Mengabdi kepada Allah lewat pelayanan kepada sesama adalah ciri khas santo-santa. Semoga kita pun mau dan rela memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama kita di sisa hidup kita.
Santo Doroteus dari Gaza, Pengaku Iman
Selagi dalam pendidikan Doroteus bosan dengan segala macam pelajaran di sekolah. Lebih baik aku memegang ular daripada membolak balik buku pelajaran, katanya. Tetapi lama kelamaan ia merobah sikapnya yang konyol itu dan berjuang menghilangkannya. Hasilnya ialah ia kemudian menjadi orang yang amat rajin dan suka belajar dan membaca.
Semangat baru ini kemudian menghantar dia kedalam kehidupan membiara pada tahun 530 di sebuah biara di Palestina. Kepada rekan- rekannya ia mengatakan: Jika kita dapat mengalahkan perasaan bosan dan segan belajar sehigga kita menjadi orang yang suka belajar, maka tentunya kita juga dapat mengalahkan hawa nafsu dan menjadi orang yang Kudus. Kata- kata ini menunjuk pada tekadnya yang keras membaja untuk mencapai kesempurnaan hidup lewat cara hidup membiara. Salah satu caranya adalah senantiasa bersikap terus terang, dan terbuka hati dan pikiran kepada atasan dan rekan- rekannya. Dengan cara ini ia memperoleh ketenangan batin dan semangat dalam menjalani cara hidup membiara. Dalam bukunya ia menulis: Barangsiapa rajin berdoa dan bermati- raga serta berusaha sungguh- sungguh menguasai kehendaknya, ia akan mencapai ketenteraman batin yang membahagiakan.
Dorotues mencapai kemajuan pesat dalam hidup rahaninya dan kemudian mendirikan dan memimpin sebuah biara pertapaan di Gaza. Ia berusaha memajukan pertapaannya dengan menjalankan pekerjaan- pekerjaannya dengan baik dan menciptakan persaudaraan antar para rahib. Ia selalu berlaku ramah kepada rekan- rekannya. Tahun- tahun terakhir hidupnya, ia mengalami banyak masalah. Godaan dan penyakit merupakan percobaan besar baginya. Namun ia tetap riang. Kepada rekan- rekannya ia mengatakan: Tidaklah sukar mencari dan menemukan sebab musabab dari semua itu. Baiklah kalau kita mempercayakan diri kepada Tuhan sebab Ia tahu apa yang penting dan berguna bagi kita. Tulisan- tulisan rohaninya sangat bagus, sehingga pada abad ke 17 tulisan- tulisan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan Inggris.
Bagi Doroteus, kesucian tidaklah sama dengan mengejakan mukzijat- mukzijat dan / atau menjalankan puasa dan tapa. Semuanya itu memang baik dan berguna, kesucian itu suatu tindakan menyangkal diri sendiri dan menundukkan kehendak pribadi kepada kehendak Tuhan atau menhendaki semata- mata apa yang dikehendaki oleh Tuhan, demi cinta kasih akan Dia. Dengan berusaha mencapai tujuan inilah, maka Doroteus akhirnya menjadi orang Kudus.
S. Tutilo
Tutilo hidup di akhir abad kesembilan dan awal abad kesepuluh. Ia mendapatkan pendidikan di Biara Benediktine Saint-Gall. Dua teman sekelasnya telah digeari “beato”. Ketiga orang ini menjadi biarawan di biara di mana mereka mengenyam pendidikan.
St Tutilo adalah seorang dengan banyak bakat. Ia seorang penyair, pelukis potret, pematung, orator dan arsitek. Ia juga seorang ahli mesin. Bakatnya yang terutama adalah musik. Ia dapat memainkan semua alat musik yang dipergunakan para biarawan untuk liturgi mereka. Ia dan temannya, B. Notker, menggubah lagu-lagu tanggapan liturgi. Hanya tiga puisi dan satu nyanyian tersisa dari seluruh karya Tutilo. Tetapi lukisan dan patung-patungnya masih dapat ditemukan sekarang di beberapa kota di Eropa. Lukisan-lukisan dan patung-patungnya diidentifikasikan sebagai karyanya karena ia senantiasa menandai karyanya dengan sebuah motto.
Akan tetapi, Tutilo tidak dimaklumkan sebagai seorang kudus karena bakat-bakatnya yang banyak itu. Ia seorang rendah hati yang ingin hidup hanya untuk Tuhan. Ia memuliakan Tuhan dengan cara-cara yang ia tahu: dengan melukis, membuat patung dan menggubah musik. Tutilo dimaklumkan sebagai seorang kudus sebab ia melewatkan hidupnya dengan memuji dan mengasihi Allah. St Tutilo wafat pada tahun 915.
Dari sumber http://www.imankatolik.or.id/
No comments:
Post a Comment