia berlayar ke Peru, sebuah negeri yang bergunung- gunung di pantai lautan Pasifik. Tindakan pertama yang ditempuhnya ialah mengunjungi semua wilayah paroki dalam keuskupannya hingga ke pelosok- pelosok. Kadang- kadang ia berjalan kaki, menuruni gunung dan bukit guna menyaksikan kehidupan umatnya.
Ia melihat banyak hal selama kunjungan- kunjungannya. Orang - orang Spanyol terutama tentara- tentara dikenal berwatak bejat. Orang Indian dikenal bodoh; sedangkan imam- imamnya malas dan mempunyai banyak isteri. Hal ini menggerakkan dia untuk segera mengadakan pembaharuan total dalam keuskupannya. Terhadap orang- orang Spanyol yang bejat moralnya, ia tidak segan- segan menjatuhkan hukuman yang setimpal. Untuk orang- orang indian yang bodoh, ia berusaha mendirikan sekolah- sekolah. Untuk mendapatkan tenaga- tenaga imam bagi pelayanan umat, ia mendirikan sebuah seminari, yang dikenal sebagai seminari pertama di Amerika. Para imam dibinanya agar kembali sadar akan keluhuran panggilannya dan tugasnya sebagai pelayan umat.
Toribio dengan tekun mempelajari bahasa daerah dan adat istiadat setempat. Orang- orang Indian yang masih terbelakang mendapat perhatian yang khusus. Ia membela mereka dari segala tindak jahat orang Spanyol. Usahaya untuk memperbaharui kehidupan imam umat sangat berhasil. Ia dibantu oleh rekannya santo Fransiskus Solanus. Selama 25 tahun memimpin gereja Peru sebagai uskup Agung, Toribio berhasil menghantar kembali orang- orang Spanyol kepada tata cara hidup Kristiani. Demikian juga orang- orang Indian. Ia meninggal tahun 1606.
Santa Sibilina Biscossi OP, Pengaku Iman
Sibilina hidup antara tahun 1287- 1367. Ia sudah menjadi anak yatim- piatu sejak kecil. Untuk menyambung hidupnya ia kemudian bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pada usia 12 tahun ia menjadi buta. Sibilina kemudian diterima dalam sebuah biara dan menjadi sekluse (pertapa di ruangan kecil yang dikunci selamanya) di samping gereja. Banyak orang yang minta doa dan nasehatnya.
Santo Dismas, Pengaku Iman
Konon, Dismas adalah penyamun, yang disalibkan di sebelah kanan Yesus dan bertobat sebagaimana dikatakan Lukas: Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkan diri Mu dan kami. Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah. Lalu ia berkata: Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja, kata Yesus kepadanya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama sama dengan Aku di dalam Firdaus. (Luk23:3943).
Tentang Dismas ada sebuah legenda berkisah sebagai berikut: Ketika Maria dan Yosef bersama Kanak- kanak Yesus dalam perjalanan pengungsian ke Mesir untuk menghindari rencana pembunuhan Herodes, tiba- tiba mereka di dekati dan disapa oleh dua orang penyamun: Titus dan Dumachus. Titus biasanya dipanggil Dismas, dan Dumachus dipanggil Gestas. Dismas mengajak temannya Gestas untuk membantu Maria dan Yusuf dalam perjalanan itu. Menyaksikan kebaikan hati Dismas, Maria berkata: Tuhan akan mengangkat engkau dengan tangan kanan Nya dan memberikan pengampunan atas dosa- dosamu.
Sedangkan kepada ibu Nya, Kanak- Kanak Yesus berkata meramal: Ibu, setelah Aku berusia 30 tahun, orang- orang Yahudi akan menyalibkan Aku di Yerusalem, dan dua penyamun itu akan ditinggikan juga bersama Aku: Titus disebelah kanan Ku dan Dumachus di sebelah kiri Ku. Dan setelah itu Titus akan masuk bersama Ku ke dalam Firdaus. Dismas dihormati sebagai pelindung orang- orang yang perlu bertobat secara sempurna dan santo pelindung orang yang dihukum mati.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
“LIHATLAH APA YANG DIA BUAT DAN DENGARLAH APA YANG DIA KATAKAN”
Jumat,23 Maret 2012
Peringatan St. Alfonsius Toribio, Sta. Sibilina Biscossi dan St. Dismas
Yoh.7:1-2, 10, 25-30
Kadang terjadi dalam hidup bahwa pengenalan akan latar belakang seseorang entahkah bisa membuat kita mencintainya atau pun sebaliknya menolak kehadirannya.
