Thursday, March 29, 2012

MEMBANGUN DUNIA YANG BARU DAN DAMAI: BUAH NYATA EKARISTI

(Lanjutan permenungan menjelang paskah, dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)

Paus Yohanes Paulus II berkata:

20 Konsekuensi penting dari tegangan eskatologis sebagaimana terdapat dalam Ekaristi adalah juga kenyataan panduannya terhadap peziarahan kita sepanjang sejarah, dan serentak menyemaikan benih pengharapan yang hidup dalam komitmen harian kita untuk melakukan pekerjaan kita. Pastilah visi kristiani mengarah kepada penantian “langit dan bumi yang baru” (Why 21:1). Hal itu justru menambah, dan bukan mengurangi, ‘rasa tanggung jawab kita terhadap dunia dewasa ini’ [bdk. GS 39]. Saya ingin sungguh-sungguh menegaskan pada awal millennium baru ini, agar umat kristiani lebih merasa wajib melaksanakan tugasnya, dan tidak melupakannya sebagai warga dunia. Dalam terang Injil, mereka wajib menyumbang bagi pembangunan dunia yang lebih manusiawi, bagi dunia yang lebih sesuai dengan rencana Allah.

Banyak masalah telah meredupkan cakrawala dewasa ini. Kita wajib memikirkan kebutuhan yang mendesak bagi perdamaian, mendasarkan hubungan antar-bangsa atas premis-premis keadilan dan solidaritas yang tangguh, serta membela hidup manusia sejak kandungan hingga akhir alaminya. Dan apa yang patut kita katakan mengenai inkonsistensi-inkonsistensi “globalisasi” dunia, di mana orang lemah, yang paling tidak berdaya dan paling miskin, hampir tidak punya harapan. Justru dalam dunia seperti ini, pengharapan Kristen harus lebih bersinar! Inilah juga alasan, mengapa Tuhan ingin tinggal bersama kita dalam Ekaristi, sembari menjadikan kehadiran-Nya dalam santapan dan kurban menjadi janji kemanusiaan yang diperbaharui oleh kasih. Dengan penuh makna, dalam kisah Perjamuan Malam, Injil sinoptis mengisahkan pelembagaan Ekaristi, sedangkan Injil Yohanes melaporkan, sebagai pengungkapan maknanya yang dalam, kisah “pembasuhan kaki”. Di sana Yesus tampil sebagai Guru dan Hamba persekutuan (lih Yoh 13:1-20). Rasul Paulus, pada gilirannya, berkata bahwa “tidak layaklah” komunitas kristiani ambil bagian dalam Perjamuan Tuhan, bila mereka bertikai atau acuh tak acuh terhadap orang miskin (lih 1Kor 11:17-22, 27-34). [bdk. Ensiklik Sri Paus Yohanes Paulus II, ‘Keprihatinan Sosial’ (Sollicitudo Rei Socialis) (30 Desember 1987), 31: AAS 80 (1988), 553-556].

Pewartaan wafat Tuhan “sampai Ia datang kembali” (1Kor 11:26) membawa sertanya juga agar semua yang ambil bagian dalam Ekaristi berkomitmen mengubah hidup dan menjadikannya sama sekali bersifat Ekaristi. Justru buah inilah dari eksistensi yang telah diubahkan dan komitmen untuk mengubah dunia sesuai Injil yang menjadi hiasan indah tegangan eskatologis sebagaimana terkandung dalam perayaan Ekaristi dan dalam hidup kristiani sebagai keseluruhan: “Datanglah, Tuhan Yesus!” (Why 22:20).

[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

No comments:

Post a Comment