(Lanjutan permenungan Praspakah dari Ensiklik ECCLESIA DE EUCHARISTIA)
8 Sembari merenungkan Ekaristi, dan menayangkan kembali hidup saya sebagai imam, Uskup dan Pengganti Petrus, maka muncullah pelbagai peristiwa dan tempat di mana saya merayakannya. Pertama saya teringat akan gereja paroki Niegowi, tempat saya pertama sebagai pastor, lantas gereja pusat Santo Florian di Krakow, Katedral Wawel, Basilika santo Petrus, dan banyak basilica lain dan gereja-gereja di Roma serta seluruh dunia. Saya telah merayakan Misa Kudus di jalan-jalan gunung, di pantai danau dan laut. Saya telah merayakannya di altar stadion dan lapangan-lapngan kota… Pelbagai panorama perayaan Ekaristi bersifat universal, sungguh berciri kosmik. Benar-benar kosmik. Sebab, walaupun Ekaristi dirayakan di gereja desa yang sederhana, Ekaristi senantiasa dirayakan ‘pada altar dunia’. Ekaristi mempersatukan surga dan dunia. Ia merangkul dan meresapi segenap ciptaan. Putra Allah telah menjadi manusia untuk memulihkan segala ciptaan, pada satu tindak pujian tertinggi kepada Dia, yang telah menjadikannya dari ketiadaan. Dia, Sang Imam Agung Abadi, yang memasuki tempat kudus yang kekal dengan darah salib-Nya, telah mengembalikannya kepada Sang Pencipta dan Bapa segala makhluk yang telah ditebus-Nya. Dia melakukannya lewat pelayanan imamat Gereja, demi kemuliaan Tritunggal Yang Maha Kudus. Sungguh inilah ‘misteri iman’, yang telah terwujud dalam Ekaristi: Dunia yang muncul dari tangan Allah Sang Khalik, yang kini kembali kepada-Nya sesudah ditebus oleh Kristus.
[Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCELSIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].
No comments:
Post a Comment