Yesus pun pada zaman-Nya mengalami hal yang sama. Hanya karena pengetahuan mereka yang disekitar-Nya tetang asal usul-Nya maka penolakan terhadap inti pewartaan-Nyapun terjadi, yakni pewartaan tentang cinta kasih yang berasal dari Bapa. Aku datang bukan atas kemauanku sendiri melainkan Dia, Yang mengutus-Ku, dan Dialah Allah, Bapa-Ku.
Hal kecil yang kiranya kita petik sebagai bahan permenungan di pagi ini yakni kepekaan untuk memilah mana yang penting dari orang lain di sekitar kita. Pengenalan akan orang lain membuat kita berani menerima mereka apa adanya. Kekurangan dan kelemahan mereka tidak dijadikan sebagai alasan penolakan melainkan sebagai undangan untuk membantu mereka.
Semoga saja pengenalan akan Yesus membuat kita semakin percaya kepada-Nya, mengimani-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Yesuslah jalan lurus kepada Bapa. Dan, itulah keselamatan.
Peringatan St. Alfonsius Toribio, Sta. Sibilina Biscossi dan St. Dismas
Yoh.7:1-2, 10, 25-30
Kadang terjadi dalam hidup bahwa pengenalan akan latar belakang seseorang entahkah bisa membuat kita mencintainya atau pun sebaliknya menolak kehadirannya.
Yesus pun pada zaman-Nya mengalami hal yang sama. Hanya karena pengetahuan mereka yang disekitar-Nya tetang asal usul-Nya maka penolakan terhadap inti pewartaan-Nyapun terjadi, yakni pewartaan tentang cinta kasih yang berasal dari Bapa. Aku datang bukan atas kemauanku sendiri melainkan Dia, Yang mengutus-Ku, dan Dialah Allah, Bapa-Ku.
Hal kecil yang kiranya kita petik sebagai bahan permenungan di pagi ini yakni kepekaan untuk memilah mana yang penting dari orang lain di sekitar kita. Pengenalan akan orang lain membuat kita berani menerima mereka apa adanya. Kekurangan dan kelemahan mereka tidak dijadikan sebagai alasan penolakan melainkan sebagai undangan untuk membantu mereka.
Semoga saja pengenalan akan Yesus membuat kita semakin percaya kepada-Nya, mengimani-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Yesuslah jalan lurus kepada Bapa. Dan, itulah keselamatan.
"JANGAN BIARKAN DENDAMMU MEMBARA"
"Dendam yang kau pelihara hanya akan membuat jiwamu merana sepanjang hidupmu.
Engkau ingin membalas dia/mereka sementara mungkin engkau sendiri tidak memiliki kesempatan dan kemampuan untuk membalas dendammu. Akhirnya, hanya kehampaan jiwalah yang Anda dapatkan, karena sesungguhnya Anda mengikat diri, pikiran, hati dan jiwamu sendiri dengan rantai yang Anda sendiri ciptakan.
Lebih aneh lagi terjadi bahwa Anda mengetahui cara melepaskan diri dari belenggu itu tapi enggan melakukannya."
Engkau ingin membalas dia/mereka sementara mungkin engkau sendiri tidak memiliki kesempatan dan kemampuan untuk membalas dendammu. Akhirnya, hanya kehampaan jiwalah yang Anda dapatkan, karena sesungguhnya Anda mengikat diri, pikiran, hati dan jiwamu sendiri dengan rantai yang Anda sendiri ciptakan.
Lebih aneh lagi terjadi bahwa Anda mengetahui cara melepaskan diri dari belenggu itu tapi enggan melakukannya."
Wednesday, March 21, 2012
"IBLIS TAKAN TINGGAL DIAM"
Banyak orang berjuang untuk berbuat baik, namun kadang mereka kecewa bahkan berhenti hanya karena suara-suara sumbang yang mengeritik bahkan yang menolak kehadiran mereka. Terhadap apa yang dikatakan, bahkan lewat penampilan foto sekalipun selalu menjadi bahan cemoohan.
