Seorang sahabat mengeluh kepadaku; "Romo, hatiku sungguh teriris hancur berkeping-keping karena cintaku yang tulus kepada dia yang kucintai telah dinodainya."
(Sejenak aku teringat syair sebuah lagu lama:
"LAYU SEBELUM BERKEMBANG:
Hatiku hancur mengenang dikau,
berkeping-keping jadinya...
Kini air mata jatuh bercucuran...
Tiada lagi harapan...).......
Aku cari sendiri lagunya di youtube..heheheh..
Aku sedikit kaget dan bertanya; "Masakan engkau terluka karena kerelaanmu untuk mencintai? Seharusnya engkau bangga dong karena bisa mencintai sampai terluka."
Sekarang malah dia yang merasa heran mendengarkan pernyataanku, lalu bertanya; "Iya, romo...ia telah menodai cintaku dengan pengkhianatannya, sehingga aku berpikir untuk mengakhiri semua bersamanya daripada terus menerus terluka oleh ulahnya."
Aku pun menjawabnya;
"Jika engkau mundur maka engkau bukan seorang pencinta yang gagal, tapi seorang yang gagal mencintai sampai terluka."
Sebaliknya, jika engkau terus bertahan maka engkau telah berhasil dalam mencintai, karena cinta selalu membutuhkan pengorbanan diri dari dia yang rela untuk mencintai."
Kawan,
Aku hanya membisikkan kepadamu bahwa "Sesungguhnya, cinta Allah telah ternoda oleh dosa dan pengkhianatan kita, tapi justru karena itulah Ia melipatgandakan cinta-Nya dengan mati untuk engkau dan aku, untuk kita semua."
"Pengkhianatan kita melukai hati-Nya, tapi cinta-Nya tak pernah berhenti mengalir kepada engkau dan aku demi sebuah tindakan penyembuhan. Dan, itulah tawaran keselamatan-Nya untukmu dan untukku, untuk kita semua.
Noda dan dosa kita membuat luka di hati-Nya, tapi justru dari dalam hati-Nyalah mengalir aliran-aliran pengampunan yang tak terbatas kepada mereka yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya.
Karena itu, tanyakanlah dirimu saat ini:
"Apakah aku berani berkorban untuk diriku sendiri bila memang Dia telah lebih dulu mengorbankan nyawa-Nya untukku?"
Seharusnya engkau dan aku malu karena kita enggan untuk melakukannya saat ini demi keselamatan diri sendiri kita sendiri.
No comments:
Post a Comment