Monday, April 30, 2012

PENGANIAYAAN DAN PENINDASAN MENJADI KESEMPATAN UNTUK MEWARTAKAN INJIL

Renungan pagi hari Selasa, 1 Mei 2012 Satu keluarga akhirnya minggat dari kampung halamannya karena penduduk sekampung bersepakat mengusir mereka dengan alasan yang tidak berdasar. Alasan yang tidak berdasar itu adalah: timbulnya issu dari mulut ke mulut bahwa keluarga itu punya ilmu hitam yang menyebabkan beberapa kali terjadi kematian secara tiba-tiba di kampung tersebut. Satu sama lain saling curiga, apa yang menyebabkan ini? Ternyata ada seorang di kampung itu yang entah punya ilmu dari mana, dengan enteng berkata bahwa ‘si A’ menjadi penyebab semuanya itu. Maka memakai logika ala kampung dan karena pendidikan rendah yang tidak memakai ratio, mereka pun sepakat mengusir keluarga itu demi keselamatan penduduk kampung. Dengan berat hati karena tidak merasa bersalah, tetapi sekaligus berpikir demi menghindari pertumpahan darah, maka keluarga itupun terpaksa meninggalkan kampungnya dan tinggal di kesunyian yang tanpa penduduk. Tetapi yang mengherankan, dalam waktu 2 tahun, keluarga ini justru sangat berkembang dalam ekonomi. Mereka bisa membangun rumah baru dari kayu-kayu hutan, mengembang-biakkan ternak di padang rumput yang luas, dan mengolah pertanian dengan sangat subur. Peristiwa ini membuat orang lain ingin belajar dari mereka bagaimana cara bertani, beternak dan meningkatkan pendapatan harian. Perlahan-lahan, tempat yang dulunya sunyi tanpa listrik penerang dan tanpa teman sekampung, kini berkembang menjadi perkampungan baru. Mereka melihat bahwa si A yang pindah ke kampung itu patut ditiru. Saudara-saudari terkasih. Penganiayaan, pengusiran, dan pengejaran yang dialami oleh jemaat perdana yang dikisahkan dalam bacaan pertama Kisah para Rasul, ternyata bukan menjadi puncak kehancuran pengikut Kristus. Malah sebaliknya, pengusiran dan pengejaran ini menjadi titik awal perkembangan pesat kekristenan. Karena di mana-mana pun pengikut Kristus itu berada, di sana mereka bisa mewartakan Injil sampai terbentuknya komunitas-komunitas. Salah satu tempat pengusiran mereka yang terkenal adalah Antiokhia, tempat di mana para pengikut Kristus itu pertama sekali disebut sebagai Kristen (Kis 11:26). Ke mana orang Kristen harus lari dan menghindar dari penganiayaan, di sana juga Injil itu bertumbuh dan ditanggapi orang-orang yang percaya. Singkatnya, oleh karena penindasan dan tekanan yang begitu hebat, iman jemaat perdana semakin kokoh dan kuat. Iman tumbuh dan berkembang di kala masalah datang bertubi-tubi. Pengalaman iman jemaat perdana ini memberi dorongan bagi kita, bahwa masalah bukanlah tanda-tanda datangnya kehancuran. Orang yang berhasil lepas dari masalah akan merasakan bahwa masalah itu menjadi rahmat dalam dirinya. Walaupun rahmat Tuhan baru bisa kita rasakan, ketika kita telah lewat dari ‘malapetaka’ itu, tetapi sebenarnya, ketika kita lemah dan tak berdaya di sanalah kita paling mudah merasakan betapa Tuhan ada bersama kita. Penganiayaan, pengusiran, terror, pembakaran gereja dan segala macamnya itu bukan suatu ancaman dan pembinasaan bagi iman kita, walaupun terkadang menyakitkan bagi fisik. Itulah salah satu cara Tuhan menguji iman kita, membuat kita seperti besi yang ditempa dengan api membuatnya jadi parang. Kita harus dilebur dan diolah sehingga terbentuk seturut kehendak-Nya. Benarlah apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes hari ini: “Aku memberikan hidup kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yoh 10:28). Yesus junjungan kita tidak akan membiarkan kita tercerai-berai tanpa gembala. Ia selalu menyertai kita. Semoga dalam segala perkara yang kita tanggung dalam hidup, bukan membuat kita putus asa dan terancam, karena Yesus Gembala kita, tetap menjaga dan menuntun kita. Damai Tuhan bersamamu.

No comments:

Post a Comment