Karena itu, kuyakinkan engkau sebagai sahabat dan saudaraku bahwa "iblis tak pernah tinggal diam memandang semua perbuatan baikmu." Ia akan selalu berjuang untuk menghancurkanmu, dan bila perlu memisahkanmu dari Allah, yang karena Dialah engkau berbuat baik kepada sesama."
Perkuatkanlah hati dan jiwamu dalam doa-doamu di hadapan Dia Yang empunya kuasa untuk mengusir roh jahat. Dalam Nama-Nya, semua yang ada di surga dan bumi bertekuk lutuk menyembah-Nya. Engkau pasti bisa melakukannya karena Allahmu sungguh luar biasa dalam kuat kuasa-Nya.
Karena itu, kuyakinkan engkau sebagai sahabat dan saudaraku bahwa "iblis tak pernah tinggal diam memandang semua perbuatan baikmu." Ia akan selalu berjuang untuk menghancurkanmu, dan bila perlu memisahkanmu dari Allah, yang karena Dialah engkau berbuat baik kepada sesama."
Perkuatkanlah hati dan jiwamu dalam doa-doamu di hadapan Dia Yang empunya kuasa untuk mengusir roh jahat. Dalam Nama-Nya, semua yang ada di surga dan bumi bertekuk lutuk menyembah-Nya. Engkau pasti bisa melakukannya karena Allahmu sungguh luar biasa dalam kuat kuasa-Nya.
EKARISTI KERAP DIREDUKSI DARI MAKNA SESUNGGUHNYA
(Lanjutan permenungan prapaskah dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)
Paus Yohans Paulus II berkata:
10 Komitmen Magisterium Gereja untuk mewartakan misteri Ekaristi telah mendorong pertumbuhan batin komunitas kristiani. Pastilah ‘pembaharuan liturgi yang didorong oleh Konsili’ telah memberikan sumbangan besar bagi semakin besarnya kesadaran, partisipasi yang lebih aktif dan berdayaguna dalam Kurban Altar yang Suci ini bagi para umat beriman. Di banyak tempat, ‘sembah sujud Sakramen Mahakudus’ telah juga menjadi praktek harian yang penting, dan telah menjadi sumber kesucian yang tak kunjung kering. Partisipasi saleh umat beriman dalam prosesi Ekaristi pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah juga rahmat Tuhan yang setiap tahun membawa sukacita bagi mereka yang ambil-bagian di dalamnya. Tanda-tanda positif lain terhadap iman Ekaristi dan cinta-kasih pantas juga disebut.
Sayangnya, di seluruh sisi ini, ‘terdapat juga keredupan’. Di beberapa tempat, praktek sembah sujud Ekaristi hampir terlupakan sama sekali. Di banyak bagian dari Gereja, telah terjadi juga penyalahgunaan, sampai membingungkan iman yang sehat dan ajaran Katolik mengenai sakramen ajaib ini. Terkadang terjadilah pemiskinan yang hebat pada pihak pemahaman misteri Ekaristi. Dilucuti dari makna kurbannya, Ekaristi dirayakan hanya sebagai perjamuan persaudaraan. Apalagi, perlunya pelayanan imamat, yang didasarkan pada kesinambungan apostolik, kadang-kadang menjadi redup, dan hakikat sakramental dari Ekaristi dipersempit hanya dayagunanya sebagai salah satu pewartaan. Ini, di sana-sini, telah mengarah kepada prakarsa ekumenis, kendati maksudnya baik, tetapi telah membiarkan masuknya praktek-praktek yang bertentangan dengan disiplin iman seperti diajarkan oleh Gereja. Tak dapat tidak, semuanya ini harus disesali. Ekaristi adalah karunia yang terlalu berharga untuk diserahkan kepada ketidaktentuan dan pelecehan.
Saya berharap agar Surat Ensiklik ini dapat memberikan sumbangsihnya bagi penghapusan awan kelam pada ajaran dan praktek yang harus ditolak, sehingga Ekaristi terus bersinar dalam seluruh misterinya yang cemerlang.
