Tuesday, April 24, 2012

SENI ARSITEKTUR AMBIL-BAGIAN MENGUNGKAP MISTERI YANG TERKANDUNG DALAM KEPENUHAN IMAN GEREJA

50. Dalam upaya menghormati misteri yang terkandung dalam ritus dan dimensi-dimensi estetik, sejenis “kompetisi” telah terjadi antara dunia Kristen Barat dan Timur. Bagaimana tidak, kita pantas sangat bersyukur kepada Tuhan atas sumbangsih-sumbangsih seni kristiani yang diberikan oleh kekayaan arsitektur dan seni tradisi Greko-Bizantin, dan oleh seluruh dunia geografis yang bercorak Slavia. Di Timur, seni suci telah berhasil mempertahankan citarasa misteri secara sangat kuat, yang menghantar para artis tangguh berupaya sepenuh hati menciptakan keindahan, bukan hanya sebagai ungkapan talenta mereka, tetapi juga sebagai pelayanan sejati terhadap iman. Melangkah ke balik kemampuan teknik, mereka membuktikan diri sanggup mengikuti dan terbuka kepada ilham Roh Kudus. Kecemerlangan arsitek dan mosaik dari Gereja Timur dan Barat menjadi warisan bagi semua umat beriman. Di dalamnya terkandung harapan, bahkan dambaan menuju kepenuhan persekutuan dalam iman dan perayaan. Hal ini mengandaikan dan menuntut seperti dalam ukiran Tritunggal yang termasyhur dari Rublëv, suatu gereja yang secara mendalam sangat bercitra Ekaristi, di mana kehadiran misteri Kristus dalam pecahan roti sungguh diramu dalam kesatuan mengagumkan ketiga Pribadi Ilahi, sehingga gereja itu merupakan “ikon” dari Allah Tritunggal. Dalam konteks seni seperti ini, yang berusaha mengungkapkan dalam seluruh unsurnya makna Ekaristi seturut ajaran Gereja, pantaslah perhatian diberikan kepada norma-norma tata pembangunan dan hiasan bangunan suci. Sebagaimana ditunjukkan oleh sejarah, dan seperti telah ditekankan dalam ‘Surat kepada para Seniman” [AAS 91 (1999), 1155-1172], Gereja senantiasa membuka ruang yang luas bagi kreativitas para seniman. Namun, seni suci haruslah menonjol dalam kemampuan mengungkapkan secara tepat misteri yang terkandung dalam kepenuhan iman Gereja, serta sesuai dengan pedoman pastoral yang khusus ditetapkan oleh kewibaan yang kompeten. Hal ini berlaku bagi seni suci, baik seni rupa maupun seni suara. [Dikutip dari Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, ECCLESIA DE EUCHARISTIA (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), Vatikan: Roma, 2003. Diterjemahkan oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap dan diterbitkan oleh Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2004].

No comments:

Post a Comment