Thursday, April 26, 2012

JIWA KITA PUN MEMBUTUH MAKANAN TIAP HARI

Renungan pagi hari Jumat, 27 April 2012 Hidup sehari-hari setiap orang tidak bisa dilepaskan dari makanan. Untuk bisa hidup, mau tak mau, suka tidak suka, kita harus makan. Dalam arti tertentu, kualitas hidup dan kesehatan kita ditentukan juga oleh apa yang kita makan. Jika makanan yang diberikan kepada seorang anak tidak mencukupi dan tidak memenuhi syarat kesehatan, maka anak itu bisa menderita busung lapar dan gizi buruk. Perkembangan masa depannya terganggu, malahan tidak tertutup kemungkinan resiko kematian akan menimpanya. Sebaliknya orang yang mendapat asupan gizi yang baik, kualitas hidupnya akan terjaga; badan sehat, stamina kuat, dan tahan terhadap gangguan bibit penyakit. Makanan yang berlaku untuk kesehatan badan akan bisa juga berlaku untuk makanan rohani demi kesehatan jiwa. Kita mungkin masih ingat pepatah: MENS SANA IN CORPORE SANO (Jiwa yang sehat ada dalam tubuh yang sehat). Jika badan kita sehat, kerohanian kita pun juga sehat. Yesus pada hari ini memperkenalkan diri-Nya sebagai roti hidup, santapa jiwa, “Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (Yoh 6:58). Makanan yang diberikan Yesus bagi kita bukan sekadar makanan badaniah yang bertahan untuk sementara waktu. Roti itu jga bukan makanan yang memiliki masa expire, melainkan makanan yang memberi hidup selamanya yang tidak mengenal kata expire, berjamur, busuk atau rusak. Yesus mewahyukan Diri sebagai Roti Hidup, dan siapa yang makan akan dibangkitkan dari mati. Inilah jaminan yang diberikan kepada setiap orang yang beriman kepada Yesus yang dengan iman menerima roti itu sebagai tubuh Tuhan sendiri. Setiap orang yang menerima dan memakan-Nya akan dipenuhi cahaya surgawi. Dirinya bukan lagi sekadar tubuh duniawi tetapi sudah menjadi tubuh rohani, kediaman Allah. Saulus, menjadi pengikut Yesus yang sangat militan manakala dirinya tersentuh oleh “cahaya” Kristus yang dirasakan sebagai jawaban atas kerinduannya untuk hidup yang lebih dari sekadar hidup saat ini. Pertobatan Paulus - yang dikisahkan pada bacaan pertama hari ini Kis 9:1-20 - menjadi titik balik keselamatannya. Apakah kita juga tersentuh oleh sabda Yesus di atas dengan sekaligus kita tertarik untuk mencapai hidup abadi yang ditawarkan oleh Yesus? Apakah kita berusaha untuk memberi makanan jiwa kita dengan cara menyambut tubuh-Nya sesering mungkin? Apakah pertobatan Paulus juga menggugah kita untuk sepenuhnya mengarahkan hidup kita kepada Kristus yang menjadi santapan jiwa kita? Marilah kita mohon agar “cahaya” yang menjadikan St. Paulus bertobat, menaungi diri kita juga, sehingga kita berani mengutamakan tubuh Kristus sebagai santapan dalam hidup kita sehari-hari. Jika tubuh kita lemah tak bertenaga karena tidak memperoleh makanan sepanjang hari, demikianlah juga jiwa kita akan lemah, tidak bertenaga, kering dan mati kalau kita tidak memberinya makanan. Sabda Allah dan Tubuh Kristus, itulah makanan utama jiwa kita. Kita cobalah setiap hari mendengarkan Sabda-Nya dan berusaha sesering mungkin (sedapat mungkin) untuk ikut Ekaristi. Damai Tuhan bersamamu.

No comments:

Post a Comment