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
Paus Yohans Paulus II berkata:
10 Komitmen Magisterium Gereja untuk mewartakan misteri Ekaristi telah mendorong pertumbuhan batin komunitas kristiani. Pastilah ‘pembaharuan liturgi yang didorong oleh Konsili’ telah memberikan sumbangan besar bagi semakin besarnya kesadaran, partisipasi yang lebih aktif dan berdayaguna dalam Kurban Altar yang Suci ini bagi para umat beriman. Di banyak tempat, ‘sembah sujud Sakramen Mahakudus’ telah juga menjadi praktek harian yang penting, dan telah menjadi sumber kesucian yang tak kunjung kering. Partisipasi saleh umat beriman dalam prosesi Ekaristi pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah juga rahmat Tuhan yang setiap tahun membawa sukacita bagi mereka yang ambil-bagian di dalamnya. Tanda-tanda positif lain terhadap iman Ekaristi dan cinta-kasih pantas juga disebut.
Sayangnya, di seluruh sisi ini, ‘terdapat juga keredupan’. Di beberapa tempat, praktek sembah sujud Ekaristi hampir terlupakan sama sekali. Di banyak bagian dari Gereja, telah terjadi juga penyalahgunaan, sampai membingungkan iman yang sehat dan ajaran Katolik mengenai sakramen ajaib ini. Terkadang terjadilah pemiskinan yang hebat pada pihak pemahaman misteri Ekaristi. Dilucuti dari makna kurbannya, Ekaristi dirayakan hanya sebagai perjamuan persaudaraan. Apalagi, perlunya pelayanan imamat, yang didasarkan pada kesinambungan apostolik, kadang-kadang menjadi redup, dan hakikat sakramental dari Ekaristi dipersempit hanya dayagunanya sebagai salah satu pewartaan. Ini, di sana-sini, telah mengarah kepada prakarsa ekumenis, kendati maksudnya baik, tetapi telah membiarkan masuknya praktek-praktek yang bertentangan dengan disiplin iman seperti diajarkan oleh Gereja. Tak dapat tidak, semuanya ini harus disesali. Ekaristi adalah karunia yang terlalu berharga untuk diserahkan kepada ketidaktentuan dan pelecehan.
Saya berharap agar Surat Ensiklik ini dapat memberikan sumbangsihnya bagi penghapusan awan kelam pada ajaran dan praktek yang harus ditolak, sehingga Ekaristi terus bersinar dalam seluruh misterinya yang cemerlang.
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
TULISLAH KEBAIKANMU DI ATAS PASIR, UKIRLAH KEBURUKANMU DI ATAS BATU
Renungan pagi hari Kamis, 22 Maret 2012
Dalam sejarah hidup orang-orang Kudus, kita ketahui bahwa para kudus menjadi kudus bukan karena mereka sendiri menyatakan dirinya demikian. Allah sendirilah yang mengangkat mereka dan memasukkannya dalam jajaran para kudus lewat Bunda Gereja yang secara resmi mengkanonisasinya. Dengan melihat dan menyaksikan cara hidup dan iman mereka selama di dunia patutlah diberikan ganjaran setimpal kepada mereka dengan cara kanonisasi menjadi kudus. Kanonisasi itu biasanya berlangsung lama sejak kematian mereka atau bahkan bertahun-tahun kemudian setelah mereka wafat. Penetapan kanonisasi orang kudus dimulai dengan mengumpulkan bukti-bukti sahih, akurat, terpercaya, lewat mukjizat-mukjizat yang terjadi pada orang-orang tertentu dan lewat kesaksian-kesaksian orang-orang yang pernah dekat dengan mereka atau orang-orang yang ada sangkut pautnya dengan mereka semasa hidupnya.
Para kudus tidak mengetahui bahwa mereka dikanonisasi menjadi orang kudus karena mereka sudah keburu meninggal. Orang yang di belakang merekalah yang bertindak untuk tugas mulia itu. Tetapi hal ini sangat baik karena kesaksian itu tidak muncul dari mulut para kudus itu sendiri. Jika seandainya mereka mewartakan diri sendiri dan menyatakan bahwa dirinya kudus pastilah kita berkata bahwa kesaksian itu palsu, atau paling tidak kita tak akan gampang percaya. Orang yang menyatakan dirinya baik sebenarnya bukanlah baik, dan orang yang menyatakan dirinya tidak berdosa sebenarnya dia adalah berdosa karena tidak ada manusia yang tidak berdosa. Lebih baiklah kita rendah hati dan melihat diri kita sebagai tidak layak di hadapan Allah. Dan lebih baiklah kita tidak menonjolkan diri kita sendiri di hadapan orang lain supaya kita tidak direndahkan mereka.
