Monday, April 23, 2012

PANGGILAN JIWA SARINAH

Kupanggil engkau Sarinah sebagai penghormatan dan penghargaanku padamu sebagai Wanita, seperti Seokarno mantan Presiden pertama bangsa yang disebut Indonesia, memanggil kaum wanita sebagai Sarinah. Kupanggil engkau Sarinah meski umurmu masih muda, namun semangat perjuanganmua seakan sedang menghidupi kata-kata perjuangan Soekarno; “Negara tidak akan pernah besar, jikalau wanita-wanitanya tidak akan menjadi sosok-sosok Kartini baru”. Wajahmu, sosok sederhana yang selalu menyapa dalam senyum, orang seakan tidak percaya bahwa engkau adalah sosok Sarinah tangguh yang berjuang bersama teman-temanmu tanpa menghiraukan omongan dan cemoohan orang lain. Penampilanmu sederhana, tidak seperti gadis sejamanmu yang berpenampilan seksi dibalut aneka dandanan make up. Engkau cukup dengan aura keaslianmu. Kesederhanaan memancarkan pesona ketulusanmu, bagai seberkas terang menyinari jiwa yang gelap. Tutur bijakmu yang lembut namun tegas mengalirkan air kedamaian menyejukan jiwa. Sarinah, demikian aku menyapamu, dalam kesibukan kuliahmu, masih menyempatkan dirimu untuk berjuang. Di balik jiwamu yang tulus, terbersit keberanianmu untuk melantunkan kritikan-kritikan tajam pada penguasa bahkan sesamamu yang hidupnya tidak lagi menampakkan kebenaran dan keadilan. Bagimu kritikan yang diberikan adalah nasehat bijak untuk berubah. Bagimu pendidikan dan diskusi serta perjuangan adalah hati dan panggilan jiwa sebagai sebuah seni memberikan kesaksian yang membawa Kabar Sukacita bagi sesama. Meski sedang disibukan dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di seberang yang sebentar lagi usai, engkau Sarinah tidak berhenti mengunjungi jiwa-jiwa yang letih dan lesu dalam keputusasaan oleh aneka ragam persoalan hidup. Meski berhadapan dengan suara-suara subang dan perasaan aneh orang-orang di sekitarmu atas apa yang dilakukan dan dikerjakan dalam satu pernyataan; gak ada manfaatnya berjuang seperti itu, namun semuanya kauanggap angin lalu, bahkan menjadi cambuk untuk tidak berhenti berjuang. Keterbukaanmu dalam sebuah dialog persaudaraan tanpa mempersoalkan perbedaan, juga menjadi buah bibir sumbang orang-orang di sekitarmu. Namun bagimu; keterbukaan adalah semangat mewartakan Kabar Sukacita. Sarinah, sosok wanita muda, insan Mahasiswi, melihat perjuanganmu bersama yang miskin dan menderita, kau maknai sebagai Panggilan Jiwa yang bagi Yesus sang Idolamu; adalah BEKERJA UNTUK SEBUAH KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK, BUKAN SEMAT-MATA UNTUK MAKANAN DUNIAWI. Sarinah, sosok wanita muda namun “pemberani”, engkau menghadirkan dalam keberanian St. Stefanus untuk berbicara mengkritik para penguasa: orang-orang Yahudi dan para Ahli Taurat, meski pengadilan bahkan penderitaan dialami oleh Stefanus. Sarinah, kau gadis pendoa, menjadikan doa sebagai komunikasi dan cintamu pada Sang Khalik yang memberikan kekuatan dan keberanian untuk berjuang sebagai tindakan konkrit menyampaikan Kabar Sukacita bagi siapapun tanpa melihat perbedaan. Dari wajahmu yang sederhana, Sarina memancarkan wajah “malaikat” penyelamat tanpa pernah memperhitungkan omongan dan cercaan sesama. Belajar darimu Sarinah, semoga semangatmu seperti semangat St. Stefanus memampukan kami untuk membangun hubungan pribadi dengan Yesus dalam iman dan harapan agar kelak; wajah kamipun boleh berubah seperti wajah seorang “malaikat” seperti wajah St. Stefanus. Sarinah, wajahmu seperti wajah “malaikat” karena engkau mengikuti panggilan jiwamu untuk mewartakan Kabar Sukacita. Sarinah....Panggilan Jiwamu adalah suara yang memanggil jiwa-jiwa yang lain untuk berani berjuang berkat kekuatan doa penuh iman dan harapan. Terima kasih Sarinah....atas Panggilan Jiwamu. Kuiikuti Panggilan Jiwaku, karena bisikan hati, ungkap Sarinah Senin, Pekan Biasa III Paskah-23 April 2012 (Kis 6:8-15; Yoh 6:22-29)

No comments:

Post a Comment