Renungan pagi hari Rabu, 21 Maret 2012
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus. Anak yang baik yang dekat dengan ayah dan ibunya pasti tahu siapa dan bagaimana karakter orangtuanya. Dia bisa menjelaskan sifat-sifat dan kesukaan-kesukaan orangtuanya bahkan saudara-saudarinya sendiri. Itu bisa terjadi karena mereka selalu hidup bersama dan saling mengenal satu sama lain. Hal itu mustahil terjadi kalau orangtua dan anak jarang tinggal bersama atau bahkan tidak pernah duduk bersama, bercerita bersama dan berdoa bersama. Keluarga yang demikian bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Orangtua tidak mengenal tabiat anaknya dan anaknya juga tidak mengenal perangai orangtuanya yang sesungguhnya. Malah istri pun tidak mengenal suaminya secara mendalam dan suami pun demikian.
‘Buah jatuh tidak akan jauh dari pokoknya’ merupakan satu perumpamaan yang menggambarkan tabiat/perangai orangtua yang akan tertular kepada anak-anaknya. Sifat-sifat dan tingkah laku orangtua akan turun juga kepada anak-anaknya. Keluarga yang baik dan beriman umumnya (saya katakan ‘umumnya’ karena memang selalu ada kekecualian) akan menghasilkan keturunan yang baik dan beriman pula. Hal ini terjadi karena orangtua akan mengajari anaknya seturut sifat dan pemikiran orangtua itu sendiri. Jika orangtua berpikir bahwa mencuri itu baik (suara hatinya keliru), maka dia juga akan mengajari anaknya menjadi pencuri karena ia merasa hal itu baik. Jika orangtua merasa bahwa pergi ke gereja dan berdoa itu tidak berguna, maka ia juga akan mengajarkan hal yang sama kepada anaknya. Dia bahkan bisa berkata: ‘Untuk apa ke gereja? Lihat bapakmu ini, sekian lama tidak pernah ke gereja, tidak ada masalah tokh?’ Tanpa sadar anak akan mengikuti orangtua karena ia menganggap apa yang dikatakan orangtuanya adalah benar.
Yesus, dalam Injil hari ini menjelaskan kesatuan dan relasi mesra-Nya yang mendalam dengan Bapa di surga. Dia menyebut diriNya sebagai Anak dan Allah PengutusNya sebagai Bapa. Yesus bekerja bukan atas nama diriNya tetapi atas nama Bapa yang mengutus-Nya. “Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak (Yoh 5:19). Dan barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia (Yoh 5:23). Perkataan Yesus ini menunjukkan kepada kita bahwa Pribadi Bapa ada dalam Pribadi Anak. Seseorang yang melihat anak akan bisa mengenal pribadi ayahnya sendiri dalam diri si anak. Sifat-sifat ayah akan diturunkan dalam diri anaknya.
Lewat Injil hari ini, kita diingatkan untuk semakin mengenal Yesus tidak terpisah dari Bapa. Serentak dengan itu, kita diingatkan pula akan peranan kita mendidik anak-anak kita ke jalan yang baik. Ingatlah, apa yang diajarkan orangtua, itulah yang dikerjakan anaknya. Apa yang kita perbuat dalam keluarga, itulah yang ditampilkan anak di dalam pergaulannya sehari-hari. Jika keluarga kita baik, anak-anak yang berasal dari keluarga itu pun akan baik. Ajarilah anakmu untuk berbuat baik, peduli kepada sesama, tahu bersyukur, tahu menderma, tahu berdoa, peka terhadap situasi, dan gemar akan hal-hal yang rohani. Niscaya ia akan tumbuh seperti itu, karena seorang anak pertama-tama akan membanggakan orangtuanya daripada orang lain. 'Buah jatuh dekat pada pokoknya'. Percayalah. Semoga Tuhan memberkati keluarga-keluarga kita.
No comments:
Post a Comment