Yesus sendiri pun dalam Injil hari ini secara jelas menghindari penonjolan diri ini walaupun Ia sendiri adalah Allah. Ia justru membiarkan orang lain bersaksi tentang diri-Nya: ‘Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar, tetapi ada yang lain yang bersaksi tentang dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar” (Yoh 5:31-32). Lewat kesaksian orang-orang lain yang diilhami oleh Allahlah kita mengenal dan mengetahui siapa Yesus itu sebenarnya. Bahkan kesaksian tentang Yesus sendiri lebih hebat dari para kudus. Jika para kudus diberi kesaksian dan kanonisasi setelah kematiannya, Yesus bahkan lebih spektakuler, karena sebelum kelahiran-Nya pun Dia sudah dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama. Musa sendiri telah mencatat tentangNya dalam kitab-kitabnya (bdk. Yoh 5:46-47). Dengan kesaksian para orang terpercaya ini kita semakin diyakinkan tentang Keallahan Yesus. Ia adalah Putra Allah sendiri yang turun ke bumi menjadi manusia, yang telah diramalkan oleh para nabi dan hal itu dipertegas kembali setelah kelahiran, wafat dan kebangkitanNya yang mulia. Dia tidak bersaksi mewartakan diriNya sendiri, tetapi membiarkan orang lain menyatakan siapa diriNya yang sesungguhnya.
Sabda Yesus ini pun mengajarkan kepada kita semua kerendahan hati dengan tidak menonjolkan diri kita di hadapan Allah dan sesama kita. Jika kita ingin dikenal hebat dan baik, biarlah kita bertindak baik dan tidak perlu mengucapkannya bahkan memamerkannya di hadapan orang lain. Orang yang melihat dan mengalami kebersamaan dengan kita akan menilainya sendiri. Mereka akan memberi kesaksian tentang kita, dan kesaksian mereka bisa lebih dipercaya. Biarlah Allah sendiri dan teman-teman kita mengatakan kita baik dan saleh, karena penilaian itu akan dengan sendirinya muncul dari penglihatan dan pengalaman mereka. Janganlah kita gemar menuliskan kebaikan-kebaikan kita tetapi lebih bergunalah ketika kita menuliskan kekurangan dan keburukan kita supaya kita berjuang untuk semakin baik lagi. Lebih baik kita menuliskan kebaikan orang lain daripada kebaikan kita sendiri. Seorang guru spiritual berkata: “Tuliskanlah kebaikanmu di atas pasir pantai, tetapi ukirlah keburukanmu di atas batu”. Kiranya maksud dari kalimat itu jelas, yakni supaya kita tidak larut mengingat-ingat kebaikan kita, tetapi lebih baik merefleksi lebih lama keburukan dan dosa kita. Semoga Sabda Tuhan hari ini membimbing kita semakin rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Orang lain akan melihat kebaikan kita dan menyatakannya di hadapan umum. Dengan demikian kesaksian mereka itu akan lebih bermutu daripada kesaksian kita sendiri. Tuhan memberkati.
Dalam sejarah hidup orang-orang Kudus, kita ketahui bahwa para kudus menjadi kudus bukan karena mereka sendiri menyatakan dirinya demikian. Allah sendirilah yang mengangkat mereka dan memasukkannya dalam jajaran para kudus lewat Bunda Gereja yang secara resmi mengkanonisasinya. Dengan melihat dan menyaksikan cara hidup dan iman mereka selama di dunia patutlah diberikan ganjaran setimpal kepada mereka dengan cara kanonisasi menjadi kudus. Kanonisasi itu biasanya berlangsung lama sejak kematian mereka atau bahkan bertahun-tahun kemudian setelah mereka wafat. Penetapan kanonisasi orang kudus dimulai dengan mengumpulkan bukti-bukti sahih, akurat, terpercaya, lewat mukjizat-mukjizat yang terjadi pada orang-orang tertentu dan lewat kesaksian-kesaksian orang-orang yang pernah dekat dengan mereka atau orang-orang yang ada sangkut pautnya dengan mereka semasa hidupnya.
