Pembuktian iman lewat pengorbanan diri adalah cara terindah dari santo-santa untuk kekasih jiwa mereka, yakni Yesus sendiri. Semoga kita pun terpanggil untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama di zaman ini.
Santo Theofanus, Biarawan dan Sejarahwan
Theofanus lahir di Konstantinopel (sekarang: Istambul, Turki) kira-kira pada tahun 758. Namanya dikenal luas karena perlawanannya yang gigih terhadap bidaah Ikonoklasme dan karena bukunya ˜Chronographia" yang menguraikan secara singkat sejarah dunia pada tahun 284 sampai tahun 813.
Setelah kematian ayahnya, Theofanus dikirim ke Konstantinopel. Disana ia dipaksa menikahi seorang gadis. Ketika itu ia baru berusia 12 tahun. Perkawinan ini tidak berlangsung lama. Ia bercerai dengan isterinya pada tahun 780, karena ia bercita-cita menjadi seorang biarawan. Dalam hidupnya sebagai biarawan, Theofanus dikenal sebagai seseorang yang rajin berdoa, berpuasa dan bertapa. Ia kemudian mendirikan sebuah biara pertapaan di gunung Sigrino, dekat Cyzicus, Asia Kecil dan sekaligus menjadi pemimpin biara itu.
Pada tahun 787, ia menghadiri Konsili Nicea kedua yang menegaskan kebenaran penghormatan kepada gambar-gambar Kudus. Penegasan Konsili Nicea kedua ditentang oleh Leo V, Kaisar Byzantium. Leo melancarkan kampanye perlawanan terhadap ajaran konsili yang membenarkan penghormatan pada gambar-gambar Kudus dan patung-patung. Untuk maksud itu ia berusaha memperoleh dukungan dari Theofanus. Tetapi Theofanus dengan tegas menolaknya. Akibatnya, Theofanus ditangkap dan dipenjarakan selama dua tahun lamanya; lalu dibuang ke Samothrase. Disana Theofanus meninggal dunia pada tahun 817.
Santo Maximilianus, Martir
Anak tentara veteran Romawi ini tidak mau menjadi tentara, karena taat pada agama dan mempunyai anggapan yang negatif terhadap personil angkatan perang. Bagi dia, tentara-tentara umumnya banyak melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat dosa dan berwatak bejat. Kepada hakim, ia berkata: "Angkatan perang saya ialah angkatan perang Tuhan. Saya tidak dapat berperang untuk kepentingan duniawi". Ayahnya menolak desakan hakim supaya mengubah padangan puteranya itu. Waktu Max diancam hukuman mati, ia berkata lantang: "Saya tidak akan mati. Apabila saya meninggalkan dunia ini, saya akan bersatu dengan Kristus Tuhanku". Ia mati dipenggal lehernya di pinggir kota Kartago, Tunisia pada tahun 295.
Beata Yustina dari Arezzo, Pengaku Iman
Yustina dari Arezzo yang biasa dipanggil Francuccia Bizzoli" lahir di Arezzo, Italia. Pada usia 13 tahun ia masuk biara Benediktin Santo Markus di kota Arezzo. Ketika para suster pindah ke biara Para Kudus", Yustina pun turut pergi kesana. Tetapi ia kemudian meninggalkan biara itu dengan ijin superiornya, dan hidup menyepi bersama Lucia di gua Civitelle. Sel dalam gua itu sangat sempit dan rendah sehingga ia tidak bisa berdiri tegak. Ketika Lucia jatuh sakit, maka Yustina dengan setia mendampinginya siang-malam. Meskipun ia sibuk merawati Lucia namun ia tidak lupa berdoa dan tidak mengurangi kebaktian dan matiraganya. Sesudah Lucia mati, Yustina tetap tinggal disana sendirian.
Karena menjadi buta Yustina kemudian kembali ke pertapaan Arezzo. Disana ia semakin berkembang dalam kehidupan rohaninya dan menjadi seorang pertapa yang saleh. Dengan doa-doanya ia menyembuhkan banyak orang sakit. Penyembuhan ini masih juga terjadi atas diri orang-orang sakit yang berdoa dengan perantaraannya setelah ia wafat. Yustina wafat pada tahun 1319.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
No comments:
Post a Comment