Wednesday, April 4, 2012

SURAT PASKAH DI SEHELAI KAFAN

Paskah begitu dia disapa, mengirimkan sebuah sms kepadaku; meskipun secara fisik aku tidak dapat hadir bersamamu merayakan Penyertaan Sang Guru kita yang rambutNya juga gondrong, cuma gak pakai gelang macam kita-kita ini, namun semoga makamNya yang dibalut kain kafan dan gulungan kain peluh membuatmu mengerti bahwa Ia menyertaimu, menyertai kita.

Meski tak berdapan muka, tangan tak berjabat sampaikan salam, aku tahu engkau sedang merangkai anekan persiapan dalam dandanan pelayanan menjenguk setiap insan yang merindukan datangNya. Bersama sebuah catatan hati ini, kuberharap engkau bersamaku kelak untuk turun dari gunung kesombonganmu, gunung keangkuhan kita menjenguk insan kita yang sedang merintih ketakutan di atas tanah tumpah darahnya yang sedang dicabik penguasa dan kapitalis. Aku tidak sedang mengkotbahimu, apalagi mengajarimu karena Dia sendiri adalah Guru Yang Mengajari kita. Aku juga tidak mengharapkan hadirmu, karena Dia sendiri telah hadir bersama dan di tengah-tengah kita. Aku bahkan tidak mengharapkan larimu menuai lelah, karena Dia sendiri telah berlari menjumpai dan menyapa kita. Apalagi aneka suguhan kenikmatan kita, aku tidak butuh sama sekali, karena Dia sendiri telah menyuguhkan aneka menu abadi: Keselamatan, Kedamaian, Kerukunan.

Paskah begitu ia dipanggil, mengirimkan sebuah pesan kepadaku; aku tak memaksamu untuk mengikutiku, sebab Dia sendiri yang telah memanggil dan mengutusmu. Engkau memang sakit, namun Dia telah lebih dahulu mengalami sakit, derita dan wafat demi menyembuhkan sakit dan luka-luka dosa serta bilur-bilur keangkuhanmu. Ini hanya sebuah catatan hati, dari jiwa yang tak ingin dipuja dan dipestai setelah 40 hari engkau berpantang dan berpuasa. Aku paling malu ketika engkau harus mengeluarkan ribuan bahkan jutaan rupiah hanya untuk mengenang dan merayakan namaku, sedang engkau begitu pelit mengeluarkan waktu, tenaga dan suaramu untuk menyapa hati yang sedang berduka, menjenguk jiwa-jiwa yang sedang berkabung di saat engkau berpesta.

Paskah begitu aku menyapanya setelah 40 hari mengembara di padang pantang dan puasa, menuliskan di atas kafan; setelah gegap gempita engkau merayakanku dan setelah melupakanku, itu bukan lagi masalah bagiku karena itu yang selalu kudapatkan, namun kiranya jangan melupakan Dia yang tidak menunggumu sebagai tamuNya, karena dia adalah Tamu Agung yang sudah mendatangi dan menyapa kita. Aku juga tidak mengharapkan engkau menungguku dengan aneka santapan dan minuman dalam sebuah perjamuan kekeluargaan; karena Dia sendiri telah datang Menjadi Roti dan Anggur Kehidupan yang telah menjadikan sebuah perjamuan abadi KebangkitanNya. Satu pintaku; jadikan kafan dan kain peluhNya sebagai penghapus peluh, derita dan tangis Paskah-Paskah yang saat ini sedang menangis di saat engkau sibuk memasuki ruang Tri yang Kudus. Aku tidak terlalu berharap engkau memberiku selamat, karena Dia sendiri telah membawa selamat untuk kita. Maka di atas kafan ini kugoreskan cintaku agar engkau berikan kepada jiwa-jiwa yang sedang berkabung, hati yang terluka. Jangan engkau kuatir karena Dia sendiri yang menyertai tapak jejakmu menuruni gunung keangkuhanmu menjenggung ruang-ruang jiwa yang mendamba damai namun seakan jauh dari kedamaian, yang mengharap selamat namun selalu saja ada yang melukai dan menyakiti, yang merindukan suara keadilan, namun suara itu hilang diterpa kasak-kusuk perjamuan sesaat.

Paskah begitu nama di atas kafan, menitipkan sebuah selamat bukan untuk dipestakan, bukan untuk dikenangkan, melainkan untuk diwartakan dalam langkah menurun dari gunung kesombonganku menyapa jiwa-jiwa yang haus akan keadilan, kebenaran yang telah lama menanti datangku menyusur aliran sungai Mahakam menuju Long Hubung. Dalam sehelai kafan, Paskah mengajakku untuk berlayar membawa damai dan sukacita dalam setiap jengkal jejakku yang letih ini karena Dia sendiri yang menguatkan. Paskah dalam sehelai kafan menuliskan kepadaku; bukan ucapan selamat Paskah yang kudamba, tapi sampaikan MULAILAH BERJUANG, BERBAGI DAN BERTANGGUNG JAWAB DALAM TINDAKAN NYATA KARENA ITU DIA MEMANGGIL DAN MENGUTUSMU.

No comments:

Post a Comment