Para kudus tidak mengetahui bahwa mereka dikanonisasi menjadi orang kudus karena mereka sudah keburu meninggal. Orang yang di belakang merekalah yang bertindak untuk tugas mulia itu. Tetapi hal ini sangat baik karena kesaksian itu tidak muncul dari mulut para kudus itu sendiri. Jika seandainya mereka mewartakan diri sendiri dan menyatakan bahwa dirinya kudus pastilah kita berkata bahwa kesaksian itu palsu, atau paling tidak kita tak akan gampang percaya. Orang yang menyatakan dirinya baik sebenarnya bukanlah baik, dan orang yang menyatakan dirinya tidak berdosa sebenarnya dia adalah berdosa karena tidak ada manusia yang tidak berdosa. Lebih baiklah kita rendah hati dan melihat diri kita sebagai tidak layak di hadapan Allah. Dan lebih baiklah kita tidak menonjolkan diri kita sendiri di hadapan orang lain supaya kita tidak direndahkan mereka.
Yesus sendiri pun dalam Injil hari ini secara jelas menghindari penonjolan diri ini walaupun Ia sendiri adalah Allah. Ia justru membiarkan orang lain bersaksi tentang diri-Nya: ‘Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar, tetapi ada yang lain yang bersaksi tentang dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar” (Yoh 5:31-32). Lewat kesaksian orang-orang lain yang diilhami oleh Allahlah kita mengenal dan mengetahui siapa Yesus itu sebenarnya. Bahkan kesaksian tentang Yesus sendiri lebih hebat dari para kudus. Jika para kudus diberi kesaksian dan kanonisasi setelah kematiannya, Yesus bahkan lebih spektakuler, karena sebelum kelahiran-Nya pun Dia sudah dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama. Musa sendiri telah mencatat tentangNya dalam kitab-kitabnya (bdk. Yoh 5:46-47). Dengan kesaksian para orang terpercaya ini kita semakin diyakinkan tentang Keallahan Yesus. Ia adalah Putra Allah sendiri yang turun ke bumi menjadi manusia, yang telah diramalkan oleh para nabi dan hal itu dipertegas kembali setelah kelahiran, wafat dan kebangkitanNya yang mulia. Dia tidak bersaksi mewartakan diriNya sendiri, tetapi membiarkan orang lain menyatakan siapa diriNya yang sesungguhnya.
Sabda Yesus ini pun mengajarkan kepada kita semua kerendahan hati dengan tidak menonjolkan diri kita di hadapan Allah dan sesama kita. Jika kita ingin dikenal hebat dan baik, biarlah kita bertindak baik dan tidak perlu mengucapkannya bahkan memamerkannya di hadapan orang lain. Orang yang melihat dan mengalami kebersamaan dengan kita akan menilainya sendiri. Mereka akan memberi kesaksian tentang kita, dan kesaksian mereka bisa lebih dipercaya. Biarlah Allah sendiri dan teman-teman kita mengatakan kita baik dan saleh, karena penilaian itu akan dengan sendirinya muncul dari penglihatan dan pengalaman mereka. Janganlah kita gemar menuliskan kebaikan-kebaikan kita tetapi lebih bergunalah ketika kita menuliskan kekurangan dan keburukan kita supaya kita berjuang untuk semakin baik lagi. Lebih baik kita menuliskan kebaikan orang lain daripada kebaikan kita sendiri. Seorang guru spiritual berkata: “Tuliskanlah kebaikanmu di atas pasir pantai, tetapi ukirlah keburukanmu di atas batu”. Kiranya maksud dari kalimat itu jelas, yakni supaya kita tidak larut mengingat-ingat kebaikan kita, tetapi lebih baik merefleksi lebih lama keburukan dan dosa kita. Semoga Sabda Tuhan hari ini membimbing kita semakin rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Orang lain akan melihat kebaikan kita dan menyatakannya di hadapan umum. Dengan demikian kesaksian mereka itu akan lebih bermutu daripada kesaksian kita sendiri. Tuhan memberkati.
