Bagiku; Istri atau suami yang tidak setia (alias selingkuh) harus diceraian, tapi...
Tuhan mengingatkanku; "Apa yang Kupersatukan tidak boleh kauceraikan."
Bagiku; Mereka yang tidak setia bekerja bahkan merugikan perusahaan atau orang lain harus dipecat dan dihukum, tapi... Bagi Allah; Anak bungsu yang telah memboroskan harta bagiannya ketika kembali, disongsong, dipeluk, dicium dan semua martabatnya dipulihkan.
Dan, Ia pun berkata; "Aku pun tidak menghukum engkau....
Pergilah dan jangan berbuat dosa mulai dari sekarang.
Bagiku; Yang menghina, memfitnah, melukai dan ingin membunuhku harusi dimusnakan dari muka bumi ini, tapi...
Ia hanya berkata; "Cintailah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."
Bahkan, Ia menambahkan lagi; "Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka sedang perbuat."
Akhirnya, aku pun berkata kepada-Nya; Kalau begitu, aku ingin menjadi seperti Engkau, bahkan aku ingin menjadi Engkau.
Ia pun menjawabku; Cukuplah jika engkau hanya mau menjadi seperti-Ku, dan bukan menjadi Aku.
Aku bertanya; Mengapa?
Dan, Ia pun menjawabku; Alangkah baiknya engkau tetap menjadi manusia seperti sekarang ini dan berjuang untuk seperti Aku, karena bila engkau menjadi Aku, maka pasti Aku pun akan mendapat hukuman darimu."
Eh, ternyata....Tuhanku pun suka bercanda."
Tapi, aku lalu sadar bahwa canda-Nya mengenaku, karena sesungguhnya manusialah yang memfitnah, menghukum bahkan membunuh Tuhan lewat drama penyaliban di bukit Kalvari. Tapi, sesungguhnya yang Ia maksudkan adalah tikaman dosa-dosaku lebih sakit daripada cambuk, paku dan tombak para algojo.
Maafkanlah aku, Tuhan.
No comments:
Post a Comment