MENGHARGAI
Seseorang yang tegar dalam menjalani hidup. Mari kita menghargai apa yang sudah ada pada diri kita. ================= Dengan sepenuh hati mengerjakan apa yang harus di kerjakan, maka keberhasilan akan menyertaimu; Dengan sepenuh hati memperlakukan orang yang berada di sekelilingmu, maka teman karib akan menyertaimu; Dengan sepenuh hati memperhatikan siapa yang mencintai anda, maka cinta sejati akan menyertaimu; Dengan sepenuh hati merasakan detik detik kehidupan, maka kebahagian akan menyertaimu. ================== Ada kalanya kita membenci diri kita sendiri. Ada kalanya kita tidak menyukai apa yang kita lakukan. Ada kalanya kita melakukan kesalahan. Ada kalanya kita terpuruk dalam kepedihan. Ada kalanya kita tenggelam dalam kesedihan. Ada kalanya kita tak mengerti mengapa hidup berjalan tidak seperti yang kita bayangkan. Ada kalanya perjalanan menjadi demikian berat kita rasakan. Hingga sikap kita pun terbawa oleh perasaan. Hingga kita mengambil langkah tanpa pertimbangan. Tindakan yang dilakukan pun merupakan reaksi spontan. Akibatnya yang tertinggal kemudian hanya penyesalan dan keterpurukan yang semakin dalam. Dan tahukah dikau? Semua itu akan menyebabkan penampilan dan tampang kita menjadi makin buruk saja. Maka berbahagialah ketika kita bisa melewati masa-masa seperti itu dengan elegan... Saat kita bisa menahan diri terhadap sesuatu yang sangat kita inginkan. Saat kita bisa menghadapi segala permasalahan dengan tenang. Saat kita berhasil menaklukkan musibah dan hambatan penyebab kesedihan. Hidup tidaklah berjalan seperti yang kita inginkan, karena itu melewati saat-saat yang tidak meneyenangkan adalah sebuah hal yang membahagiakan.
TUHAN PUNYA RENCANA YANG INDAH BAGI HIDUP KITA
(Permenungan pagi buat sahabat-sahabatku) Saya mengawali permenunganku di pagi ini, dengan sebuah cerita. Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas." Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; " anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. " Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet. Kemudian ibu berkata:"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan. Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah; "Allah, apa yang Engkau lakukan? " Ia menjawab: " Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?" Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu." Ya...kadang kesulitan hidup, beban pekerjaan dan pelbagai permasalahan yang datang silih berganti dalam hidup kita membuat kita menutup mata dan tidak menyadari bahwa Tuhan sementara membentuk dan membuat rencana yang indah bagi kita. Ketika usaha dan do’a kita tidak dikabulkan oleh Tuhan, itu berarti Tuhan mempunya rencana lain yang jauh lebih indah daripada rencana yang kita buat. Apa yang kita alami kini, mungkin tak dapat kita mengerti. Namun satu hal yang harus ditanamkan di hati yakni indah semua yang Tuhan beri. Tuhan, tak akan memberi ular beracun pada yang minta roti dan cobaan yang kita alami takkan melebihi kekuatan kita. Tuhan tahu apa yang akan Ia lakukan untuk membuat hidup kita menjadi lebih indah. Maka janganlah kita khawatir akan apa yang terjadi di dalam hidup kita. Melainkan kita harus terus belajar beriman dan percaya bahwa Tuhan punya rencana yang indah atas hidup kita. Lihat burung-burung di udara dan bunga-bunga di padang yang begitu dipelihara oleh Tuhan, bukankah kita lebih berharga dari mereka semua. Kita manusia, jauh lebih baik dari segala ciptaan Tuhan yang ada di bumi ini. "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.... " (Pengkotbah 3:11) Akhirnya Tuhan punya rencana indah bagi hidup kita seperti syair lagu berikut ini: Indah rencanaMu Tuhan, di dalam hidupku Walau 'ku tak tahu dan 'ku tak mengerti semua jalanMu Dulu 'ku tak tahu Tuhan, berat kurasakan Hati menderita dan 'ku 'tak berdaya menghadapi semua Tapi 'ku mengerti s'karang, Kau tolong padaku Kini 'ku melihat dan 'ku merasakan indah recanaMu Amin.....................
Subscribe to:
Posts (Atom)